Mengenal Istilah Mursyid dan Murid dalam Tarekat

Mengenal Istilah Mursyid dan Murid dalam Tarekat

PeciHitam.org – Tarekat bertujuan untuk membersihkan, mengisi, dan memberangkatkan kesadaran spiritual dalam diri pengikut tarekat menuju Allah SWT. Tarekat menyediakan bimbingan bagi para pengikutnya untuk berusaha mampu memadukan iman, Islam, dan ihsan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Tiga unsur utama tersebut dalam beragama untuk tujuan yang lebih mulia, yaitu cinta dan ridha Allah. Maka dapat juga dikatakan bahwa tarekat adalah sebuah jalan dan perjalanan suci menuju Allah.

Bimbingan yang dilakukan dalam tarekat dilakukan oleh seorang guru spiritual yang biasa dinamakan dengan mursyid, sedangkan pengikut tarekat biasa disebut dengan murid.

Mursyid tidak hanya membimbing ibadah-ibadah fisik murid sebagaimana para murid menjalankan syariah agama seperti membaca kalimat syahadat, shalat, zakat, puasa, haji, serta ibadah sosial (mu’amalah) lainnya.

Namun lebih dari itu, mursyid juga membimbing dimensi rohani murid. Bahkah, pada periode awal pembentukan negara Indonesia, tarekat juga menjadi lembaga perlawanan terhadap penindasan kolonial baik secara politik dan ekonomi.

Syarat utama seorang mursyid adalah adanya isyarat langit yang menunjang kemampuan spriritual agama yang disandang seseorang untuk layak dipilih sebagai mursyid. Seorang mursyid tidak hanya harus menguasai berbagai cabang disiplin ilmu agama dengan benar.

Baca Juga:  Corak Tasawuf Imam Al Ghazali, Sang Hujjatul Islam

Tapi seorang mursyid harus memiliki dhawq (pengalaman spiritual) yang mumpuni, ahwal (perilaku) yang baik, dan himmah (cita-cita) mulia dalam membimbing muridnya.

Tarekat memiliki aturan internal yang mengatur pola bimbingan dari mursyid kepada murid. Aturan ini juga dipatuhi bukan hanya oleh murid, tapi juga oleh mursyid. Aturan dalam ibadah fisik selain rukun Islam, Tarekat mengharuskan pengikutnya untuk membaca wirid atau doa-doa tertentu dalam siklus harian, mingguan, dan bulanan, atau dalam waktu-waktu khusus seperti tiap selesai salat wajib lima waktu.

Wirid atau doa-doa ini dibaca dengan sebuah cara tertentu yang diajarkan mursyid, di mana mursyid juga menerima pengajaran tersebut dari mursyid sebelumnya. Pembacaan wirid dan doa ini menjadi seperti sebuah latihan atau tempaan bagi diri murid dalam perjalanan spiritualnya di tarekat.

Latihan zikir berupa membaca wirid dan doa yang dilakukan secara berkala dan terus menerus ini, selain menempa kebiasaan jasmani murid, juga menjadi jalan untuk menempa rohani murid. Mursyid akan melihat dan membimbing perjalanan murid secara spiritual dalam dimensi rohani ini.

Mursyid akan membimbing dengan memberikan penjelasan kepada murid atas gejala rohaniah yang terjadi dalam menjalankan latihan-latihan tersebut baik secara verbal maupun non-verbal. Bimbingan ini dilakukan untuk membantu murid dalam pendakian spiritual yang dilakukannya.

Baca Juga:  Ajaran Tasawuf Sebagai Dasar dalam Memajukan Perdaban Islam di Indonesia

Mursyid juga memberikan ragam petunjuk khusus atas gejala spiritual yang terjadi dalam diri murid yang bersifat khusus dan spesifik. Akan sangat mungkin petunjuk mursyid pada satu murid akan berbeda dengan petunjuknya pada murid yang lain, walaupun gejala spiritual yang dialami murid sama.

Pun sebaliknya, terkadang mursyid memberikan satu petunjuk umum untuk menjelaskan atau memberi solusi atas gejala spiritual dari sekian banyak muridnya yang bervariasi. Hubungan antara mursyid-murid ini adalah sebuah hubungan spiritual yang bisa diibaratkan seperti sebuah hubungan dalam perjalanan spiritual dalam tarekat.

Perjalanan spiritual seorang mursyid dan murid dalam tarekat akan melalui tiga fase utama, yaitu pembersihan diri dari akhlaq dan adab tercela (takhalli), pengisian diri dengan akhlaq dan adab terpuji (tahalli), dan pemberangkatan kesadaran diri dengan akhlaq serta adab terpuji itu menuju Allah (tajalli).

Mursyid memiliki peran signifikan dalam dunia tarekat. Mursyid tidak hanya menjadi pemimpin formal sebagaimana dalam organisasi umumnya. Tarekat pada dasarnya adalah sebuah kelompok atau organisasi spiritual. Maka mursyid merupakan pemimpin spiritual.

Baca Juga:  Makrifat dalam Pandangan Para Sufi

Sebagai pemimpin spiritual, aroma spiritualitas menjadi sangat kental dalam legitimasi seorang mursyid. Mursyid tidak dipilih, diangkat, dan diberhentikan selayaknya prosedur formal yang ada di organisasi formal.

Namun pemilihan dan pengangkatan seorang mursyid melalui proses spiritual yang penuh misteri, karena hal itu disandarkan pada “isyarat langit” yang diterima oleh kalangan tarekat itu sendiri.

Demikian penjelasan singkat mengenai mursyid dan murid dalam tarekat. Mudah-mudahan tulisan yang singkat ini mampu memberikan sedikit gambaran. Wallahu A’lam.

Mohammad Mufid Muwaffaq