Cara Menanamkan Benih Keimanan pada Anak Sejak Usia Dini

menanamkan keimanan pada anak

Pecihitam.org – Setiap anak memiliki bakat iman kepada Allah swt. Hal itu kita buktikan dengan adanya pertanyaan-pertanyaan yang selalu ada di benaknya tentang asal-muasal dunia. Dari mana ia datang? Siapakah yang menciptakan kedua orang tuanya? Dan masih banyak pertanyaan lain yang membuatnya tidak bisa dipahami. Orang tua harus menanamkan benih keimanan pada anak sejak usia dini agar mereka tidak merasa bingung dan heran tentang apa yang berada di sekelilingnya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kewajiban ayah dan ibu adalah memanfaatkan pertanyaan-pertanyaan yang demikian untuk mengenalkannya pada Allah swt. Tuhan yang Maha Pencipta. Tentu saja pengenalan tersebut sebatas kemampuan anak dalam mencerna pembicaraan dan permasalahan yang ada di hadapannya.

Pengenalan anak pada keimanan kepada Allah sama-sama ditekankan, baik oleh para ulama maupun para pakar ilmu jiwa. Pendidikan pada masa ini sebaiknya dijalankan secara bertahap sesuai dengan usia, kemampuan berpikir anak, dan kematangan bahasa dan nalarnya.

Imam Muhammad Baqir dalam hal pendidikan bertahap ini mengatakan:

“Jika anak telah berumur tiga tahun, ajarilah ia kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’ (Tiada Tuhan selain Allah) sebanyak tujuh kali lalu tinggalkan ia. Saat ia berusia tiga tahun tujuh bulan dua puluh hari, katakan kepadanya ‘Muhammadur Rasulullah’ (Muhammad adalah utusan Allah) sebanyak tujuh kali, lalu tinggalkan sampai ia berumur empat tahun.

Kemudian, ajarilah ia untuk mengucapkan ‘Shal-lallaahu ‘alaa Muhammad wa aalihi’ (Salam sejahtera atas Muhammad dan keluarganya) sebanyak tujuh kali dan tinggalkan. Setelah ia genap berusia lima tahun, tanyakanlah kepadanya mana kanan dan mana kiri? jika ia mengetahui arah kanan dan kiri palingkan wajahnya untuk menghadap kiblat dan perintahkanlah ia untuk bersujud lalu tinggalkan.

Setelah ia berumur tujuh tahun suruhlah ia untuk mencuci wajah dan kedua tangannya dan perintahkanlah ia untuk salat lalu tinggalkan. Saat ia berusia genap sembilan tahun ajarilah wudhu dan salat yang sebenarnya dan pukullah ia bila meninggalkan kewajibannya ini. Jika anak telah mempelajari wudhu dan salat dengan benar, maka Allah akan mengampuninya dan mengampuni kedua orang tuanya.”

Kebenaran pendapat Imam Baqir juga didukung oleh para pakar psikologi. Mereka mengatakan, “Saat berusia dua sampai tiga tahun, anak mulai menunjukkan kemampuannya menyebutkan benda-benda dan hubungan yang dilihatnya.

Baca Juga:  Inilah Keutamaan Menebarkan Salam dalam Islam

Di akhir tahun ketiga, anak mulai bisa menggunakan kata-kata dan merangkainya sesuai dengan tata bahasa yang benar dan saat itulah ia telah dapat menyusun kalimat-kalimatnya yang masih sangat sederhana dengan baik dan benar.”

Menanamkan benih keimanan pada anak sejak usia dini seperti ini sangat penting dalam program pendidikannya. Anak di usianya yang dini tertarik untuk meniru semua tindak-tanduk ayah ibunya, termasuk yang menyangkut masalah keimanan.

Penanaman keimanan atau akidah pada usia dini di antaranya untuk mengajarkan:

1. Mengajarkan kalimat tauhid

Rasulullah saw. pernah bersabda:

“Jadikanlah kata-kata pertama kali yang diucapkan seorang anak adalah kalimat Laa ilaaha illallaah. Dan bacakan padanya ketika menjelang maut kalimat Laa ilaaha illallaah.” (HR. Al-Hakim)

Baca Juga:  Man Jadda Wajada: Siapa yang Bersungguh-sungguh Pasti Berhasil

Tujuan dari memperdengarkan dan mengajarkan kalimat tauhid ini agar pertama kali yang di dengar anak yang baru lahir adalah kalimat tauhid dan jadikan suara yang di dengar pertama oleh mereka adalah pengetahuan tentang Allah swt.

2. Menanamkan cinta kepada Allah swt.

Mengenalkan Allah pada anak usia di bawah 3 (tiga) tahun juga dapat dilakukan dengan terus-menerus melafazkan kalimat thayyibah. Seperti mengucapkan Subhaanallaah, Alhamdulillaah, Allaahu Akbar disertai dengan aktivitas yang dilakukan sehingga anak bisa menyambungkan bacaan dan aktivitasnya.

3. Menanamkan cinta kepada Rasulullah saw.

Rasulullah saw pernah bersabda:

“Didiklah anak-anakmu pada tiga perkara: mencintai nabi kamu, mencintai ahli baitnya, dan membaca Al-Quran. Sebab orang-orang yang memelihara Al-Quran itu berada dalam lindungan singgasana Allah pada hari tidak ada perlindungan selain dari pada perlindungan-Nya beserta para nabi-Nya dan orang-orang yang suci.”(HR. Al-Thabrani)

Baca Juga:  3 Etika Berpendapat ala Rasulullah

Demikianlah uraian singkat ini semoga bermanfaat bagi saya dan pembaca semuanya. Amin. Wallahu ‘alam.

Mehri Andani MB