Melihat Ibrah Dari Kisah Nabi Yusuf Versi Quraish Shihab

Melihat Ibrah Dari Kisah Nabi Yusuf Versi Quraish Shihab

Pecihitam.org- Terdapat beberapa Ibrah yang bisa diambil dari kisah nabi yusuf, dalam hal ini Quraish Shihab memiliki pandangan dan cara melihat ibrah itu sendiri, Diantaranya:

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

  • Raja yang adil/Menegakkan keadilan

Menurut Quraish Shihab, penggunaan kata malik/raja dalam ayat ke-43 surat Yusuf mengisyaratkan bahwa kepala negara atau raja di Mesir ketika itu berlaku adil dan tidak sewenang-wenang.

Hal ini terbukti dengan diadakannya upaya penyelidikan terhadap kasus Nabi Yusuf, memberikan kebebasan beragama dan memberikan jabatan penting kepada orang yang berlainan keyakinan dengan sang raja untuk menjalankan tugas kepemerintahan sebagaimana yang ditugaskan kepada Yusuf.

Kalau melihat konteks sekarang sifat-sifat raja tersebut kiranya sangat relevan kalau dimiliki oleh para pemimpin negara dalam rangka melaksanakan tugas kenegaraan untuk mencapai kemakmuran.

Dimana masa sekarang merupakan suatu masa yang sangat kompleks sebagai sebuah sunnatullāh dengan bertambahnya usia zaman dan jumlah penduduk, maka akan bertambah pula problematika yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

Maka oleh karena itu seorang pemimpin haruslah mempunyai karakter-karakter sebagai berikut:

1) mempunyai sikap toleran dan menghilangkan perasaan sukuisme dengan cara menyatukan perbedaan sekaligus mengikis perasaan sektarian-isme.

2) Memiliki landasan kerjasama dan solidaritas yang diletakkan dalam kerangka yang luas.

Baca Juga:  Bisakah Kita Lolos dari 4 Watak Pemikiran Hukum Ini?

3) mampu menghilangkan kultur organisasi baik organisasi suku, masa, sosial, politik dan lain-lain. Yang mana semua itu hanya akan menambah deretan persoalan sekaligus memperlebar jurang perbedaan. Dengan kata lain seorang pemimpin haruslah netral dalam memutuskan suatu kebijakan tanpa adanya pengaruh-pengaruh dari luar.

4) Terbuka dalam arti seorang pemimpin haruslah terbuka terhadap dinamika internal masyarakatnya. 

5) memiliki sifat amanah. Pengertian amanah berarti menempatkan sesuatu pada tempat yang wajar, seperti juga kedudukan tidak diberikan kecuali kepada orang-orang yang betul-betul berhak dan suatu formasi tidak diisi kecuali oleh orang-orang yang betul-betul ahli dan mampu menunaikan tugas-tugas dan kewajibannya dengan benar.

Bangsa yang tidak mengemban (mempunyai) amanat, itulah bangsa yang mempermainkan kepentingan yang telah ditetapkan, sehingga melemahkan kemampuan orang-orang yang ahli (mampu). Mereka mengabaikan tenaga-tenaga ahli untuk menetapkan orang-orang lemah yang tidak mampu (bukan tenaga ahli).

  • Permintaan Jabatan/Profesionalitas.

Bermula dari mimpinya seorang raja dan meminta pertolongan kepada Yusuf untuk menafsirkan mimpinya dan apa yang ditafsirkan oleh Yusuf sang raja mempercayainya, maka Yusuf diberikan tempat oleh sang raja untuk menduduki jabatan di pemerintahannya. Maka apa yang dilakukan Yusuf kepada sang raja adalah meminta jabatan untuk ditempatkan sebagai bendaharawan.

Baca Juga:  Asal Usul dan Keistimewaan Shalawat Munjiyat

Hal ini bisa tercermin dalam surat Yusuf ayat 55 ; “Berkata Yusuf: Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir) karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan”.

Apa yang dilakukan Yusuf dengan meminta jabatan kepada sang raja dalam masa sekarang masih relevan dan sering terjadi. Permintaan jabatan yang diajukan Yusuf tidak bertentangan dengan moral agama yang meminta jabatan, permintaan ini berdasarkan pengetahuannya bahwa tidak ada yang lebih tepat dari dirinya dalam tugas tersebut dan tentunya dengan tujuan menyebarkan dakwah ilāhiah.

Ayat diatas selanjutnya dapat menjadi dasar untuk membolehkan seseorang untuk mencalonkan diri atau kampanye untuk dirinya, selama motivasinya demi kepentingan masyarakat, serta merasa mampu atas jabatan tersebut. Lanjut Quraish Shihab, syarat bagi pejabat serta berlaku umum kapan dan dimana saja, yaitu memegang suatu jabatan haruslah benar-benar amat tekun memelihara amanah dan amat berpengetahuan.

  • Sabar

Banyak kisah-kisah di dalam al-Qur’an sering dikemukakan sebagai tamsil, itibar atau perumpamaan, agar manusia mau tafakkur, suatu refleksi religius tatkala musibah datang menimpa. Terhadap musibah bencana yang terjadi khususnya di Indonesia, dari sekian banyak kisah Nabi, mungkin kita bisa menarik hikmah dari kisah Yusuf sebagai cermin dari sikap kesabarannya dalam menghadapi dan melewati cobaan yang menimpanya.

Baca Juga:  Perjalanan Hidup Nabi Muhammad Hingga Pernikahannya Dengan Khadijah

Kalau kita perhatikan perjalanan kehidupan Yusuf penuh dengan ujian dan cobaan. Dimulai dari disingkirkannya Yusuf oleh saudara-saudaranya sampai Yusuf harus masuk penjara dikarenakan tipu daya Zulaikha yang mau memperkosanya.

Dilaluinya semua ujian dan cobaan dengan penuh kesabaran, keikhlasan, istiqomah dan selalu memohon bimbingan Allah swt. Sabar dan istiqomah itulah ternyata yang mendatangkan kesuksesan hidup dan kunci keberhasilan sebagaimana yang dialami Yusuf.

Mochamad Ari Irawan