Kisah Ummu Salamah Hingga Dinikahi Rasulullah Saw

kisah ummu salamah

Pecihitam.org – Dialah Hindun binti Suhail atau yang dikenal dengan nama Ummu Salamah. Beliau dibesarkan di lingkungan bangsawan dari Suku Quraisy. Selain dikenal sebagai anak yang tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga yang dihormati dan disegani, dia juga sangat dikenal akan kecantikan dan kecerdasannya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sehingga tak heran jika ada banyak pemuda Mekah yang ingin mempersunting Hindun, namun yang berhasil menikahinya adalah Abdullah bin Abdul Asad bin Hilal bin Abdullah bin Umar bin Makhzum, seorang penunggang kuda terkenal dari pahlawan-pahlawan suku Bani Quraisy yang gagah berani.

Keduanya termasuk menjadi orang-oramg pertama yang masuk Islam. Dengan menjadi pemeluk Islam sejati, tentu Ummu Salamah dan suaminya sebisa mungkin melakukan apa yang diperintahkan dan dilarang Allah sebagai sumber ajaran agama, termasuk mendakwahkan ajaran Islam dan berjuang di jalan Allah.

Dalam membela Islam, peran Abdullah bin Abdul Asad sangat besar. Beliau dikenal berani dalam berperang. Hingga darinya Rasulullah sangat menghargai dengan mengangkatnya sebagai wakil Rasulullah di Madinah ketika beliau pergi memimpin pasukan dalam perang Dzil Asyirah pada tahun kedua hijriah.

Disana Abdullah bin Abdul Asad ikut dalam Perang Badar dan Uhud. Ketika dalam perang Uhud, Abu Salamah mengalami luka yang cukup parah dan nyaris meninggal, namun beberapa saat kemudian dia sembuh.

Setelah Perang Uhud, Rasulullah saw., menerima berita bahwa Bani Asad hendak menyerang kaum muslimin di Madinah. Maka sebelum mereka menyerang, Rasulullah berinisiatif untuk mendahului mereka.

Baca Juga:  Kisah Singkat Muadzah Al Adawiyyah, Seorang Wali Perempuan Masa Tabiin

Sehingga Dalam misi ini, beliau menunjuk Abdullah bin Abdul Asad untuk memimpin pasukan yang berjumlah seratus lima puluh orang yang di dalamnya terdapat Saad bin Abi Waqash, Abu Ubaidah bin Jarrah, Amir bin Jarrah, dan yang lainnya.

Alur dari proses penyerangan tersebut adalah Pasukan diarahkan ke Bukit Quthn, tempat mata air Bani Asad. Kemenangan gemilang diraih oleh pasukan Abdullah bin Abdul Asad, dan mereka kembali ke Madinah dengan membawa banyak harta rampasan perang.

Namun sayang sesampainya di Madinah, luka-luka Abdullah bin Abdul Asad kambuh sehingga dia harus beristirahat beberapa waktu. Disanalah sang istri Ummu Salamah selalu mendampingi suaminya yang sedang dalam keadaan sakit sehingga dia merawat dan menjaganya siang dan malam.

Hingga Suatu hari, demam Abdullah bin Abdul Asad semakin parah, lantas membuat Ummu Salamah berkata kepada suaminya,

“Aku mendapat berita bahwa seorang perempuan yang ditinggal mati suaminya, kemudian suaminya masuk surga, istrinya pun akan masuk surga, jika setelah itu istrinya tidak menikah lagi dan Allah akan mengumpulkan mereka nanti di surga. Demikian pula jika si istri yang meninggal, dan suaminya tidak menikah lagi sepeninggalnya.

Untuk itu, mari kita berjanji bahwa engkau tidak akan menikah lagi sepeninggalku, dan aku berjanji untukmu untuk tidak menikah lagi sepeninggalmu.”

Mendengar hal itu, maka Abdullah bin Abdul Asad berkata, “Maukah engkau menaati perintahku?”

Dia menjawab, “Adapun saya bermusyawarah hanya untuk taat.

Baca Juga:  Kisah Ulama Indonesia Selamatkan Makam Nabi Muhammad yang Mau Dibongkar

Abu Salamah berkata, “Seandainya aku mati, maka menikahlah.”

Lalu dia berdoa kepada Allah ”Ya Allah, kurniakanlah kepada Ummu Salamah sesudahku seseorang yang lebih baik dariku, yang tidak akan menyengsarakan dan menyakitinya.”

Sebait doa itulah yang diharapkan dari seorang Abdullah bin Abdul Asad kepada sang istri, doa yang berharap semoga sang istri mendapatkan seorang lelaki yang lebih baik hingga dapat membimbingnya kelak.

Karena tak kunjung sembuh dan penyakitnya semakin parah, maka sampailah pada detik detik akhir hidupnya, Rasulullah saw., selalu berada di samping Abdullah bin Abdul Asad. Beberapa saat kemudian maut datang menjemput. Rasulullah menutupkan kedua mata Abdullah bin Abdul Asad dengan tangannya yang mulia dan bertakbir sembilan kali.

Menyaksikan hal tersebut, maka di antara yang hadir ada yang berkata, “Ya Rasulullah, apakah engkau sedang dalam keadaan lupa?”

Beliau menjawab, “Aku sama sekali tidak dalam keadaan lupa, sekalipun bertakbir untuknya seribu kali, dia berhak atas takbir itu.”

Kemudian beliau menoleh kepada Ummu Salamah dan bersabda,

“Barang siapa yang ditimpa suatu musibah, maka ucapkanlah sebagaimana yang telah dperintahkan oleh Allah, ‘Sesungguhnya kita milik Allah, dan kepada-Nyalah kita akan dikembalikan. Ya Allah, karuniakanlah bagiku dalam musibahku dan berilah aku ganti yang lebih baik daripadanya, maka Allah akan melaksanakannya untuknya.”

Setelah itu Rasulullah saw.,. berdo’a: “Ya Allah, berilah ketabahan atas kesedihannya, hiburlah dia dari musibah yang menimpanya, dan berilah pengganti yang lebih baik untuknya.”

Setelah wafatnya Abdullah bin Abdul Asad, para pemuka dari kalangan sahabat bersegera meminang Ummu Salamah. Hal ini mereka lakukan sebagai tanda penghormatan terhadapat suaminya dan untuk melindungi diri Ummu Salamah.

Baca Juga:  Kisah KH Dimyathi Rois dan Hidayah Wanita Karena Vespa PX

Namun sayangnya Ummu Salamah memilih untuk menolak termasuk menolak Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin al-Khaththab. Hingga suatu hari, Rasulullah pun mulai memikirkan perkara Ummu Salamah.

Maka Dalam keadaan seperti itu, Rasulullah mengutus Hathib bin Abi Balta’ah menemui Ummu Salamah dengan maksud meminang dirinya untuk beliau. Maka oleh Ummu Salamah menerima pinangan tersebut.

Bagaimana mungkin baginya untuk tidak menerima pinangan dari orang yang lebih baik dari semua orang di dunia.

Dengan perkawinan tersebut maka Ummu Salamah termasuk kalangan Ummahatul- Mukminin, dan oleh Rasulullah ia ditempatkan di kamar Zainab binti Khuzaimah yang digelari Ummul-Masakiin (ibu bagi orang-orang miskin) sampai Ummu Salamah meninggal dunia.

Semoga bermanfaat!

Rosmawati