Kitab Kifayatu Al Akhyar Fi Halli Ghoyatu Al Ikhtishor Karya Al Hishni

kitab kifayatu al akhyar

Pecihitam.org – Nama lengkapnya adalah kitab Kifayatu Al-Akhyar Fi Halli Ghoyati Al-Ikhtishor” (كفاية الأخيار في حل غاية الاختصار). Makna kifayah adalah mencukupi. Lafaz Al-Akhyar adalah bentuk jamak dari khoir yang bisa dimaknai manusia terbaik. Hall bisa dimaknai menguraikan. Jadi, secara keseluruhan, makna kitab ini seakan-akan dimaksudkan sebagai kitab yang isinya sudah mencukupi orang-orang baik yang ingin belajar agama (atau mewakili ulama terbaik dalam hal mensyarah), yakni dengan cara menguraikan, menjelaskan dan mensyarah kitab yang bernama Ghoyatu Al-Ikhtishor.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kitab ini terkadang disebut dan disingkat menjadi Al-Kifayah. Hanya saja, penyebutan ini perlu hati-hati. Pasalnya, di kalangan mutaqoddimin, jika disebut Al-Kifayah, persepsi mereka adalah Kifayatu Al-Nabih karya Ibnu Ar-Rif’ah yang merupakan syarah dari kitab At-Tanbih karya Asy-Syirozi. Perbedaan dua Kifayah ini harus diperhatikan karena sering terjadi ambiguitas di kalangan para penuntut ilmu. Penyebutan Al-Kifayah bermakna Kifayatu Al-Akhyar adalah jika disebut sesudah masa Al-Hishni (829 H).

Kitab ini dikarang oleh Taqiyyuddin Abu Bakr bin Muhammad Al-Hishni. Singkatnya disebut Al-Hishni atau Taqiyyuddin Al-Hishni. Orangnya berbudi luhur, ramah kepada murid-muridnya, senang beruzlah, dan berwibawa. Beliau bukan hanya ahli fiqih tetapi juga ahli hadits. Di antara karyanya terkait hadits adalah takhrij beliau terhadap kitab Ihya’ Ulumiddin karya Imam Ghazali. Sayangnya karya ini belum tuntas.

Sasaran ditulisnya kitab ini dua macam orang sebagaimana diterangkan sendiri oleh Al-Hishni. Pertama; orang yang punya tanggungan yang tidak ada kesempatan untuk bermulazamah dengan ulama. Kedua: Salik (ahli ibadah) yang fokus ke ibadahnya, bukan fokus ke ilmu. Karena itulah, meskipun kitab ini berbentuk syarah, tetapi isinya ringkas. Tidak terlalu pendek dan tidak terlalu panjang. Kitab ini ditulis bukan untuk para ulama yang berniat tabahhur (mendalami dan menguasai tuntas).

Baca Juga:  Kitab Sunan Ibnu Majah Karya Imam Ibnu Majah

Kitab ini adalah syarah dari Matan Abu Syuja’ atau yang disebut juga Al-Ghoyah Wa At-Taqrib. Matan Abu Syuja’ adalah di antara matan termasyhur dalam madzhab Syafii. Uraian lebih dalam tentang Matan Abu Syuja’ bisa dibaca pada artikel yang berjudul Matan Abu Syuja’.

Dalam mensyarah, hal menonjol yang dilakukan Al-Hishni adalah memberikan dalil dan ta’lil (reasoning) setiap kali menyajikan hukum. Al-Hishni adalah ahli hadits, karena itu wajar jika beliau cukup piawai menyebutkan dalil-dalil dari hadits pada saat mensyarah kitab ini. Perhatiannya terhadap hadits cukup tinggi.

Dalam satu kasus fiqih, terkadang beliau menyebut lebih dari satu dalil, dan dalam satu hadits kadang beliau menyebut sejumlah variasi riwayat. Beliau juga menyempatkan diri untuk menjelaskan sejumlah lafadz hadits jika dipandang terasa asing seperti syarah beliau terhadap ucapan Nabi “taribat yaminuk”. Tak lupa juga beliau menjelaskan takhrij hadits, membicarakan sanad dan matannya dan seringkali juga membincangkan kualitas haditsnya.

Hampir setiap masalah hukum yang disebutkan senantiasa disertai istidlal dari Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Kadang satu kasus hukum disebutkan dalil lebih dari satu. Memang, kajian terhadap kitab ini diharapkan sudah mencukupi seorang penuntut ilmu sehingga tidak perlu membaca kitab-kitab muthowwal seperti Kifayatu An-Nabih karya Ibnu Ar-Rif’ah, Al-Majmu’ karya An-Nawawi, Al-Hawi Al-Kabir karya Al-Mawardi, Nihayatu Al-Mathlab fi Diroyati Al-Madzhab karya Al-Juwaini dan lain-lain. Telaah terhadap kitab-kitab hadits hukum juga diharapkan tidak diperlukan lagi.

Sumber utama Kifayatu Al-Akhyar adalah kitab Roudhotu Ath-Tholibin karya Imam Nawawi. Cara menguraikan kasus-kasus fiqih, rincian-rinciannya, penyajian ikhtilaf, termasuk tarjihnya, mengikuti gaya dan cara An-Nawawi dalam Roudhotu Ath-Tholibin. Bahkan, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Al-Hishni terkadang menukil secara lengkap redaksi dalam Roudhotu Ath-Tholibin tanpa mengubahnya. Hanya saja, Al-Hishni merujuk secara kritis, sehingga kadang-kadang beliau memberikan ta’qib (koreksi), istidrok (melengkapi), memerinci hukum, bahkan kadang juga mengkritik. Jika beliau mengoreksi, maka akan diawali kata “qultu” dan diakhiri kata “wallahua’lam”.

Baca Juga:  Maqalah Kitab Nashoihul Ibad Karya Syekh Nawawi al Bantani (Bagian 3)

Selain Roudhotu Ath-Tholibin, referensi lain yang dipakai Al-Hishni adalah:

  1. Al-Umm karya Imam Syafi’i
  2. Ar-Risalah karya Imam Syafii
  3. Mukhtashor Al-Buwaithi
  4. Al-Khishol karya Al-Khoffaf
  5. Mukhtashor Al-Muzani
  6. At-Talkhish karya Ibnu Al-Qosh
  7. Al-Ifshoh karya Al-Hasan Ath-Thobari
  8. Jam’u Al-Jawami’ karya Ibnu ‘Ifris
  9. At-Taqrib karya Al-Qoffal Asy-Syasyi
  10. Fatawa Al-Qoffal
  11. Al-Furuq karya Abdullah Al-Juwaini
  12. Ta’liq Abu Ath-Thoyyib Ath-Thobari
  13. Al-Hawi Al-Kabir karya Al-Mawardi dan masih banyak yang lainnya.

Kitab ini juga menjadi sumber data penting untuk mengetahui ikhtlaf Asy-Syaikhan (Ar-Rofi’i dan An-Nawawi) karena Al-Hishni cukup serius menyebut ikhtilaf-ikhtilaf mereka. Hanya saja Al-Hishni tidak hanya menukil ikhtilaf, tetapi juga mentahqiqnya. Meksipun Al-Hishni sangat menghormati Asy-Syaikhan, tetapi beliau juga bersikap kritis saat mensyarah.

Dengan demikian, jika kita pernah mendapatkan informasi bahwa An-Nawawi pernah merasa kurang “sreg” dengan rancangan kitab Roudhotu At-Tholibin yang ditulisnya sendiri, bahkan sudah pernah memerintahkan muridnya; Ibnu Al-‘Atthor untuk menghapus rancangan naskahnya karena kuatir ada beberapa tulisan keliru dalam kitab itu, tapi kemudian An-Nawawi pasrah tidak bersikeras minta kitabnya dimusnahkan karena sudah telanjur menyebar dan populer, maka hadirnya Kifayatu Al-Akhyar ini bisa menutup celah Roudhotu Ath-Tholibin dan mengobati kekhawatiran An-Nawawi.

Alasannya, Al-Hishni cukup kritis dan teliti memeriksa tulisan An-Nawawi dalam Roudhotu Ath-Tholibin sehingga beliau tidak segan-segan menilai An-Nawawi melakukan “sahwun”/kealpaan/forgetfullness jika memang terbukti keliru. Hanya saja, penilaian Al-Hishni juga harus tetap disikapi dengan kritis karena di beberapa tempat terbukti penilaian itu juga kurang akurat. Terkait kritikan Al-Isnawi terhadap tarjih An-Nawawi, seringkali Al-Hishni membela An-Nawawi dan membantah argumentasi Al-Isnawi.

Baca Juga:  Kitab Kanzu Ar Roghibin Karya Jalaluddin Al Mahalli

Di antara yang menunjukkan mutu kitab Kifayatu Al-Akhyar ini adalah isinya dijadikan rujukan dan dikutip oleh Zakariyya Al-Anshori dalam Asna Al-Matholib dan Al-Ghuroru Al-Bahiyyah, Ar-Romli dalam Nihayatu Al-Muhtaj dan fatawanya, Al-Khothib Asy-Syirbini dalam Mughni Al-Muhtaj, dan Al-Bujairimi dalam Hasyiyah Al-Iqna’. Bahkan, kitab ini juga dikutip oleh ulama di luar madzhab Syafii seperti Ibnu ‘Abidin Al-Hanafi dalam Roddu Al-Muhtar.

Bisa dikatakan kitab Kifayatu Al-Akhyar adalah kitab level menengah fiqih Syafii yang direkomendasikan untuk dipelajari. Penerbit Dar Al-Minhaj mencetak kitab Kifayatu Al-Akhyar atas jasa tahqiq Ibnu Sumaith dan Muhammad Syadi dengan ketebalan 775 halaman. Cetakan ini disiapkan cukup serius karena bahan manuskripnya diperoleh dari salah satu perpustakaan di Jerman dan dua naskah manuskrip dari tempat lainnya yang dianggap manuskrip paling dekat dengan masa pengarang.

Silahkan download kitab tersebut pada link dibawah ini:

Kitab Kifayatu Al-Akhyar karya Al Hishni

Penting: Kitab ini berbentuk digital, jika anda menemukan link download yang error atau isi kitab yang tidak sesuai dengan teks aslinya silahkan komentar dibawah atau kirimkan email ke redaksi. Dan disarankan lebih baik membeli kitab yang berbentuk cetakan asli dari penerbit terpercaya sebagai bentuk kehati-hatian. Terima kasih

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *