Mengenal Kitab Qomiut Thughyan Karya Imam An-Nawawi

Mengenal Kitab Qomiut Thughyan Karya Imam An-Nawawi

PeciHitam.org – Turats karya Ulama-ulama Nusantara, jika diteliti sangat banyak dan beragam. Jikalau karya keseluruhan Ulama Nusantra dibuatkan maktabah tersendiri butuh gedung sangat besar untuk menampungnya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sebut saja Ulama sekaliber Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani., Syaikh Burhanudin Ulakan, Syaikh Khatib Sambas, Syaikh Daud Al-Fathani, Syaikh Mahfudz At-Turmusi dan lain sebagainya. Turats atau kitab karya mereka sangat banyak karena beliau-beliau adalah penulis dan pengarang kitab produktif.

Salah satu turats dalam bentuk kurrasah atau buku kecil karya Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani al-Jawi. Kitab kecil tersebut diberi nama Qomiut Thughyan atau pembasmi Kegelapan, oleh Ulama Hijaz ini.

Qomiut Thughyan adalah kitab komentar/ syarah dari Syair/ Nadzam Syubul Iman (cabang Iman) karya Syaikh Zainuddin bin Ali bin Ahmad as-Syafii al-Kusyini al-Fannani al-Malibari (wafat tahun 972 H).

Daerah Malibar pada era ini berada dalam otoritas wilayah India Selatan. Selain kitab “Cabang Iman”, Syaikh Zainudin juga menulis kitab yang familiar di telinga santri Indonesia yaitu Fathul Muin.

Kitab asli dari syubatul Iman adalah karya Sayyid Nurudin Al-Iji. Kitab ini berbahasa Persia dan dialih bahasakan ke dalam Bahasa Arab dalam bentuk bait syair berjumlah 26 buah. Dari jumlah 26 bait, Imam Nawawi menambahkan 3 bait di awal kitab dan oleh Ulama lain ditambah 1 dibelakang, menjadikan bait syair lengkap 30.

Baca Juga:  Kitab Ummul Barahin, Matan Sanusiyah Karya Imam as-Sanusi

Isi utama dari kitab Qomiut Thughyan adalah menerangkan tentang cabang-cabang Iman. Beliau Imam Nawawi Al-Bantani menyebut bahwa cabang Iman terbagi menjadi 77 macam. Kata-kata Nawawi Al-Bantani mendasarkan pada Hadits Rasulullah SAW;

قال رسول الله صل الله عليه وسلم الايمان بضع وسبعون شعبة فافضلها قول لا اله الله وادناها اماطة الاذى عن الطريق والحياء شعبة من الايمان

Rasulullah SAW berkata; Iman memiliki 77 cabang, cabang tertinggi adalah Lafadz Tiada Tuhan selain Allah. Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan bahaya dari Jalan. Dan sikap Malu adalah salah satu dari Iman.

Dari ketujuh puluh tujuh cabang iman tersebut dapat dikategorikan  dalam dua kategori. Kedua kategori tersebut adalah cabang iman yang berkaitan dengan persoalan aqidah atau Teologi dan kaitanya dengan akhlak atau budi pekerti.

Kajian teologi berkaitan dengan 6 rukun Iman (Iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab, iman kepada rasul, dan seterusnya)

Baca Juga:  Apa Saja Intisari Kitab Zabur?

Kajian budi pekerti/ akhlak adalah yang berkaitan cara pandang yang baik (Husnudzan) akhlak baik kepada Allah maupun akhlak antar sesama. Kajian budi pekerti erat juga kaitannya dengan masalah cinta, cemas dan berharap (raja) kepada Allah, mencintai nabi, mencari ilmu, tawakal, memberi zakat, membayar kafarat, memenuhi janji, menjaga lidah, menunaikan amanat dan lain sebagainya.

Syaikh Nawawi al-Bantani dalam  menjelaskan akan mengutip Hadits atau menyitir ayat Al-Quran supaya menjadi kuat pandangan yang disampaikan. Selaian mengutip Hadits atau menyitir ayat Al-Quran, beliau tidak segan mengambil cerita hikmah dari salafus shaleh. Sebagai contoh, keterangan beliau tentang sikap raja (harap), beliau sajikan sebuah kisah salafus shaleh.

Pemaparan beliau, adalah tentang larangan berputus asa atau membuat orang lain berputus asa. Beliau menulis, pada masa silam ada seorang Abid (Ahli Beribadah) akan tetapi disatu sisi pernah membuat orang lain putus asa dari rahmat Allah.

Kejadian setelah meninggal, dia meminta balasan kepada Allah atas ibadah yang sudah dia lakukan. Namun, Allah memberi jawaban lain. ”Karena engkau pernah membuat orang lain putus asa dari rahmat-Ku, maka sekarang Aku membuat engkau putus asa dari rahmat-Ku

Baca Juga:  Ini Daftar Kitab yang Dikaji di Pesantren Pada Abad 19

Karangan Imam Nawawi Al-Bantani ini hanyalah salah satu dari turats karya Ulama Nusantara yang sangat kaya khazanahnya. Penghormatan seorang muslim adalah dengan mengkaji dan mengamalkan sesuai dengan proporsi kemampuan masing-masing muslim.

Ribuan judul kitab karya Ulama Nusantara harus digali dan dipelajari sebagai khazanah akademik yang menjadi samudra pengetahuan. Ash-Shawabu minallah

Keywords: Turats, Cabang Iman

Mohammad Mufid Muwaffaq