Meluruskan Ustadz Yahya Badrusalam yang Sebut Sufi Tidak Sholat dan Menyimpang

Meluruskan Ustadz Yahya Badrusalam

Pecihitam.org – Belum lama ini viral video ustad Wahabi Yahya Badrusalam, mengatakan bahwa ajaran Sufi itu menyimpang karena lebih mendahulukan wali daripada al-Quran dan Hadits. Selain itu mereka juga menuduh bahwa karena kaum sufi sudah sampai tahap hakikat maka tidak perlu melakukan ibadah shalat. Sungguh ini adalah tuduhan yang keji dan sangat tidak berdasar.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Jadi maaf saja kepada para ustad salafi wahabi, mengenai hal ini, kami pastinya lebih percaya kepada ucapan para imam Tasawuf dalam hal pedoman di atas Qur’an dan Sunnah.

Tidak ada sama sekali ajaran tasawuf yang meninggalkan Al Quran dan sunnah. Lalu sebenarnya anda membicarakan aliran mana yang lebih mendahulukan wali dari pada Qur’an dan Sunnah? Sepertinya, karena kalian tidak pernah mau memahami apa itu tasawuf hingga menuduh yang tidak benar.

Mengenai dasar Tasawuf padahal sangat jelas, sebagaimana Imam Sahal Tusturi berkata:

ﻗﺎﻝ ﺳﻬﻞ ﺃﺻﻮﻟﻨﺎ ﺳﺒﻌﺔ ﺃﺷﻴﺎء اﻟﺘﻤﺴﻚ ﺑﻛﺘﺎﺏ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭاﻻﻗﺘﺪاء ﺑﺴﻨﺔ ﺭﺳﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺃﻛﻞ اﻟﺤﻼﻝ ﻭﻛﻒ اﻷﺫﻯ ﻭاﺟﺘﻨﺎﺏ اﻵﺛﺎﻡ ﻭاﻟﺘﻮﺑﺔ ﻭﺃﺩاء اﻟﺤﻘﻮﻕ

“Dasar pijakan kami (Tasawuf) ada 7. (1) Berpegang pada Al-Qur’an. (2) Mengikuti sunah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. (3) Memakan harta halal. (4) Menahan diri untuk menyakiti orang lain. (5) Menjauhi dosa. (6) Bertaubat. Dan (7) memenuhi kewajiban” (Thabaqat Shufiyah 1/170).

Kemudian mari kita lihat apa itu Tasawwuf dan Sufi Menurut pandangan 4 Mazhab :

Baca Juga:  Menjulurkan Lidah dan Problematika Aurat Perempuan Ketika Selfie

1. Madzhab Hanafiyah

Imam Abu Hanifah berkata : Jika tidak karena dua tahun, Nu’man telah celaka. Karena dua tahun saya bersama Sayyidina Imam Jafar as-Shodiq, maka saya mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih mengetahui jalan yang benar. (Kitab Durr al Mantsur)

2. Madzhab Malikiyah

Imam Maliki berkata : Barangsiapa mempelajari/­mengamalkan tasawuf tanpa fiqih maka dia telah zindik, dan barangsiapa mempelajari fiqih tanpa tasawuf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasawuf dengan disertai fiqih dia meraih kebenaran. (’Ali al-Adawi dalam kitab Ulama fiqih, vol. 2, hal. 195 yang meriwayatkan dari Imam Abul Hasan).

3. Madzhab Syafi’iyah

Imam Syafi’i berkata : Saya berkumpul bersama orang-orang sufi dan menerima 3 ilmu: Mereka mengajariku bagaimana berbicara, Mereka mengajariku bagaimana memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan kelembutan hati, Mereka membimbingku ke dalam jalan tasawuf. (Riwayat dari kitab Kasyf al-Khafa dan Muzid al Albas, Imam ‘Ajluni, vol. 1, hal. 341)

Baca Juga:  Mengenal Metodologi Penafsiran Al-Quran Ulama Mutaqaddimin

4. Madzhab Hanabilah

Imam Ahmad bin Hanbal (Pendiri mazhab Hambali) berkata : Anakku, kamu harus duduk bersama orang-orang sufi, karena mereka adalah mata air ilmu dan mereka selalu mengingat Allah dalam hati mereka. Mereka adalah orang-orang zuhud yang memiliki kekuatan spiritual yang tertinggi. Aku tidak melihat orang yang lebih baik dari mereka. (Ghiza al Al-bab, vol. 1, hal. 120 ; Tanwir al Qulub, hal. 405, Syaikh Amin al Kurdi).

Lantas bagaimana tentang tuduhan bahwa kaum sufi itu tidak sholat? Hal ini tentu saja tuduhan keliru dan tidak benar. Secara sederhananya saja, 4 imam madzhab diatas jelas mereka adalah ahli fiqih dan juga sufi. Mereka semua menjalankan syariat agama termasuk shalat.

Sebab hakikatnya melaksanakan syariat pada taraf sempurna itulah intisari dari tasawuf. Maksud dari syariat dijalankan dengan sempurna itu bukan sekedar dzohirnya saja, namun juga mementingkan fiqih batin.

Selain itu dalam dunia tasawuf jika seseorang ingin mencapai makam hakikat maka ia harus menyempurnakan syariat terlebih dahulu. Syekh Abu Bakar Shata (w. 1893 dalam Kifayat al-Atqiya’ karya), membuat suatu analogi yang menarik tentang tiga konsep syariat, tariqat, dan haqiqat.

Baca Juga:  Makan dan Minum dengan Tangan Kiri Bagaimana Hukumnya?

Menurut Syekh Shata, syariat seperti perahu/kapal, tariqat seperti laut, dan haqiqat adalah mutiara. Untuk meraih mutiara, anda tak bisa tuba-tiba meraupnya, tanpa melalui lautan dulu. Anda juga butuh perahu untuk mencapi tempat di mana mutiara itu ada.

Dari analogii di atas, syariat bisa dimaknai secara lebih luas sebagai proses yang harus dilalui. Segala hal mengharuskan sebuah proses. Proses itulah yang saya disebut syariat.

Maka, sejatinya makna tasawuf adalah upaya melaksanakan syariat pada tingkat dzohir dan batin. Sebab antara syariat dan tasawuf memiliki keterikatan erat yang tiada dapat dipisahkan. Dan jika dipisah, maka Islam itu sendiri menjadi tidak sempurna.

Wallahua’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik