Kisah Ibrahim bin Adham Mencari Kehalalan Sebutir Kurma

kisah ibrahim bin adham

Pecihitam.org – Ibrahim bin Adham seorang sufi yang lahir di Balkh (sekarang Afghanistan) pada tahun (100 H dan wafat tahu 165 H. Ia memiliki nama lengkap Hazrat Sultan Ibrahim bin Adham bin Mansur al-Balkhi al-Ijili Abu Ishaq.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pada mulanya ia adalah seorang raja yang memiliki kerajaan besar dan kemudian memilih hidup zuhud dengan berkelana ke berbagai daerah daripada mengurusi kerajaannya.

Gelar sufi besar yang disandang bukan semata-mata melekat dari darah atau tahta keluarga. Namun banyak cerita yang mengantarkannya menjadi seorang sufi seperti kisah Ibrahim bin Adham yang akan diceritakan berikut.

Suatu ketika selepas menunaikan ibadah haji, Ibrahim ingin melanjutkan perjalanannya ke Masjid al-Aqsha. Ketika di sebuah perjalanan ke Yerussalem, ia mampir ke pasar dekat Masjidil Haram untuk membeli kurma di pedagang tua yang niatnya dipakai untuk bekal di perjalanan.

Kurma telah ditimbang kemudian dimasukkan ke keranjang Ibrahim. Setelah dirasa semua kurma sudah masuk di keranjang, Ibrahim melihat satu kurma tercecer persis di bawah timbangan.

Ibrahim mengira satu biji kurma itu adalah bagian dari kurma yang ia beli. Segera ia pungut dan memakannya. Setelah melahap ia berangkat menuju Masjid al Aqsha.

Selang empat bulan perjalanan, Ibrahim bin Adham tiba di Masjid Al Aqsha. Ia menuju ruangan di bawah Kubah Sakhra untuk dijadikan tempat ia beribadah. Ia shalat, membaca Alquran, dan bermunajat dengan khusyuk. Di sela-sela ketika ia beribadah, telinganya menangkap suara dua malaikat bercakap tentang dirinya.

“Itu dia Ibrahim bin Adham, seorang ahli ibadah, zuhud, dan wara yang doanya selalu dikabulkan oleh Allah Swt,” ujar satu malaikat.

Baca Juga:  Kisah Cinta Sayyidina Ali Dan Fatimah Az Zahra (Cinta Dalam Diam)

“Tetapi sekarang tidak. Doanya tertolak. Sebab empat bulan yang lalu ia memakan sebutir kurma di meja seorang pedagang tua yang bukan haknya,” jawab malaikat yang lain.

Mendengar bisikan itu, seketika Ibrahim terkejut dan terhenyak. Ia teringat empat bulan yang lalu sebelum berangkat menuju Yerussalem, ia mampir membeli sekilo kurma di pasar dekat Masjidil Haram.

Merasa ada yang janggal di hati dan pikirannya, ia bangkit mengemasi barang-barangnya dan pergi kembali ke Mekah untuk mencari pedagang kurma dan meminta keikhlasan sebutir kurma.

Sesampainya di Mekkah, di tempat pedagang tua berjualan dulu, yang ditemui bukanlah orang tua yang dulu berjualan, melainkan seorang pemuda belia. Ibrahim yang sedang berkemelut hatinya dan sedang digelayuti keheranan pun bertanya.

“Empat bulan lalu saya membeli kurma pada seorang pedagang tua ditempat ini. Sekarang di mana dia?”

“Itu Bapak saya ya Syaikh. Dia sudah meninggal sebulan yang lalu,” keluh pemuda tersebut.

“Innalillahi Wainna ilaihi rooji’uun, saya turut berduka cita atas kematian bapakmu wahai pemuda. Kalau begitu kepada siapa saya bisa meminta penghalalan?”

Ibrahim kemudian menceritakan detail peristiwa yang dialaminya. Sedang anak muda mendengarkan dengan seksama.

“Nah, begitulah. Engkau sebagai ahli waris orangtua itu, maukah engkau menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur kumakan tanpa izinnya?” kata Ibrahim bin Adham setelah bercerita.

“Bagi saya tidak masalah. Saya halalkan. Tapi saya masih memiliki saudara yang jumlahnya 11 orang yang mempunyai hak waris sama dengan saya.” Ucap pemuda itu.

Baca Juga:  Kisah Hikmah Sufi, Jangan Mudah Berburuk Sangka!

Ibrahim berniat keras untuk mendapatkan ridho sebutir kurma yang telah ia makan tersebut, lalu meminta alamat masing-masing saudara si pedangang tadi.

“Di mana alamat-alamat saudaramu, biar saya temui mereka satu persatu?” pinta Ibrahim.

Setelah mendapat semua alamat, kemudian Ibrahim bin Adham pergi menemui mereka semua. Masing-masing didatangi, mengetuk pintu, dan ditemui tepat di depan rumah. Setelah semua ahli waris itu menghalalkan sebutir kurma yang ia makan, Ibrahim pun merasa lega. Dan setelah semua permasalahan dirasa telah selesai, Ibrahim kembali lagi ke Masjid al Aqsha.

Ia kembali menempuh empat bulan perjalanan ke Masjid Al-Aqsha. Sesampainya di sana, seperti biasa, ia memilih Kubah Sakhra sebagai tempat beribadah dan kembali bertakarub kepada Allah, dengan ritual shalat, dzikir, dan munajat.

Tidak menunggu lama, di sela-sela ia berdoa, Ibrahim kembali mendengar suara dua malaikat yang dulu sedang berdebat tentangnya.

“Itulah Ibrahim bin Adham yang doanya tertolak karena makan sebutir kurma milik orang lain”, kata salah satu malaikat.

“Oh tidak, sekarang doanya sudah kembali makbul. Ibrahim telah mendapat penghalalan dari ahli waris pemilik kurma itu. Jiwa dan raganya Ibrahim kini sudah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram karena masih milik orang lain. Sekarang ia sudah bebas,” terang malaikat yang satunya lagi.

Hikmah Kisah

Bisa kita bayangkan dari kisah tersebut diatas, bahwa hanya demi mendapat kehalalan sebutir kurma seorang Ibrahim bin Adham rela menempuh perjalanan ratusan kilo meter dan berbulan-bulan.

Baca Juga:  Sekilas Tentang Biografi Ibrahim bin Adham, Tokoh Sufi dari Kalangan Tabiin

Kita tahu bahwa salah satu syarat diterimanya doa dan amal ibadah kita ialah sebab rezeki yang halal yang masuk ke dalam tubuh kita baik itu makanan atau minuman.

Jika hanya sebiji kurma saja, sebuah doa tidak diterima bagaimana dengan kita yang hartanya bercampur dengan barang curian, barang subhat, hasil pungli, suap, atau mungkin malah hasil korupsi?

Allah menciptakan semua yang ada di dunia ini untuk kita. Namun apa yang ada di bumi ini ada yang halal dan ada yang haram. Dadri kisah tersebut dapat kita pahami bahwa Ibrahim bin Adham memakan kurma yang halal dzatnya namun tidak halal cara mendapatkan. Akhirnya ia meminta kehalalan agar halal dzatnya dan halal cara mendapatkannya.

Semoga rezeki kita semua mengandung kedua unsur tersebut, diberi kemudahan mendapatkan rezeki yang halal serta terhindar dari barang yang subhat dan haram. Amiin yarabbal’alamiin. Wallahua’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik