Masa Kecil Nabi Muhammad Pernah Sakit Rembes, Berikut Kisahnya

masa kecil nabi

Pecihitam.org – Beberapa hari ini ramai dibicarakan mengenai isi ceramah Gus Muwafiq saat mengisi pengajian di daerah Purwodadi Jawa Tengah. Dalam salah satu potongan cermah beliau, Gus Muwafiq mengatakan bahwa masa kecil Nabi Muhammad saat diasuh oleh Kakeknya, beliau pernah mengalami sakit rembes.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ceramah gus Muwaffiq yang viral akhirnya menjadi perdebatan di media social. Sebab banyak yang mengartikan kalimat rembes tersebut dengan konotasi negatif bahkan tidak pantas katanya.

Padahal jika ditelusuri lebih jauh Rembes dalam bahasa jawa artinya mengeluarkan air dari mata, atau iritasi mata. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, rembes didefinisikan mata merah dan berair serta mengeluarkan kotoran (tentang penyakit mata).

Dalam al-Manhal al-Adzb al-Maurud syarah Sunan Abi Dawud (juz 9, hlm 98) Syekh Mahmud Muhhamd Khithab al-Subki menjelaskan secara panjang lebar mengenai masa kecil Nabi Muhammad SAW yang pernah mengalami sakit mata dan diobati oleh seorang rahib, pendeta Nasrani.

Baca Juga:  Sejarah Berdiri hingga Runtuhnya Dinasti Turki Utsmani

Imam Ibnu al-Jauzi menyebutkan bahwa Nabi Muhammad saw. pernah tertimpa rembes atau sakit mata pada waktu usianya tujuh tahun. Beliau diobati di Mekkah, namun tak ada pengobatan yang manjur di sana.

Kemudian Abdul Muthallib, kakek Nabi, pun mendapat saran dari warga sekitar. “Pak Abdul Muthallib, di daerah Ukaz terdapat seorang rahib, pendeta Nasrani, yang pandai mengobati penyakit mata. Coba engkau kunjungi dia disana,” ujar penduduk setempat.

Ukaz merupakan sebuah daerah pasar kuno yang paling terkenal di Semenanjung Arabi saat itu. Nama tersebut diambil dari apa yang dikerjakan orang Arab di tempat tersebut, mereka memamerkan prestasi dan nenek moyang mereka. Pasar tersebut tercatat untuk pertama kalinya pada 500 Sebelum Masehi. Pasar tersebut terletak diantara Thaif dan Makkah, tepatnya di kota Al-Athdia.

Baca Juga:  Khalifah Harun Ar Rasyid, Masa Keemasan Bani Abbasiyah

Abdul Muthallib pun bergegas membawa cucunya menuju rahib tersebut. Setibanya di tempat tujuan, Abdul Muthallib memanggil-manggil rahib yang rumahnya ternyata terkunci.

“Rahib, bantu sembuhkan penyakit cucuku,” ucapan memelas Abdul Muthallib sambil mengetuk pintu rumah yang terkunci tersebut.

Lama tak direspon oleh sang pemilik rumah, kakek Nabi pun agak kecewa dan hampir saja kembali ke Mekkah. Syahdan, tak lama setelah itu, tiba-tiba rahib keluar dengan tergopoh-gopoh.

“Eh, ada engkau Abdul Muthallib,” sapa rahib sambil ngos-ngosan membenarkan nafasnya. “Tadi rumahku terasa berguncang, hampir roboh. Jika saja aku tidak keluar menjumpaimu, pasti aku sudah tertimbun reruntuhan rumahku.” ujar si rahib.

Si rahib pun kembali melanjutkan perkataannya, “Cucumu ini adalah Nabi umat saat ini. Jaga dia, dan Ahlul Kitab tidak akan ada yang sanggup membunuhnya. Bawalah dia pulang dan minumkanlah ramuan ini,” jelas rahib pada Abdul Muthallib setelah mengobati Nabi.

Baca Juga:  Sejarah Lahirnya Mazhab Syafi'i, Sebuah Perjalanan Intelektual Sang Imam

Dalam riwayat lain dikatakan, rahib itu membuka sahifah yang dimilikinya. Ia mengatakan pada Abdul Muthallib, bahwa obat sakit mata Muhammad cucunya adalah ludahnya sendiri.

“Ya Abdul Muthallib, setiap kali aku mengobati pasien sakit mata, pasti aku bersumpah dengan nama Allah berwasilah dengan nama cucumu ini,” jelas rahib itu pada kakek Nabi.

Demikian, Wallahua’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik