Mengenal Saudah Binti Zam’ah Istri Kedua Nabi Muhammad Saw

saudah binti zam’ah

Pecihitam.org – Saudah binti Zam’ah memiliki nama lengkap Saudah binti Zam’ah bin Abdi Syamsin bin Abdud dari suku Quraisy Amiriyah. adalah perempuan mulia yang menjadi istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang kedua. Jika ditarik keatas nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah pada Luay bin Ghalib.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Saudah binti Zam’ah adalah perempuan yang memiliki tubuh tinggi besar ia tidak cantik juga tidak kaya, namun ia adalah seorang perempuan yang memiliki iman yang kokoh, dan sabar dengan cobaan hidupnya.

Saudah binti Zam’ah adalah istri yang tulus dan setia, suaminya bernama Syukran bin Amr, ia adalah seorang yang  mendapatkan hidayah dari Allah, ia memeluk islam saat Rasulullah menyebarkan islam secara terang-terangan.

Banyak tekanan yang menimpanya waktu itu karena ia masuk islam, banyak nyinyiran, penganiayaan juga pengasingan dari keluarga dan kerabatnya. Kemudian Syukran bin Amr mengadu kepada Rasulullah bersama saudaranya (Saud dan Hatib), keponakannya (Abdullah bin Sahil bin Amr) dan saudara kandung Saudah binti Zam’ah (Malik bin Zum’ah).

Rasulullah memberikan nasehat kepada mereka dan menyarankan mereka agar ikut bersama kaum muslim yang lain untuk hijrah ke Habbasyah, seperti Utsman bin Affan bersama istrinya dan yang lain, mereka pun menuruti nasehat dari Rasulullah.

Saudah binti Zam’ah dan suaminya beserta sebagian kaum muslimin berhijrah ke Habbasyah meninggalkan kampung halaman demi tegaknya agama islam. Di Habbasyah mereka disambut dan diperlakukan dengan baik meski rajanya berbeda keyakinan dengan mereka.

Baca Juga:  Biografi Singkat Imam Malik bin Anas, Pendiri Mazhab Maliki

Sampai beberapa hari lamanya di Habbasyah mereka mendengar keislaman Umar bin Khattab seorang tokoh Quraisy yang disegani, mereka berfikir bahwa Makkah kini telah aman dengan masuknya Umar, ahkirnya mereka memutuskan untuk kembali ke Makkah.

Salah satu dari mereka yang ikut kembali ke Makkah adalah Syukran bin Amr, namun ia meninggal dalam perjalanan karena kelaparan. Berita dukapun sampai kepada istrinya Saudah. Ahirnya saudah memutuskan untuk kembali kerumahnya, ia tinggal bersama ayahnya Zam’ah bin Qais.

Meskipun ayahnya masih tetap berkeyakinan dengan ajaran nenek moyang, ia tidak dibujuk dan dipaksa untuk meninggalkan islam, ia diterima dengan baik dan dihormati. Pada waktu itu Khaulah binti Hakim, salah seorang mujahidah yang memperhatikan kehidupan Rasulullah yang membutuhkan pendamping, setelah beliau ditinggal wafat oleh sayyidah Khadijah istri pertamanya.

Ia merasa bahwa Rasulullah perlu ada yang mengurusi, juga Ummu Kultsum dan Fathimah agar ada yang mengasuh. Diberikannya dua nama antara Aisyah binti Abu Bakar yang masih gadis dan Saudah binti Zam’ah yang sudah menjadi janda.

Ahirnya Rasulullah memilih Saudah binti Zam’ah untuk dijadikan istri, Rasulullah pun mengutus Khaulah untuk meminang Saudah, pinangannyapun diterima dengan sangat terharu oleh Saudah dan meminta Khaulah menemui Zam’ah bin Qais ayahnya.

Baca Juga:  Ibnu Batutah Penjelajah Muslim Terhebat Sepanjang Masa

Zam’ah bin Qaispun menerima pinangan tersebut dan meminta Rasulullah agar datang kerumahnya. Rasulullah bersama Khaulah pun datang kerumahnya dan pernikahanpun terlaksana dengan lancar.

Saudah pun kini hidup dengan Rasulullah sebagai istri dan ibu dari anak-anak beliau, suatu kehormatan yang luar biasa ia terima dengan menjadi istri Rasulullah, seiring berjalannya waktu hubungan antara Saudah dengan Rasulullah dan putri-putri beliau mulai terjalin.

Hingga ahirnya turun wahyu yang memerintahkan Rasulullah untuk menikahi Aisyah binti Abu Bakar yang masih belia. Rasulullah pun menyampaikan hal itu kepada Abu Bakar, Abu Bakar pun dengan kerelaan hati, dan mempertemukan Rasulullah dengan Aisyah.

Setelah bertemu dengan Aisyah, Rasulullah mengumumkan pinangannya. Mendengar hal itu Saudah menerima dengan senang hati, hatinya bersih tidak ada hasrat duniawi, ia jauh dari kata cemburu. Ia cukup bangga sebagai Ummul Mukminin.

Setelah Masjid Nabawi selesai dibangun dan selesai juga pembangunan rumah Rasulullah disamping tersebut, ahkirnya Rasulullah mengutus seseorang untuk membawa keluarganya ke Madinah.

Setelah beberapa waktu Rasulullah bersama keluarganya tinggal di Madinah, Abu Bakar mengingatkan Rasulullah, akan rencana pernikahannya dengan Aisyah, karena waktu itu Rasulullah  sibuk dengan dakwahnya.

Kemudian pernikahanpun berlangsung dan Rasulullah membuatkan kamar untuk Aisyah disebelah kamar Saudah, namun begitu bersihnya hati Saudah tidak tersirat dibenaknya marah ataupun cemburu kepada Aisyah, wajahnya senantiasa ceria dan lembut perkataannya.

Baca Juga:  Tuanku Imam Bonjol; Biografi Hingga Sejarah Perang Padri

Semua yang dilakukan Saudah binti Zam’ah semata-mata hanya ingin menyenangkan Rasulullah dan mendapatkan rindhonya. Kebahagiaan dan senyum Rasulullah adalah kenikmatan yang paling besar baginya.

Suatu hari Saudah binti Zam’ah mendampingi Rasulullah dalam perang Khaibar yang dimenangkan oleh kaum muslimin, dari perang itu banyak mendapatkan harta rampasan, dan Saudah binti Zam’ah mendapatkan bagiannya dari harta itu.

Pada peperangan ini pula Rasulullah menikahi Shofiyyah binti Huyay, Saudah juga menerimanya dengan hati yang terbuka, karena hatinya bersih dari sifat iri dan cemburu.

Saudah binti Zam’ah menunaikan haji wada’ bersama istri Rasulullah yang lainnya, setelah Rasulullah wafat Saudah tidak pernah melaksanakan haji lagi karena khawatir melanggar ketentuan beliau. Hingga sampai kepemimpinan Khalifat Umar bin Khattab. Saudah binti Zam’ah tetap menyendiri didalam kamarnya untuk beribadah kepada Allah.

Hingga Ahirnya, ia wafat di Madinah pada akhir kekhalifahan khalifah Umar bin Khattab di Madinah pada tahun 54 Hijriyah. Sebelum wafat ia mewariskan rumahnya kepada Aisyah ra.   

Lukman Hakim Hidayat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *