Maqalah Kitab Nashoihul Ibad Karya Syekh Nawawi al Bantani (Bagian 3)

nashoihul ibad

Pecihitam.org – Melanjutkan terjemah Maqolah dalam kitab Nashoihul Ibad karya Syekh Nawawi al Bantani bagian 2.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Daftar Pembahasan:

Maqalah 14 (Dua bukti belum mengenal Allah dan dirinya sendiri)

“Barang siapa menyangka bahwa ia punya penolong yang lebih utama dan lebih kuat dari pada Allah, berarti dia belum benar-benar mengenal Allah dengan baik”. Dan “Barang siapa menyangka bahwa dirinya mempunyai musuh yang lebih kuat daripada dorongan nafsunya, bearti belum mengenal dirinya dengan baik.”

Ketika seseorang menganggap ada penolong yang lebih dekat darii pada Allah, berarti dia belum mengenal Allah, dan barang siapa yang menyangka ada musuh yang lebih kuat dari hawa nafsunya sendiri yang mampu mengajak dalam kejahatan maka dia belum mengenal dirinya. Kenalii dirimu maka kau akan mengenal Tuhanmu.

Maqalah 15 (Dua kerusakan)

Apabila rusak lisannya maka menangislah manusia karena merasa tersakiti dan apabiila rusak hatinya maka menangiislah malaikat. Ketika lisannya digunakan untuk berkata yang buruk maka bisa menyakiti orang lain maka akan menangislah seseorang, dan ketika hati seseorang rusak karena kesobongannya maka menangislah malaikat karena menyesalkan perbuatannya begitu dalamnya hati diumpamakan seperti lautan.

Maqalah 16 (Dua nasihat tentang nafsu dan sabar)

Nafsu dapat menyebabkan penguasa menjadi budak, dan sabar bisa membuat budak menjadi raja. Karena ketika seseorang berkuasa dia akan mengikuti nafsunya dengan menggebu-gebu ingin menguasai segalanya.

Tanpa sadar bahwa diatas langit masih ada langit, menggunakan kekuasaannya untuk hal yang akan menjerumuskannya namun ketika seseorang yang sabar meniti karir dari nol dari buah kesabarannya adalah sebuah kesuksesan yang mahal harganya.

Maqalah 17 (Dua pengendali akal)

“Berbahagialah orang yang dapat menjadikan akalnya sebagai raja, sedangkan nafsunya menjadi tawanan”, maksudnya adalah barang siapa yang dapat mengendalikan nafsunya dan tidak mengumbar nafsunya maka bahagialah hidupnya karena tidak diperbudak oleh nafsunya sendiri)”.

Baca Juga:  Pemikiran Fathimah binti Abdul Wahab dalam Kitab Parukunan

“Celakalah orang yang menjadikan nafsunya sebagai raja, sedangkan akalnya dijadikan tawanan.” Orang yang tidak dapat mengendalikan nafsunya akan mendapatkan kegagalan dan keterpurukan karena ketika seseorang telah dibutakan oleh nafsunya maka celakalah dia”.

Maqalah 18 (Dua keuntungan menjauhi keharaman)

“Barang siapa meninggalkan dosa, maka hatinya menjadi lembut”. Cara untuk melembutkan hati adalah ketika seseorang tersebut meninggalkan dosa. “barang siapa meninggalkan perkara yang haram memakan yang halal, maka akal pikirannya menjadi jernih”.

Hal yang menjadikan pikiran tidak fokus dan terasa berat adalah banyaknya hal yang diharamkan masuk kedalam tubuh kita, maka hindarilah barang haram agar terhindar dari bertumpuknya masalah.

Maqalah 19 (Dua wahyu Allah kepada NabiNya)

Telah diwahyukan kepada sebagian Nabi : “Taatlah engkau kepada-Ku dalam segala hal yang AKU perintahkan kepadamu.” Dan “Janganlah engkau mendurhakai Aku dalam semua hal yang telah Aku peringatkan kepadamu” nasihat yang dengannya seorang hamba akan mendapatkan kebaikan dan dengan apa yang dilarang maka seorang hamba akan tehindar dari kerusakan.

Maqalah 20 (Dua kesempurnaan akal)

Bukti kesempurnaan akal adalah ; “Mengikuti keridhaan Allah ta’ala dan “menjauhi segala yang dimurkai Allah”. Jalankan perintahnya dan jauhi larangannya itulah yang Allah perintahkan.

Maqalah 21 (Dua perbedaan antara yang berilmu dan yang bodoh)

“Orang yang berpengetahuan tidak akan merasa asing dimana pun ia berada” dan “orang yang tidak berpengetahuan akan merasa terasing dimana pun ia berada’’ . orang yang berilmu akan disegani dan dihormati dimanapun dia berada, pasti akan diberikan tempat khusus bagi orang-orang berilmu, namun bagi orang yang tak berilmu pasti seperti orang asing ditempatnya sendiri.

Maqalah 22 ( Dua ciri orang yang taat kepada Allah)

Barang siapa yang taat kepada Allah maka akan “dekat dengan Allah” dan “asing diantara manusia”.

Maksudnya adalah, ketika seseorang sudah merasakan nikmatnya taat kepada Allah maka dia akan merasa asing dari pergaulan dengan manusia biasa.

Baca Juga:  Kitab Hasyiyah al Bujairimi Karya Syaikh Sulaiman al Bujairimi

Maqalah 23 (Dua aktivitas inti)

“Aktivitas ketaatan adalah bukti nyata mengenal Allah” dan “aktivitaas gerakan tubuh adalah pertanda kehiidupan.” Cara mengenal Allah adalah dengan taat kepadaNya, menjalanjan segala perintahnya dan menjauhi larangannya. Karena ketika taraf ketaatan bertambah maka bukti mengenal Allah semakin kuat.

Maqalah 24 (Dua sumber dosa dan fitnah)

Nabi SAW bersabda, (Sumber segala perbuatan dosa adalah cinta dunia,) dan yang dimaksud dari dunia adalah sesuatu yang lebih dari sekedar kebutuhan. (Dan sumber segala fitnah adalah mencegah / tidak mau mengeluarkan sepersepuluh dan tidak mau mengeluarkan zakat).

Maqalah 25 (Dua pengakuan kelemahan diri)

“Orang yang selalu mengakui kelemahan dirinya dalam ketaatan adalah terpuji” dan “orang yang mengakui kelemahan diri dalam beramal adalah tanda diterimanya amal”. Karena dalam dirinya tidak ada sifat ujub dan takabur.

Maqalah 26 (Dua perbuatan tercela)

“Kufur nikmat adalah tercela’’ maksudnya adalah bersyukur dengan nikmat yang Allah berikan kepadanya, karena ketika tidak mensyukurinya maka sama saja melakukan perbuatan tercela.

“Menemani orang yang bodoh adalah perbuatan yang sia-sia”. Nabi SAW bersabda: “putuskanlah persahabatan dengan orang yang bodoh.” (HR. Thabrani dan Basyir).

Mengapa demikian bodoh? Dalam hal ini tidak hanya bodoh dalam pemikiran namun juga perilaku, akhlak yang minim, sehingga lebih baik menghindarinya, karena tabiat seseorang sulit untuk dirubah dan dapat menular.

Maqalah 27 (Dua kerugian akibat menyibukkan diri dengan duniawi)

Seorang penyair berkata; “Wahai orang yang sibuk dengan dunia, sungguuh ia telah tertipu oleh panjangnya angan-angan, atau selalu berada dalam kelalaian hingga ajal mendekatinya, kematian itu datang tanpa ada pemberitahuan, balasan amal perbuatan menanti di alam kubur, bersabarlah dalam menjalani kesusahan dunia, sebab tiada tiada kematian kecuali ajalnya”.

Baca Juga:  Mengenal Tafsir Marah Labid Karya Syekh Nawawi al-Bantani

Cara untuk menjauhkan diri dari hingar bingar dunia adalah dengan menyedikitkan makan dan tidak kenyang serta jangan suka dipuji orang. Karena barang siapa yang menyukai dipuji oleh orang berarti dia juga suka dengan dunia, sehingga bagi siapa yang ingin mendapatkan kebahagiaan yang hakiki adalah dengan menjauhkan diri dari kebahagiaan dunia.

Dan barang siapa yang menjadikan akhirat adalah tujuan, maka Allah akan memberikan kemudahan dalam urusannya, menjadikan kekayaan dalam hatinya. Sehingga dunia yang akan mendatanginya.

Maqalah 28 (Dua kidung penawar kalbu)

Ya Allah, aku ingin mengerjakan semua kebaikan tapi apa daya tangan tak sampai. “Maafkanlah segala kekuranganku, engkau Maha tidak memerlukan dari menyiksaku”. “Maafkanlah segala kekuranganku. Engkau Maha tidak memerlukan dari menyiksaku”. Karena sesungguhnya semua dosa-dosaku tidak merugikan-Mu begitu pula semua ketaatanku tidak menguntungkan Mu.

Maqalah 29 (Dua nasihat Asy-Syibli)

“Jika hatimu ingin merasa tenang dan tentram dengan Allah, maka janganlah engkau turuti kesenangan hawa nafsumu.” Maksudnya tidak menuruti apa yang menjadi keinginannya dan “jika engkau ingin dikasihi Allah, maka kasihilah makhluk Allah.” Mencintai sesama makhluk Allah adalah salah satu hal yang Allah sukai.

Maqalah 30 (Dua kenikmatan dekat dengan Allah)

“Jika engkau telah merasakn niikmatnya dekat dengan Allah, niscaya engkau akan merasakan bagaimana pahitnya jauh dari Allah.”

Bersambung bagian selanjutnya …

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik