Kisah Nabi Nuh dalam al-Quran, Bagaimanakah Detailnya?

Kisah Nabi Nuh dalam al-Quran, Bagaimanakah Detailnya?

PeciHitam.org – Sejarah, kisah dan peristiwa yang terjadi di masa lampau merupakan salah satu khazanah yang senantiasa harus dipelajari agar dapat mengambil hikmah dari masing-masing kisah tersebut.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kita harus menjadikannya sebagai bekal untuk menyelami kehidupan di masa mendatang agar mendapat kesuksesan dan kebahagiaan.

Dalam al-Quran juga begitu banyak memuat kisah-kisah sejarah, meskipun al-Quran sendiri bukanlah kitab sejarah. Salah satu kisah yang terabadikan yaitu kisah Nabi Nuh dan bahtera yang menyelamatkannya dari bencana banjir besar. Bahkan ada satu surat khusus di dalam al-Quran yang diberi nama surat Nuh.

Daftar Pembahasan:

Misi Diutusnya Nabi Nuh

Sebelum diutusnya Nabi Nuh, kondisi masyarakat negeri yang dilalui dua sungai, Eufrat dan Tigris pada masa tersebut meninggalkan ajaran Nabi sebelumnya.

Mereka juga menjadi syirik dengan menyembah wadd, suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr yang dibuat dan diletakkan di tepi sungai Eufrat. Tidak hanya itu, mereka meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan.

Sebagaimana tugas nabi lain, seruan pertama kali yang dilontarkan Nabi Nuh kepada kaumnya adalah sembahlah Allah, seperti yang tercantum di dalam al-Quran surat Al-Anbiya’ ayat 25 berikut:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.

Ayat di atas menjelaskan bahwa misi utama nabi Nuh diutus kepada kaumnya sama seperti misi para nabi sebelumnya yaitu mengajak kaumnya untuk mengesakan Allah dan melarang mereka untuk berbuat syirik.

Nabi Nuh mengabarkan kepada kaumnya bahwa akan tiba suatu masa dimana mereka akan menghadap kepada Allah, untuk mempertanggungjawabkan apa yang mereka perbuat.

Misi tauhid (meng-Esa-kan Allah) yang diemban oleh nabi Nuh merupakan prinsip dasar agama samawi. Meskipun semua Nabi membawa ajaran tauhid sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas, namun dalam penyampaiannya memiliki perbedaan.

Misalnya, Nabi Muhammad melalui Al-Quran yang diterima sebagai wahyunya, diperkaya oleh Allah dengan aneka penjelasan dan bukti serta jawaban bagi siapapun yang mempersekutukan Allah.

Baca Juga:  Kisah Cinta dan Patah Hati Salman al-Farisi, Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

Nabi Nuh dalam al-Quran

Allah juga menyesuaikan tuntutan yang diangerahkan kepada para Rasul-Nya berdasarkan tingkat kedewasaan berpikir umatnya.

Sepanjangan perjalanan dakwah yang dilakukan oleh Nabi Nuh, beliau senantiasa menggunakan kata-kata yang lembut. Meskipun datang begitu banyak cacian demi cacian yang diterima dari kaumnya, namun Nabi Nuh tetap teguh dengan pendiriannya. Beliau seolah tidak bosan dan tanpa putus asa mengajak mereka dengan penuh kelembutan.

Dakwah Nabi Nuh yang dilakukan siang malam disampaikan kepada umatnya selama 950 tahun seolah tidak cukup membukakan jalan penerang bagi kaumnya, mereka justru tetap membangkang. Sebagaimana Firman Allah dalam Surat al-A’raf ayat 59 berikut:

لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِۦ فَقَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥٓ إِنِّىٓ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).”

Lebih lanjut, setelah berabad-abad nabi Nuh melakukan dakwah, hanya sedikit dari mereka yang beriman. Sebagian besar di antaranya justru lari dari kebenaran, mereka menantang Nabi Nuh, kemudian datanglah azab yang memusnahkan kaum tersebut berupa banjir besar. Hal ini terekam dalam firman-Nya tepatnya dalam surat Al-Ankabut ayat 14 berikut:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.”

Nabi Nuh sempat berdoa:

قَالَ رَبِّ انْصُرْنِي بِمَا كَذَّبُونِ

Artinya: (Nuh) berdoa: “Ya Tuhanku, tolonglah aku, karena mereka mendustakan aku”. (Al-Mu’minun: 26)

Bahtera dalam Kisah Nabi Nuh

Dalam kisah Nabi Nuh, yang sering menjadi perhatian hingga saat ini ialah bahtera penyelamatnya. Ketika dakwah yang dilakukan oleh Nabi Nuh tak kunjung didengar oleh umatnya, pada suatu hari, seorang malaikat turun ke bumi dan berkata kepada Nabi Nuh:

Baca Juga:  Kisah Gus Dur Meminta Doa Kepada Pemulung

“Sesering apapun engkau menyeru kaummu, mereka tetap tidak akan beriman kepada Allah. Jangan letihkan dirimu demi mereka, karena mereka adalah orang terkutuk.”

Mendengar hal tersebut, lalu Nabi Nuh pun berdoa, berikut redaksinya dalam surat Nuh ayat 26-27:

وَقَالَ نُوحٌ رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا

Artinya: Nuh berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.”

إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا عِبَادَكَ وَلَا يَلِدُوا إِلَّا فَاجِرًا كَفَّارًا

Artinya: “Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir.”

Menanggapi doa yang telah dipanjatkan oleh Nabi Nuh, kemudian Allah mewahyukan kepada Nabi Nuh agar mebuat Bahtera besar. Lalu dibuatlah sebuah bahtera yang memiliki 3 lantai, dengan panjang 200 meter, lebar 70 meter dan tinggi 25 meter. Kapal tersebut bertujuan untuk menampung seluruh pengikut Nabi Nuh dan hewan-hewan.

Bahtera dalam kisah Nabi Nuh yang teramat besar tersebut, tentu akan sangat sulit membuatnya. Butuh waktu yang cukup lama. Ada yang menyebutkan butuh waktu 80 tahun.

Namun berkat kemampuan yang dimiliki Nabi Nuh sebagai tukang kayu dengan dibantu oleh para pengikutnya, tentu dapat meringankan kesukaran yang dihadapi.

Di tengah proses pembuatan bahtera tersebut, Nabi Nuh dan kaumnya pun masih menerima begitu banyak ejekan, bahkan semakin menjadi-jadi. Nabi Nuh dan kaumnya tetap bersabar dan menerima ejekan.

Kemudian dikisahkan bahwa ada seorang wanita tua dan anak perempuan kecilnya yang menanyakan tentang ‘kapan Allah akan menyelamatkannya dari orang-orang kafir?’

Malaikat pun turun dan berkata kepada Nabi Nuh, “Bila terdapat air memancar dari rumah wanita tua itu, maka itulah saatnya banjir akan terjadi.”

Nabi Nuh menyampaikan kepada kaumnya apa yang disampaikan malaikat tersebut. Dan semenjak itu, kaumnya sering mengunjungi rumah wanita tua itu.

Terjadinya Bencana Bagi Kaumnya

Pada suatu hari, kala itu langit penuh awan tebal dan menjadi amat gelap. Seorang anak perempuan berlari dan menghampiri Nabi Nuh. Ia mengatakan air di sumur rumahnya memancar.

Baca Juga:  Ketika Tongkat Nabi Musa Berubah Menjadi Ular di Hadapan Fir'aun dan Tukang Sihir

Melihat bukti yang dibawa oleh anak tersebut, kemudian Nabi Nuh memerintahkan kaumnya untuk menaiki bahtera. Kilat pun menyambar dan suaranya bergemuruh. Hujan pun turun dengan derasnya. Tak hanya itu, airpun bertiup amat kencang.

Semua hewan telah naik ke bahtera itu. Nabi Nuh dan para pengikutnya berdiri di lantai dua bahtera sembari melihat banjir besar.

Namun sayangnya, putra Nabi Nuh justru menolak ajakan ayahnya, “Nak, datanglah kepadaku. Naiklah ke bahtera ini.” Namun anaknya menjawab, “Tidak. Aku akan pergi ke gunung itu.

Gunung itu akan melindungiku dari banjir ini.” Seketika anaknya tersapu sebuah ombak besar sehingga tenggelamlah ia ke dalamnya.

Hujan deras terus berlalu hingga 40 hari lamanya. Bahtera tetap melaju dan mengarungi ombak. Nabi Nuh dan pengikutnya terus berdoa memohon keselamatan kepada Allah. Setelah 40 hari, hujan akhirnya berhenti.

Banjir telah reda dan bahtera pun diarahkan ke utara. Mereka semua berdoa dan bersyukur kepada Allah karena telah menyelamatkan dari banjir bandang. Bahtera yang mereka tumpangi pun berlabuh di puncak gunung Judi.

Singkat cerita, Nabi Nuh pun menutup matanya setelah ia selesai menyampaikan risalah serta menyelamatkan manusia dari kehancuran. Oleh sebab itu, Allah pun mengkhususkan salam atasnya. Salam tersebut tercantum dalam surat al-Saffat ayat 79 berikut:

سَلَٰمٌ عَلَىٰ نُوحٍ فِى ٱلْعَٰلَمِينَ

Salam sejahtera untuk Nuh di seluruh alam.

Demikian kisah Nabi Nuh secara singkat. Mudah-mudahan dapat bermanfaat. Ash-Shawabu Minallah.

Mohammad Mufid Muwaffaq