Menganggap Janji Sebagai Hal yang Sepele, Bagaimana Pandangan Islam?

Menganggap Janji Sebagai Hal yang Sepele, Bagaimana Pandangan Islam

Pecihitam.org – Janji, satu kata yang bisa dibilang paling mudah terucap dan dilontarkan dari seseorang, namun dalam menepatinya sendiri kadang kita merasa keberatan bahkan mengabaikannya begitu saja.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Padahal ketika seseorang menepati janjinya dengan sepenuh hati dan tepat waktu maka secara tidak langsung dia telah menghormati janji janjinya, komitmen atas apa yang telah diucapkannya dan memberi kepercayaan atas seseorang yang telah diajak untuk melakukan perjanjian.

Namun lain halnya dengan kita yang mungkin telah membuat kesepakatan, persetujuan ataupun sejenis perjanjian lainnya namun hanya menganggapnya sebagai hal yang sepele bahkan memang sengaja mengungkapkannya tanpa adanya niat untuk melakukan atau membuktikan dari perkataan itu.

Padahal dalam pedoman kita kitab Al-Qur’an telah mencantumkan secara jelas perihal kebiasaan buruk ini,

“Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya” (QS. Al Isra’ [17]: 34)

Selain dijelaskan dalam ayat rupanya dalam sebuah Hadits, Rasulullah mendefinisikan sifat pengingkar janji merupakan ciri ciri orang munafik. Seperti dalam riwayat hadits Muslim, dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash r.a., Nabi Saw. Bersabda:

Empat keadaan, manakalah salah seorang berada di dalamnya, ia benar benar termasuk orang munafik. Apabila ia berada di salah satu dari empat keadaan tersebut maka ia tergolong sebagai orang munafik, kecuali jika ia meninggalkannya. Empat keadaan yang dimaksud adalah apabila ia diberi amanah, ia mengkhianatinya; apabila ia berbicara, ia bohong; apabila ia berjanji, ia melanggarnya; apabila ia berselisih maka ia curang”

Pendefinisian yang amat begitu buruk, maka darinya Rasulullah Saw., yang merupakan manusia yang telah dijamin Surga atas dirinya pun tak henti hentinya memohon perlindungan pada Allah dari perbuatan berkhianat atau melanggar janji. Maka tak heran jikalau Hadits dari Abu Dawud, Nasa’i, dan Ibnu Majah meriwayatkan Doa Rasulullah seperti berikut:

Baca Juga:  Gus Baha: Allah Itu Dimana dan Sedang Apa?

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelaparan karena ia seburuk buruk teman tidur. Dan aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan Khianat karena ia adalah seburuk buruk sesuatu yang tersembunyi”

Begitu sangat jelas tentang pelanggaran janji yang telah di lontarkan sebelumnya. Namun entah mengapa di dewasa ini begitu banyak orang yang memang sengaja tidak menepati janji tersebut dan menganggap janji itu sebagai bentuk main main saja.

Begitupun dengan seorang pemimpin yang kadang sebelum menjabat, maka janji janji indah akan terasa begitu merdu ketika disampaikan didepan khalayak masyarakat sebagai bentuk kepeduliannya kelak kepada rakyat rakyatnya.

Namun siapa sangka? Usai duduk di kursi jabatan rupanya janji tersebut hanyalah tinggal kenangan pahit. Padahal sudah sepatutnya seorang pemimpin tidak melupakan janji janji yang telah diutarakan sebelumnya demi kemakmuran rakyatnya dan untuk dirinya sendiri yang bebas dari ancaman Allah atas dirinya yang telah melanggar janjinya. Seperti yang dijelaskan dalam QS. At-Taubah ayat 12-13

Baca Juga:  Status Ibadah Orang Awam dalam Hukum Fiqih

Jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agamamu, Maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, Karena Sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar supaya mereka berhenti. Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka Telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu?. mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman.

Maka sah sah saja jikalau pelanggaran janji yang dilakukan seorang pemimpin kadangkala menimbulkan pertikaian atau percekcokan. Bagaimana tidak? janji yang memang asal mulanya untuk ditepati, dan jikalau kita sengaja lupa dan mengabaikannya jelas ini sangat berbahaya. Bagaimana bisa? Pemimpin yang kata katanya mesti dipegang erat demi keamanan rakyatnya kini malah menjadi sebaliknya.

Baca Juga:  Ancaman Nabi bagi Pendakwah yang Penuh Ceramah Kebencian

Maka dalam sebuah Hadits Riwayat Hakim yang menyatakan bahwasanya hadits ini Shahih dan sesuai dengan kriteria Muslim, dikatakan bahwa Dari Buraidah r.a ., bahwasanya Rasulullah Saw bersabda “Tidaklah suatu kaum yang merusak perjanjian kecuali akan ada pembunuhan diantara mereka”

Rosmawati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *