Masjid Nabawi; Sejarah Lengkap Sejak Dibangun Nabi Hingga Kontroversi Era Saudi

masjid nabawi

Pecihitam.org – Masjid Nabawi merupakan salah satu masjid yang sangat dimuliakan oleh umat Islam. Sebagaimana Rasulullah Saw pernah bersabda, ”Janganlah kalian berkunjung kecuali pada tiga masjid, yakni Masjid al-Haram (Makkah), Masjidku ini (Nabawi di Madinah), dan Masjid al-Aqsha (Palestina).”

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Bahkan, Rasulullah Saw juga bersabda, beribadah di Masjid Nabawi pahalanya akan dilipatgandakan hingga 1000 kali lipat. Itu sebabnya, sebagian besar umat Islam yang berkunjung ke Madinah, senantiasa menyempatkan diri untuk beribadah di Masjid ini dan juga berziarah ke makam Rasulullah Saw untuk menelusuri jejak kehidupannya di Madinah.

Bahkan, pada musim haji, jutaan umat Islam dari seluruh dunia, berusaha melaksanakan shalat sunnah Arbain sebanyak 40 kali di Masjid ini selama delapan hari demi memperoleh keberkahannya.

Masjid Nabawi adalah sebuah masjid yang didirikan secara langsung oleh Rasulullah Saw, berlokasi di pusat kota Madinah dan merupakan masjid ketiga yang dibangun dalam sejarah Islam setelah masjid Quba dan kini menjadi salah satu masjid terbesar di dunia. Masjid ini menjadi tempat paling suci kedua dalam agama Islam, setelah Masjidil Haram di Mekkah.

Masjid ini sebenarnya dahulu merupakan bekas rumah Nabi Muhammad Saw yang beliau tinggali setelah Hijrah ke Madinah pada 622 M. Pada saat itu Masjid ini juga dijadikan tempat berkumpulnya masyarakat, majelis, dan sekolah agama.

Pada tahun 1909, tempat ini menjadi tempat pertama di Jazirah Arab yang diterangi pencahayaan listrik. Masjid ini berada di bawah perlindungan dan pengawasan Penjaga Dua Tanah Suci.

Perluasan besar-besaran di pernah dilakukan dibawah Kesultanan Umayyah al-Walid I. Saat itu dibuat tempat di atas Makam Nabi Muhammad Saw beserta dua Khalifah Rasyidin Abu Bakar dan Umar bin Khattab.

Salah satu fitur terkenal Masjid Nabawi adalah Kubah Hijau yang berada di tenggara masjid, yang dulunya merupakan rumah Aisyah, dimana Makam Nabi Muhammad Saw berada.

Pada 1279, sebuah penutup yang terbuat dari kayu di bangun dan di renovasi sedikitnya dua kali yakni pada abad ke-15 dan pada 1817. Kubah yang ada saat ini dibangun pada 1818 oleh Sultan Utsmaniyah Mahmud II, dan di cat warna hijau pada 1837, sejak saat itulah kubah tersebut dikenal sebagai “Kubah Hijau”.

Daftar Pembahasan:

Sejarah Masjid Nabawi

Penentuan Lokasi Masjid Nabawi

Setelah membangun masjid Quba, Nabi Muhammad Saw sempat tinggal di Quba selama empat hari. Kemudian beliau melanjutkan perjalanan Hijrahnya menuju kota Madinah. Ada kisah menarik sebelum akhirnya Rasulullah Saw menentukan lokasi tempat didirikannya Masjid Nabawi.

Saat itu Nabi Muhammad Saw dengan menunggang unta mulai memasuki Kota Madinah. Masyarakat Kota Madinah yang mengetahui informasi tersebut segera berkumpul untuk menyambutnya. Mereka ingin sekali menarik tali kekang unta beliau Saw untuk mengundang Rasulullah Saw tinggal dirumah mereka. Namun Rasulullah Saw mengucapkan sebuah kalimat;

Jangan ada yang menarik kekangan tali unta ini, karena ia telah mendapatkan perintah langsung dari Allah dimana ia akan berhenti” kata Rasulullah Saw.

Akhirnya unta tersebut berhenti dan duduk disebuah tempat yang rupanya itu merupakan tempat penjemuran kurma milik Suhail dan Sahl. Mereka adalah dua anak yatim dari Bani Najjar yang berada dalam pemeliharaan As’ad bin Zurarah. Bani Najjar ini merupakan suku dari keluarga ibunda Rasulullah Saw, Aminah.

Nabi Muhammad Saw kemudian memanggil kedua anak yatim itu dan menawar tanah tersebut. Namun kedua anak itu berkata: “Justru kami ingin memberikannya kepada anda, wahai Rasulullah”.

Akan tetapi Nabi Saw merasa enggan menerima pemberian dua anak yatim ini dan tetap ingin membeli tanah tersebut. Setelah berdiskusi akhirnya Nabi Muhammad Saw menilai harga tanah disekitar guna memperkirakan harganya. Setelah menemukan harga yang tepat, lalu beliau menebus tanah itu dari Suhail dan Sahl.

Kisah Proses Pembangunan Masjid Nabawi

Pada proses pembangunan Masjid Nabawi ini, Rasulullah Saw mengutamakan orang-orang yang ahli. Dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa Rasulullah pernah memerintahkan kepada para sahabat yang ikut bekerja dalam pembangunan tersebut: “Dekatkanlah al-Yamami ke tanah itu, karena sentuhan dia terbaik di antara kalian, dan paling kuat adonannya”

Baca Juga:  Macam-Macam Istilah Anak dalam Islam, Mulai dari Penyebutan Hingga Fasenya

Dalam riwayat lain, al-Yamaami berkata: “Aku mencampurkan tanah, lalu seakan campuranku ini menakjubkan beliau Saw. Rasulullah kemudian bersabda: ‘Biarkanlah al-Yamaami al-Hanafi dengan tanah, karena dia paling ahli di antara kalian dalam urusan tanah’.”

‘Ammar bin Yasir ra juga termasuk sahabat yang sangat bersemangat dalam pembangunan masjid ini. Saat yang lain membawa satu batu bata, ia membawa dua. Satu untuk dirinya, sedangkan yang satu lagi untuk Rasulullah Saw.

Melihat perbuatan ‘Ammar ini, kemudian Rasulullah Saw mengusap punggung ‘Ammar seraya bersabda: “Wahai Ibnu Sumayyah, orang-orang ini mendapatkan pahala satu, tetapi engkau mendapatkan pahala dua, bekal terakhirmu adalah satu hirupan susu, dan engkau akan dibunuh oleh kelompok pembangkang”.

Hadits ini menjadi salah satu bukti kenabian Nabi Muhammad Saw, karena di kemudian hari ‘Ammar bin Yasir ra. ternyata memang meninggal dengan cara yang telah dijelaskan Rasulullah Saw dalam hadits di atas.

Pembangunan masjid Nabawi membutuhkan waktu sekitar dua belas hari. Saat itu luasnya 30,5 meter (100 ft) × 35,62 meter (116,9 ft). Tingginya mencapai 3,60 meter (11,8 ft). Tiga pintu masjid yaitu Bab-al-Rahmah ke selatan, Bab-al-Jibril ke barat dan Babal-Nisa ke timur.

Tembok di keempat sisi masjid ini terbuat dari batu bata dan tanah, Atapnya, dibuat dari daun-daun kurma dan sebagian ada yang dibiarkan terbuka begitu saja. Selama sembilan tahun pertama, masjid ini tanpa penerangan di malam hari. Hanya di waktu Isya saja, dibuatkan sedikit penerangan dengan membakar jerami.

Selain itu pada salah satu sisi masjid, dibangun kediaman Nabi Muhammad Saw. Kediaman Nabi ini lebih kecil dan tidak lebih mewah dari keadaan masjidnya, namun tentu saja lebih tertutup. Selain itu ada pula bagian yang digunakan sebagai tempat orang-orang fakir-miskin yang tidak memiliki rumah. Konon, orang-orang inilah yang dikenal sebagai ahlussufah atau para penghuni teras masjid.

Pada masa itu Masjid Nabawi sangatlah sederhana, kita akan sulit membayangkan keadaan aslinya apabila melihat bangunannya yang megah saat ini. Dahulu, lantai masjid hanya dari tanah berbatu, atapnya pelepah kurma, dan terdapat tiga pintu. Sementara saat ini, Masjid Nabawi sangat besar dan megah.

Perluasan Masjid Nabawi

Masa Nabi Muhammad Saw

Pada tahun 7 H, jumlah umat Islam semakin banyak, dan masjid ini menjadi penuh dan sesak, Rasulullah Saw pun mengambil kebijakan memperluas Masjid Nabawi. Setelah Perang Khaibar, masjid pun di perluas menjdai kurang lebih 47,32 meter (155,2 ft) pada salah satu sisi dan tiga ruas pilar dibangun disamping tembok bagian barat, yang menjadi tempat shalat.

Masa Khulafaur Rasyidin

Masjid Nabawi ini juga mengalami perubahan saat pemerintahan Khalifah Abu Bakar. Umar bin Khattab khalifah kedua juga memperbesar masjid ini dengan meratakan semua rumah dekat masjid kecuali rumah istri Nabi Muhammad Saw. Dimensi ukuran masjid baru saat itu menjadi 57,49 meter (188,6 ft) × 66,14 meter (217,0 ft).

Lumpur digunakan untuk dinding penutup. Selain ditaburi kerikil di lantainya, tinggi atap ditambah hingga 5,6 meter (18 ft). Umar bin Khattab juga membangun tiga konstruksi gerbang baru sebagai pintu masuk. Dia juga menambahkan Al-Butayha bagi masyarakat untuk membacakan puisi-puisi.

Pada masa Khalifah ketiga, Utsman bin Affan merobohkan masjid ini pada 649 M. Menghabiskan waktu 10 bulan untuk membuat bentuk persegi panjang masjid yang menghadap ke Ka’bah di Mekkah. Ukuran Masjid baru tersebut menjadi 81,40 meter (267,1 ft) × 62,58 meter (205,3 ft).

Jumlah gerbang disamakan pada bangunan sebelumnya. Dinding pembatas terbuat dari lapisan bata dengan adukan semen. Tiang-tiang batang kurma digantikan oleh pilar batu dan kayu jati juga dimanfaatkan dalam rekonstruksi langit-langit masjid. Inilah perluasan besar-besaran masa Khulafaur Rasyidin.

Zaman Pertengahan

Masa Dinasty Umayyah

Pada tahun 707 M, Khalifah Umayyah Al-Walid ibn Abd al-Malik merenovasi kembali masjid Nabawi. Renovasi ini memakan waktu lebih kurang tiga tahun dengan bahan-bahan material berasal dari Bizantium. Luas masjid diperbesar dari 5094 meter persegi pada masa Utsman bin Affan menjadi 8672 meter persegi.

Kemudain, sebuah tembok dibangun untuk memisahkan masjid dan rumah istri Rasulullah Saw. Masjid direnovasi dalam sebuah bentuk trapesium dengan panjang 101,76 meter (333,9 ft). Untuk pertama kalinya, beranda dibangun di Masjid Nabawi ini menghubungkan bagian utara struktur ke struktur terpentingnya. Dan untuk pertama kalinya pula, minaret (menara masjid) dibangun di Madinah. Setidaknya khalifah al Walid membangun empat minaret.

Baca Juga:  Masjidil Haram dan Masjid Nabawi Ditutup Selama Idul Fitri

Masa Dinasty Abbasiyah

Pada masa Dinasty Abbasiyah, Khalifah Al-Mahdi memperluas masjid ke utara sebanyak 50 meter (160 ft). Bahkan namanya juga ditulis pada dinding masjid. Dia juga mengusulkan untuk menghilangkan enam anak tangga menuju mimbar, namun rencana ini ditolak, karena hal ini dapat menyebabkan kerusakan.

Adapun menurut Ibnu Qutaibah, khalifah ketiga Al-Ma’mun melakuan pekerjaan yang tidak menentu pada masjid Nabawi. Khalifah Al-Mutawakkil melakukan pelapisan makam Nabi dengan marmer. Sedangkan Khalifah Al-Ashraf Qansuh al-Ghawri membangun sebuah kubah di atas makam Nabi Saw pada 1476.

Masa Dinasty Turki Utsmany

Kubah yang ada saat ini dibangun pada 1818 oleh Sultan Utsmaniyah Mahmud II, dan di cat warna hijau pada 1837, sejak saat itulah kubah tersebut dikenal sebagai “Kubah Hijau”. Kemudian Sultan Abdul Majid I mengahabiskan waktu tiga belas tahun untuk membangun kembali masjid, yang di mulai pada 1849.

Batu bata merah digunakan dalam material utama dalam rekonstruksi masjid ini. Luas lantai diperbesar hingga 1293 meter persegi. Pada dinding-dindingnya, ayat-ayat Alquran di lukis dalam bentuk kaligrafi Islam. Pada sisi utara masjid, sebuah madrasah di bangun untuk “bimbingan mengajar Alquran “.

Era Kekuasaan Saudi dan Kontroversinya

Pada tahun 1805 ketika Saud bin Abdul Aziz dan para pengikutnya, Wahhabi merebut Madinah. Dengan paham wahabinya, Ia kemudian merobohkan setiap makam berkubah yang ada di Madinah dan mencegah pemuliaan bangunan, termasuk Kubah Hijau yang ingin segera dihancurkan.

Mereka berpendapat orang-orang dilarang memuliakan kuburan dan tempat yang dianggap memiliki keajaiban supranatural yang berlawanan dengan tauhid. Bahkan Makam Nabi Muhammad SAw dilepaskan dari hiasan emas dan berliannya. Namun kubah tersebut menjadi salah satu yang masih dipelihara karena sebuah ketidaksuksesan percobaan untuk merobohkan struktur kerasnya.

Kejadian serupa terjadi pada 1925 ketika Saudi kembali merebut dan mengawasi kota Madinah. Bahkan ada upaya pembongkaran Makan Nabi, karena oleh para Wahabi dianggap syirik dan bid’ah. Namun akhirnya upaya tersebut gagal setelah Nahdlatul Ulama dari Indonesia dengan Komite Hijaz-nya mengirimkan surat dan KH Wahab Chasbullah sebagai delegasi menemui Raja Ibnu Saud.

Setelah pendirian Kerajaan Arab Saudi pada 1932, masjid mengalami modifikasi besar. Pada 1951 Raja Ibnu Saud (1932–1953) kembali merencanakan penghancuran bangunan sekitar masjid untuk membuat sayap baru ke timur dan barat dari gedung peribadatan utama. Kolom tertua diperkokoh beton dan dipasangi cincin tembaga diatasnya.

Minaret Suleymaniyya dan Majidiyya dipindahkan menjadi dua minaret bergaya Mamluk. Dua menara tambahan ditegakkan ke barat daya dan timur laut masjid. Kemudian, sebuah perpustakaan dibangun sepanjang tembok bagian barat yang menjadi tempat koleksi Al-Qur’an bersejarah dan beragam teks keagamaan lainnya.

Tidak selesai disitu, pada 1974, Raja Faisal menambahkan 40.440 meter persegi demi luas masjid. Kemudian perluasan masjid juga dilakukan pada masa kekuasaan Raja Fahd pada 1985. Bahkan, Bulldozer turut gunakan dalam penghancuran bangunan-bangunan sekitar masjid. Pada tahun 1992, ketika konstruksi ini selesai, wilayah masjid menjadi 1,7 juta kaki. Eskalator dan 27 halaman juga ditambahkan dalam perluasan masjid.

Pada September 2012, sebanyak 6 milyar USD diumumkan untuk perluasan masjid Nabawi. Dan dilaporkan bahwa setelah proyek selesai, masjid ini dapat menampung lebih dari 1,6 juta jamaah. Pada Maret tahun 2013, koran Saudi Gazette menuliskan bahwa “95 persen penghancuran telah diselesaikan. Penghancuran ini mencakup 10 hotel di sisi timur serta sejumlah rumah dan fasilitas lain untuk membuat jalur menuju perluasan.

Bangunan Penting

Makam Nabi Muhammad Saw

Rasulullah Saw dimakamkan di tempat wafatnya, yakni tempat yang dahulunya adalah kamar Aisyah ra. Kemudian didekatnya dimakamkan pula dua sahabat beliau, yakni Abu Bakar Al-Shiddiq dan Umar bin Khattab.

Makam itu dahulu berada diluar, karena perluasan yang terus menerus, ketiga makam itu kini berada di dalam masjid Nabawi, yakni di sudut tenggara (kiri depan) masjid. Sedangkan makam Sayyidah Aisyah dan kebanyakan shahabat yang lain, berada di pemakaman umum Baqi. Dahulu Baqi juga terpisah cukup jauh, namun juga karena perluasan masjid, Baqi jadi terletak bersebelahan dengan halaman Masjid Nabawi.

Baca Juga:  Imam Ibnu Muflih; Tradisi dalam Masyarakat Bukan Bid'ah, Ini Contoh dan Penjelasannya

Raudlah

Raudlah adalah bagian dari makam Nabi Muhammad (dahulu rumah Nabi) hingga mimbar-nya. Tempat ini juga disebut Jantung Masjid Nabawi yang diistimewakan karena disebut juga Riad ul-Jannah (Taman Surga). Jamaah Haji dan Umrah biasanya juga berebut masuk menuju tempat ini karena apabila melakukan shalat atau berdoa di tempat ini, maka niscaya doanya akan dikabulkan. Masuk ke area ini biasanya cukup sulit, apalagi saat musim Haji, karena hanya menampung maksimal seratus jamaah.

Doa-doa yang dipanjatkan dari Raudlah ini diyakini akan dikabulkan oleh Allah. Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi bersabda (yang artinya):

“Tempat yang terletak di antara rumahku dengan mimbarku merupakan suatu taman di antara taman-taman surga, sedang mimbarku itu terletak di atas kolamku.” (HR. Bukhari).

Mihrab

Terdapat dua mihrab dalam Masjid Nabawi, satu dibangun Nabi Muhammad dan yang kedua dibangun oleh Khalifah Utsman bin Affan. Disamping mihrab, masjid juga memiliki tempat suci lain lain yang mengindikasikan sebagai tempat shalat. Ini termasuk Mihrab al-tahajjud yang dibangun oleh Muhammad untuk tahajjud, serta Mihrab Fatimah.

Mimbar

Mimbar asli yang digunakan Nabi Muhammad hanya sebuah “balok kayu kurma”. Ukuran mimbar ini hanya 50 cm x 125 cm. Juga pada tahun 629, tiga anak tangga di tambah. Khalifah pertama, Abu Bakar dan Umar bin Khattab, tidak menggunakan anak tangga ketiga “karena mengkuti Sunnah”. Namun Khalifah ketiga Utsman bin Affan menempatkan sebuah kubah kain diatasnya dan kursi yang terbuat dari eboni.

Mimbar dipindahkan oleh Baybars I pada 1395 dan kemudian oleh Sheikh al-Mahmudi pada 1417. Ini juga dipindahkan oleh Ibnu Qutaibah pada akhir abad ke lima belas, akhirnya pada Agustus 2013, mimbar ini tidak lagi digunakan dalam Masjid Nabawi.

Minaret (Menara Masjid)

Minaret-minaret pertama (jumlahnya empat) 26 kaki (7,9 m) dibangun oleh Umar bin Khattab. Pada 1307, sebuah minaret dijuluki Bab al-Salam ditambahkan oleh Muhammad bun Kalavun yang direnovasi oleh Mahmud IV.

Setelah proyek renovasi pada tahun 1994, terdapat sepuluh minaret yang tingginya 104 meter (341 ft). Bagian bawah, dasar dan dan atas berbentuk silinder, segi delapan yang terlihat menarik.

Keutamaan Masjid Nabawi

Keutamaan Masjid Nabawi ini dinyatakan oleh Nabi Saw, sebagaimana riwayatkan dari Jabir ra. (yang artinya):

“Satu kali salat di masjidku ini, lebih besar pahalanya dari seribu kali salat di masjid yang lain, kecuali di Masjidil Haram. Dan satu kali salat di Masjidil Haram lebih utama dari seratus ribu kali salat di masjid lainnya.” (HR Ahmad).

Anas bin Malik berkata bahwa Nabi Saw bersabda (yang artinya):

“Barangsiapa melakukan salat di mesjidku sebanyak empat puluh kali tanpa luput satu kali salat pun juga, maka akan dicatat kebebasannya dari neraka, kebebasan dari siksa dan terhindarlah ia dari kemunafikan.” (HR. Ahmad dan Thabrani).

Dari Sa’id bin Musaiyab, yang diterimanya dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Saw bersabda (yang artinya):

“Tidak perlu disiapkan kendaraan, kecuali buat mengunjungi tiga buah masjid: Masjidil Haram, masjidku ini, dan Masjidil Aqsa.” (HR Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).

Itu sebabnya karena hadits-hadits keutamaan Masjid inilah Kota Madinah, terutama Masjid Nabawi selalu ramai dikunjungi umat Muslim dari berbagi penjuru dunia yang tengah melaksanakan ibadah haji atau Umrah sebagai amal sunnah.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik