Meneladani Kisah Uwais Al Qarni, Seorang Anak Yang Berbakti

Meneladani Kisah Uwais Al Qarni, Seorang Anak Yang Berbakti

Pecihitam.org – Kisah Uwais al-Qarni orang yang hidup di negeri Yaman, Uwais al-Qarni itu adalah tidak pernah bertemu dengan Rasulullah SAW, tapi justru disebut oleh Rasulullah SAW. Hidup pada zaman Rasulullah tapi tidak sempat bertemu dengan Rasulullah. Dia hidup di Yaman dengan ibunya, baru setelah Rasulullah wafat, dia bisa pergi ke Makkah dan Madinah untuk melaksanakan ibadah haji.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pada waktu itu sahabat pernah mendengar Rasulullah SAW, menyanjung seseorang  yang namanya Uwais al-Qarni. Nabi menitip salam untuk Uwais al-Qarni, bahkan bukan sekedar menitip salam untuk Uwais al-Qarni, Nabi SAW meminta agar Sayyidina Umar dan yang lainnya meminta doa kepada Uwais al-Qarni. Kalau orang disebut-sebut seperti itu pasti semua orang penasaran siapakah Uwais al-Qarni itu?. Semua orang beranggapan dia orang yang mulia, punya banyak santri, punya pondok gede, Mungkin hayalan kita seperti itu, kalau orang baik itu pasti masyhur, karangan kitabnya banyak, muridnya banyak dan lain sebagainya.

Pada masa khalifahnya Abu Bakar as-Sidiq, “adakah diantara kalian yang dari yaman yang bernama Uwais al-Qarni?”. Dijawablah oleh penduduk disana dulu “tidak ada”. Suatu ketika ada orang yang meyampaikan bahwa ada diantara kami yang bernama Uwais al-Qarni. Abu Bakar langsung mencarinya “dimana dia”, penduduk menjawab “kami sewa dia dengan 300 dirham untuk menggembala kamibing di sana”. Sayyidina Umar pun bingung, orang yang hanya pengembala kambing kok Rasulullah menyuruh untuk meminta doa kepadanya.

Baca Juga:  Uwais Al Qarni Penghuni Langit yang Dianggap Gila

Kemudian Sayyidina Umar dan Sayyidina Ali mencarinya dan akhirnya ketemu. Pada waktu bertemu Uwais al-Qarni, dia memakai pakaian yang compang camping, ternyata bukan ulama besar seperti yang dikhayalkan oleh para sahabat. Lalu oleh Umar dan Ali didekatilah Uwais al-Qarni, dan bertanya “apakah betul engkau Uwais al-Qarnii?”, dijawablah oleh Uwais al-Qarni “iya betul aku Uwais al-Qarni” lantas kalian siapa?”, dijawablah oleh Umar ”aku adalah Umar bin Khotob, seorang Kholifah”, merekapun sama-sama kaget. Uwais al-Qarni bertanya “ada apa seorang kholifah mau menemuiku?”, Umar menjawab “engkau dapat salam dari Rasulullah SAW, bahkan bukan hanya sekedar salam, aku diminta oleh Rasul untuk meminta doa kepadamu”. Uwais al-Qarni pun bingung.

Baca Juga:  Kisah Abu Dzar al Ghifari Memeluk Agama Islam

Akhirnya Sayyidina Umar dan Sayyidina Ali penasaran ” sebenarnya kamu itu siapasih, kok nabi sampai mau menitip salam kepadamu bahkan kami harus meminta doa kepadamu”. Uwais al-Qarni menjawab “saya tidak punya amalan apa-apa, dan saya juga tidak pernah bertemu Rasulullah SAW”. Sahabat pun bingung, “kenapa engkau tidak bertemu Nabi?”, baru dia meneteskan air mata “aku sangat rindu dengan Rasulullah, dan aku dengar beliau ada di Madinah, dan aku di Yaman. Bahkan setiap tahun aku melihat rombongan orang mau naik haji, dan aku yakin mereka naik haji pasti bertemu Rasulullah, tapi aku tidak bisa ikut”. Sayyidina Umar bertanya “kenapa kamu tidak ikut rombongan itu, biar bertemu Rasulullah”. Uwais al-Qarni pun tambah menangis “sungguh satu sisi aku rindu kepada Nabi, tapi aku tidak bisa ikut, kenapa?, karena di rumahku ada ibu yang harus aku rawat, aku beri makan,aku gendong dan memandikannya, aku tidak bisa meninggalkan ibu ku”.

Sayyidina Umar dan Ali baru sadar, “Uwais al-Qarni, ini lah sebab kemuliaanmu karena ibumu”. Bayangkan gara-gara merawat ibunya, sampai Nabi nitip salam, maka dari itu, kita yang punya ibu dan ayah itu sebetulnya untuk sambung kepada Rasulullah, maka jangan kalian sia-siakan, apalagi ibunda yang diuji dengan sakit, yang merawat kita sejak kecil hingga besar. Baru setelah ibundanya Uwais al-Qarni  wafat, dia bisa pergi ke Makkah, Akan tetapi Nabi sudah wafat. Maka dari Kisah ini Uwais al-Qarni disebut sebagai Sayyidu Tabi’in (tuannya para Tabi’in), hidup di zaman Nabi tapi tidak bertemu dengan Nabi. Itu lah keutamaan seorang ibu, keutamaan seorang ayah, keberkahan ada disana. Jadi janganlah kalian sia-siakan orang tua sebab mereka adalah penyambung kita kepada Rasulullah SAW.

Baca Juga:  Mukhairiq: Seorang Yahudi yang Membantu Rasulullah di Perang Uhud
Mochamad Ari Irawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *