Pecihitam.org – Ada satu kisah menarik nan penuh hikmat dari sosok KH Dimyathi Rois, ulama yang terkenal dengan sifat zuhud dan wara’ asal Kendal Jawa Tengah pengasuh Ponpes Alfadllu wal Fadlilah. Kisah ini di angkat dari beberapa Alumni Ponpes tersebut, yang pernah berkesempatan sowan kepada KH Dimyati Rois.
Seringkali Abah Dim, ( sapaan akrab KH Dimyati Rois ) yang juga Mustasyar PBNU ini, memberikan wejangan kepada para tamu-nya, menceritakan sejarah, bahkan kadang juga pengalaman pribadi seperti seperti kisah berikut ini .
Saat itu Abah Dim terkenang disaat melakukan perjalanan ke Brebes , Tanah kelahiran-nya karena sebuah keperluan, dengan mengendarai Vespa PX yang di milikinya. Saat itu Abah Dim ditemani KH Kafabihi Mahrus Ali, santri-nya yang asal Lirboyo, sekaligus Putra dari Guru nya yaitu KH Mahrus Ali Lirboyo .
Abah Dim memulai Cerita-nya : Dahulu ditahun 80an saya ada hajat ke Brebes dan pada waktu itu saya ngajak Kafabih, berdua boncengan pakai Vespa PX, kenang Abah.
Namun malam itu juga saya harus pulang dari Brebes ke Kaliwunggu. Perjalanan malam dulu masih sepi ngak kaya sekarang. Lanjut Abah .
Sesampainya di daerah Batang, tepatnya di Panundan, rupanya jalan licin, dan juga banyak kerikil. Sesuatu yang tak di inginkan terjadi. Vespa PX yang saya kendarai oleng, sedangkan tepat didepan saya ada truk gandeng yang sedang parkir.
Bruuukkkk..! Tak terhindarkan lagi Vespa menabrak Truk Gandeng.
Karena truk itu tinggi, saya dan Vespa saya masuk kebawah roda. Tapi rupanya Kafabih sudah loncat atau terpental duluan.
Karna suara brukkk tadi keras, banyak orang disekitar situ berhamburan mendekat, mereka mencari barangkali terjadi korban.
Disaat mereka mencari cari, sayapun keluar dari bawah truk. Orang-orang kemudian memapahku masuk ke warung yang paling dekat dari TKP guna memberikan pertolongan. Kurang lebih begitu lah Abah Dim menceritakan.
Abah kemudian melanjutkan Kisah-nya.
Saya baru sadar kalau tempat yang digunakan untuk mengamankan saya ternyata sebuah warung. Dan warung itu bukan warung biasa. Orang banyak menyebut nya dengan istilah remang-remang. Kondisi saya baik baik saja, cuma agak gemetar karna shok, tutur Abah Dim.
Abah kemudian menceritakan kondisinya setelah terjadinya kecelakaan. Merekapun memberikan saya telur kampung sebagai obat penenang, dan pada saat saya selesai minum telur tersebut, keluarlah seorang wanita dari salah satu bilik kamar warung.
Secara tidak sengaja wanita itu memandang saya dan sayapun menatap dia. Wanita itu terkaget, karena mengenali saya, dan terlihat dia sangat malu. Saya biasa saja, lalu agar suasana cair saya pun menyapa.
Kok jenengan teng mriki..? (Kok kamu disini?) Sapa Abah
Engih Abah.. karna faktor ekonomi saya terrpaksa berada disini. Jawab wanita itu.
“Njih sampun.. jenengan nginjing kundur mawon jualan dirumah..Insyaallah barokah.. ” Tutur Abah menasihati nya . (iya sudah, kamu pulang saja jualan dirumah… insyaalloh barokah…)
Wanita itu semakin malu sambil makin menunduk dan menangis.
Singkat cerita saya berpamitan dan berterimakasih kepada orang-orang disitu dan Kafabih pun sudah menunguiku diluar. Kondisi vespa juga masih bisa saya pakai sampai kembali ke Kaliwungu.
Beberapa bulan dari peristiwa itu saya ada acara ngaji di sebuah daerah. Setelah ngaji selesai diruang transit mendekatlah seorang wanita yang kemudian mengutarakan rasa maksudnya.
“Matursuwun Abah”. Sambil sorot matanya ber binar-binar wanita yang dulu bertemu di warung saat kecelakaan Vespa vs Truk mengutarakan rasa Terimakasih-nya .
Saya membalas-nya dengan tersenyum, “Semua Karena Allah, Pertolongan dan Hidayah itu semata mata dari Allah”.
Dan sampai sekarang wanita itu masih hidup istiqomah sebagai pedagang pasar yang sukses. Dia juga sering datang mengikuti istighosah Musabbiat jum’at kliwon di Kaliwungu
Di akhir cerita Abad Dim dawuh, “Lah iyo, Gusti Alloh ko unik Banget Arep nuduhake Hidayah ning makhluke ndadak ngorbanake aku tibo numpak Vespa”.
(Lah iya, Gusti Allah kok unik sekali, mau menunjukan hidayah pada makhluknya saja sampai menjatuhkan Vespa saya). Dengan Tawa Lepas Abah mengahiri kisah-nya bersama Gus Kafabih.
Khususon ila KH Dimyathi Rois, Al Fatihah …
Sumber: Kisah Ulama Nusantara