Mengenang Gus Sholah; Keteladanan dan Kecintaanya Kepada NU

Mengenang Gus Sholah; Keteladanan dan Kecintaanya Kepada NU

Pecihitam.org – “Innalilahi wa inna ilaihi rojiun, Gus Sholah baru saja wafat, pada pukul 20:55. Mohon dimaafkan seluruh kesalahan…. Allahumaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu” kabar duka itu dicuitkan oleh Irfan Wahid, putera dari Gus Sholah, melalui akun twitternya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kabar duka tersebut lantas menyebar dari satu platform media sosial (medsos) ke platform medsos lainnya. Kabar tersebut berhembus dengan sangat cepat dan semua pihak merasakan duka cita yang mendalam atas wafatnya adik Gus Dur tersebut.

Dari sebaran kabar wafatnya Gus Sholah itu menggambarkan rasa duka mendalam atas kembalinya sang kiai tersebut kepada haribaan Allah Swt. Ungkapan rasa duka itu disampaikan mulai dari berbagai keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU) di berbagai penjuru negeri hingga tokoh nasional dan pimpinan pusat Muhammadiyah.

Beragamnya spektrum masyarakat yang merasa kehilangan atas wafatnya Gus Sholah tersebut menampakkan betapa luasnya jalinan pertemanan sang kiai tersebut, sehingga semua pihak merasa berduka cita.

Ulil Abshar Abdalla, cendikiawan muda NU yang menjadi menantu dari KH. Mustofa Bisri mengungkapkan kedukaannya dengan mengenang keteladanan dari Gus Sholah. Sosok yang akrab dikenal dengan sebutan Gus Ulil tersebut mengatakan bahwa Gus Sholah merupakan hadiah Mbah Hasyim (pendiri NU) untuk bangsa Indonesia.

Baca Juga:  Trend Hijrah dan Simbolisme Eksklusif dari Pengklaim Kebenaran

Menurutnya, Gus Sholah (dan Gus Dur) merupakan dua dari cucu KH. Hasyim Asy’ari yang memberikan kemanfaatan besar kepada Indonesia dengan menjadi tokoh bangsa, tokoh nasional, dengan pengaruh yang lintas golongan, kelompok dan agama.

Menurutnya Gus Sholah dan Gus Dur dengan cara masing-masing telah menyirami dan merawat apa yang dulu pernah ditanam oleh KH. Hasyim Asy’ari.

Selain Gus Ulil, seorang cendikiawan muda NU lainnya, yakni Hamzah Sahal memberikan cerita kenangannya dengan Gus Sholah. Menurut Hamzah Sahal, Gus Sholah merupakan sosok yang sangat sederhana. Ia menceritakan suatu waktu Gus Sholah menelfonnya ketika ia masih mengampu jurnal Taswirul Afkar milik Lakpesdam PBNU.

Menurut ceitanya, Gus Sholah pada saat menelfonnya, hanya mengaku diri sebagai orang biasa yang hendak membeli jurnal terbitan Lakpesdam PBNU tersebut. Gus Sholah tidak memperkenalkan diri sebagai sosok kiai besar, namun hanya dengan nama “Salahuddin” saja, tanpa embel-embel “gus” ataupun “kiai”. Kisah dari Hamzah Sahal tersebut menampakkan betapa sederhananya sosok Gus Sholah.

Baca Juga:  Mengejutkan! Syaikh Utsaimin Menyatakan Al Bani Bukan Ahli Hadits

Kisah kenangan lain diceritakan oleh Abdul Mu’ti. Pengurus Pusat Muhammadiyah. Menurut ceritanya bahwa Gus Sholah merupakan sosok yang dekat dengan Muhammadiyah. Beberapa waktu yang lalu Gus Sholah mengajak Muhammadiyah untuk membuat film “Jejak Langkah Dua Ulama”.

Film yang salah satu penggagasnya adalah Gus Sholah tersebut mengisahkan tentang dua tokoh besar bangsa, yakni KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Ahmad Dahlan.

Tujuan dari difilmkannya dua sosok tersebut adalah untuk supaya kalangan muda muslim Indonesia mengenal dua sosok inspiratif tersebut. Gagasan Gus Sholah tersebut semakin memperkuat hubungan NU dan Muhammadiyah.

Selain keteladanan Gus Sholah yang dikenang oleh tokoh lintas kalangan tersebut, Gus Sholah sangat patut untuk diteladani atas kecintaannya kepada NU.

Selain ia merupakan cucu dari KH. Hasyim Asy’ari, pendiri NU, lebih dari itu, Gus Sholah mencintai NU sangat amat dalam. Seminggu yang lalu, sebelum ia wafat, bahkan Gus Sholah masih sempat untuk menuliskan opini tentang harlah NU ke-94 di Koran Kompas.

Baca Juga:  Proyek "Angels and Demons" Gus Sholah

Tulisan Gus Sholah berjudul “Refleksi 94 Tahun NU” tersebut memaparkan tentang sumbangsih besar NU di usia menjelang satu abad ini kepada Indonesia.

NU memberikan kontribusi besar yang turut membangun dan merawat Indonesia. Selain itu, Gus Sholah mengkritisi adanya virus politik uang dalam proses transisi kepemimpinan NU pada saat muktamar.

Dari berbagai kisah kenangan atas Gus Sholah yang diceritakan oleh kalangan lintas organisasi tersebut menampakkan betapa besarnya keteladanan dari Gus Sholah. Selian itu, kecintaan Gus Sholah kepada NU yang amat besar sangat patut untuk diteladani oleh generasi muda NU saat ini. Wallahua’lam.