Larangan Mendoakan Keburukan pada Orang Lain, Ini Alasannya

Larangan Mendoakan Keburukan

Pecihitam.org – Saat diri dizalimi, terkadang hati ingin marah dan membalas. Namun tak jarang tenaga kita kalah kuasa. Raga hanya terdiam, namun mulut tidak terkendali mengucapkan segala sesuatu yang dianggap bisa menyakiti. Akhirnya kata-kata kasar keluar sampai doa yang mengancam kehidupan orang yang menzalimi. Akan tetapi, cara seperti ini tidak bisa dibenarkan. karena ada larangan dan bahaya besar bagi orang yang mendoakan keburukan orang lain.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Bagaimanapun adanya larangan mendoakan keburukan karena itu juga termasuk perbuatan dzalim. Jika hal ini dilanjutkan bisa berakibat buruk kepada yang melancarkan doa. Bisa saja doa buruk yang ditujukan kepada orang yang dianggap zalim, berbalik arah menimpa diri sendiri. Bahkan yang lebih buruk, dosa yang ditanggung oleh orang yang menyakiti akan berpindah pada diri kita.

Dengan begitu, orang yang menyakiti bisa meraih potensi besar menjadi kekasih Allah lantaran perbuatan kita. Terlebih lagi jika pelaku menyesali segala bentuk perilakunya dan bertobat kepada Allah. Maka dimanakah posisi kita?. Bisa saja kita menjadi orang yang dibenci lantaran perilaku kecil yang berakibat fatal.

Baca Juga:  Enam Modal Penuntut Ilmu Ini Harus Kita Pegang Teguh

Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitabnya berjudul Risâlatul Mu‘awanah wal Mudzâharah wal Muwazarah menjelaskan tentang larangan mendoakan keburukan pada orang lain.

“Jangan sekali-kali mendoakan datangnya bencana atau mengutuk diri sendiri, keluargamu, hartamu ataupun seseorang dari kaum Muslimin walaupun ia bertindak dzalim terhadapmu, sebab siapa saja mengucapkan doa kutukan atas orang yang mendzaliminya, berarti ia telah membalasnya. Rasulullah SAW telah bersabda: ‘Jangan mendoakan bencana atas dirimu sendiri, anak-anakmu ataupun harta hartamu. Jangan-jangan hal itu bertepatan dengan saat pengabulan doa oleh Allah SWT’.”

Maka sudah sepantasnya kita berlaku baik kepada siapapun, termasuk orang yang telah menzalimi kita. Balas dendam terbaik adalah mendoakan terbaik untuk dirinya. Kalau misal doa kita terkabulkan sikap dia akan berubah kepada kita. Dan jika doa kita tidak terkabul, bisa saja doa itu menjadi harapan untuk diri kita sendiri.

Doa buruk yang kita ucapkan kepada pelaku bisa menjadi kezaliman. Bisa saja orang yang kita doakan menjadi sosok yang semakin jahat. Dengan begitu, bukankah kita urun tenaga dalam setiap tindakan kejahatannya. Dan jika dipikir lebih dalam berarti kita mengingkari tujuan penyebaran Islam sebagai penyampai kedamaian bagi seluruh alam.

Baca Juga:  Hukum Praktek Euthanasia Pasien Menurut Islam

Oleh karenanya, lebih baik kita sudahi kebiasaan buruk yang senantiasa dilakukan. Memulai kebiasaan baru untuk menciptakan ketenangan dan kedamaian. Hidup akan lebih indah jika kita senantiasa berada di lingkungan kedamaian. Hidup aman dan bahagia karena bisa mengasihi dan dikasihi oleh orang lain.

Tentu sangat sulit membalas keburukan dengan kejelekan. Ada beberapa perkara yang harus disingkirkan termasuk hawa nafsu yang pastinya kuat menghalangi. Ditambah lagi sakit hati yang nampaknya akan memberatkan uluran tangan pemaafan. Tangan terasa kaku, muka rasanya malas menatap si dia, dan rasanya tangan ingin sekali membalaskan kesakitan yang telah ditumpahkan olehnya.

Namun semua itu harus kita lawan dengan tujuan kebaikan. Tangan harus kita paksa untuk mengulurkan, hati harus kita bimbing untuk senantiasa memaafkan, dengan begitu mulut tidak lagi mengucapkan kata-kata terlarang yang bahayanya bisa berdampak besar bagi diri sendiri.

Baca Juga:  Macam-macam Penyakit Hati dan Cara Mencegahnya Menurut Islam

Orang terhebat adalah orang yang bisa memaafkan segala bentuk kejahatan yang ditimpakan dirinya. Nabi Muhammad saw bisa menyebarkan agama Islam karena sifat rahmahnya. Beliau tidak peduli betapa besarnya sakit hati yang ditimpa dirinya. Yang ada di benak beliau adalah bagaimana cara mengislamkan semua umat manusia. Akhirnya dengan cara seperti itu Islam bisa tersebar. Wallahu A’lam.  

Muhammad Nur Faizi