Pecihitam.org – Pondok Pesantren adalah salah satu tempat khusus untuk mendidik anak agar paham dengan agama, paham dengan perihal peribadatan kepada Allah. Tidak hanya itu yang tak kalah penting pesantren adalah tempat mendidik karakter dan kepribadian baik jasmani maupun rohani serta bisa mempraktikkan pemahaman agama yang benar.
Pertumbuhan pondok pesantren dan jumlah santri yang kian meningkat tiap tahunnya kurang lebih dapat menunjukkan bahwa semakin banyak orang tua yang kini semakin percaya pentinya pendidikan agama di tengah perkembangan dunia pendidikan modern dan globalisasi.
Selain itu tingginya kesadaran masyarakat atas pentingnya pendidikan sebagai pembentuk akhlak menjadi salah satu pendorong mereka menyekolahkan anak di pondok pesantren.
Di Indonesia sendiri sudah banyak menjadi tradisi, ketika anak menjelang usia dewasa biasanya akan dipondokkan ke sebuah pesantren, dipasrahkan kepada kyainya agar dididik supaya menjadi insan yang beriman dan bertaqwa serta berguna bagi agama dan bangsa.
Sebab Pondok pesantren ternyata memang tempat yang paling romantis untuk menempa diri, belajar dengan baik, mengenal Allah dan Rasulnya. Sehingga keilmuan yang dimiliki tidak hanya sekadar pengetahuan di atas kertas semata namun tetap memiliki integritas pengamalan.
Belajar agama di pesantren tentunya tidak semata-mata untuk memiliki banyak kitab saja yang akan menjadi hiasan di almari. Akan tetapi dengan belajar kitab-kitab klasik di pesantren termasuk salah satu cara melestarikan keilmuan pesantren itu sendiri dari perongrong dan perusak esensi ajaran agama Islam.
Sebuah keterangan di dalam kitab Minhajul Abidin hal. 20 menyebutkan;
واعلم أن هذه المدارس والرباطات بمنزلة حصن حصين يتحصن بها المجتهدون عن القطاع والسراق وان الخارج بمنزلة الصحراء تدور فيها فرسان الشيطان عسكرا فتسلبه أوتستأسره فكيف حاله إذا خرج إلى الصحراء وتمكن العدو منه كل جانب يعمل به ما شاء. فإذن ليس لهذا الضيف إلا لزوم الحصن
“Ketahuilah, sesungguhnya madrasah-madrasah dan pondok-pondok pesantren ini diposisikan sebagai benteng yang kokoh, menjaga para mujtahid dari sabotase perampok dan pencuri. Dan sesungguhnya yang di luar itu diposisikan sebagai tanah lapang yang dilewati setan-setan jalanan yang siap yang merampasnya atau menguasainya, maka bagaimana kondisinya kondisinya jika mereka keluar ke tanah lapang, dan musuh-musuh dengan leluasa dapat berbuat apa saja yang ia kehendaki. Maka dari itu bagi yang lemah wajib menetap di benteng-benteng pertahanan itu”
Pendapat di atas ini, sebenarnya sangat penting untuk kita pelajari bersama di kehidupan yang penuh dengan hingar-bingar soal agama. Memondokkan anak dalam konteks sekarang adalah sangat penting.
Sebab disisi lain umat Islam sendiri juga punya tugas besar untuk selalu menjaga kehormatan dan marwah Islam itu sendiri dari para orang-orang yang mengaku ustadz apalagi ustadz dadakan yang keilmuannya sebetulnya belum teruji melalui kaidah ilmu nahwu-sharaf dan kesakralan keilmuan di pesantren.
Memang tak dapat dipungkiri, banyak terjadinya kasus terorisme mengatasnamakan Islam yang terjadi belasan tahun belakangan ini, pernah menumbuhkan stigma negatif pondok pesantren sebagai tempat bersarangnya paham radikalisme.
Namun kekhawatiran paparan radikalisme di pondok pesantren akhirnya pudar dengan sendirinya. Sebab faktanya pesantren adalah tempat paling strategis belajar agama yang benar. Islam itu lembut, penuh welas asih, dan tidak pernah melakukan kekerasan atau paksaan. Inilah nilai Islam sesungguhnya yang ditanamkan mayoritas pondok pesantren di Indonesia.
Pendidikan agama Islam harus tetap eksis, untuk penuhi kebutuhan orang-orang kota sampai pelosok desa yang masih minim pengetahuannya tentang agama. Karena bagaimanapun ilmu agama dapat menjadi fondasi keimanan yang kuat untuk membentuk akhlak yang baik.
Sehingga ketika terjadi masalah saat dewasa kelak, anak memiliki pegangan dan dapat mencari solusi sesuai dengan kaidah agama Islam. Dan kemudian pada saatnya semua akan berbaur dengan masyarakat untuk membumikan nilai-nilai agama Islam Rahmatan lil ‘alamin yang diperoleh dari pesantren sesuai dengan porsinya masing-masing.
Wallahu ‘alam bisshawab.