Menghidupkan Lagi Rasa Ke-beragama-an dengan Berfikir

berfikir menurut islam

Pecihitam.org – Berfikir itu pelita  yang hidup didalam hati manusia. Ia merupakan jalanya perasaan yang dikirim melalui otak manusia untuk dilaksanakan oleh anggota badan dan panca indra. Hamba Allah yang suka berfikir, akan menghidupkan ruhaninya, menyegarkan otaknya, dan menyegarkan pelaksanaan ibadahnya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Oleh karena itu, agama islam menganjurkan mempergunakan akal pikiran untuk menganalisa, meneliti semua mahluk dan alam benda ciptaan Allah ini, agar iman dan keyakinan makin hidup dan makin tinggi mutunya.

Ia melihat semua alam ciptaan Allah Swt yang di tangkap oleh penglihatan, dipikir didalam alam pikirnya, dirasakan pertimbangannya dalam hati, sebagai anugrah tuhan yang perlu dimanfaatkan sebagai ibadah.

Rasulullah bersabda,

“Berfikirlah tentang mahluk Allah, jangan memikirkan penciptanya, sebab untuk itu kamu tidak akan mampu memperhitungkannya”.

Menghidupkan pikiran untuk memikirkan, menganalisa bahkan meneliti untuk mendapat keyakinan yang kokoh diwajibkan dalam melaksanakan amal ibadah dan mengembangkan ilmu pengetahuan . Selama manusia masih mampu berfikir, selama itu pula ia berkewajiban memikirkan semua ciptaan Allah dan mengambil manfaatnya bagi kehidupan manusia.

Syekh Ataillah mengatakan :

الفكرة سراج القلب فاذا ذهبت فلا إضاءة له

Baca Juga:  Selain Ubudiyah, Kajian Fikih Lingkungan Hidup Juga Harus Jadi Perhatian Umat

Artinya : “ Berpikir itu pelita hati, apabila padam, maka sirnalah cahaya terang dari hati itu “.

Memikirkan untuk menghidupkan rasa beragama dan berke-Tuhan-an dalam hati dan jiwa manusia,timbul dari prasaan iman. Memikirkan alam sekitar dengan mahluk berada didalamnya yang dapat menimbulkan ilmu pengetahuan yang di kembangkan bagi kesejahteraan lahir dan batin manusia, adalah pikiran dari jiwa para ahli pikir yang mempergunakan penghayatan dan pengamatan.

Syekh Ataillah mengatakan :

الفكرة فكرتان فكرة تصديق وايمان وفكرةشهود وعيان فالأولى لأرباب الاعتبار والثانى لأرباب الشهود والإستبصار.

Artinya: “ Berfikir itu ada dua macam, yang timbul dari iman dan fikiran, yang timbul dari hasil i’tibar. Yang kedua, adalah hasil dari persaksian yang dihayati dan penglihatan yang di amati”.

Perjalanan manusia itu dimulai dari permulaan. Apabila permulaan ( awal dimulai suatu perjalanan amal dan ibadah ), baik dan sesuai dengan syari’at Allah Swt dan sunnah Rasul, maka akhir perjalanan akan baik dan selamat. Sebaliknya apabila memulai amal ibadah jelek maka akhirnya akan jelek dan celaka.Mengapa demikian ? karena amal ibadah itu dipersembahkan kepada Allah Swt.Ia harus dimulai dengan niat yang baik dan benar.

Baca Juga:  Pesantren dan Tantangan Pendidikan Islam Terhadap Arus Globalisasi

Tujuan melaksanakan suatu amal dan ibadah, tidak lain untuk mencari rida Allah Swt. semata. Olehkarena itu memulai semua amal ibadah agar memperoleh rida Allah itu adalah niat ikhlas. Dengan keikhlasan itu lah akan tercapai apa yang dikehendaki dalam ibadah, dan yang harus dikerjakan adalah amal ibadah.

Tujuan lain dari ibadah yang benar adalah untuk mempersenjatai manusia agar tidak mudah terpengaruh oleh hawa nafsu. Sebab dengan mendekati Allah ( taqqarub illa Allah ), akan semakin kokoh iman seorang hamba, dan semakin kuat pula benteng yang mempertahankan imannya.

Dengan demikian ia tidak terlampaui terpengaruh oleh hiasan dunia.Ibadah yang tulus akan memberi pengetahuan bagi manusia tentang sesuatu yang belom diketahui oleh manusia.

Abdullah bin Ishaq Al Ghafiqy mengisahkan; pada suatu hari, ketika ia menuju Masjid Al Haram, ditengah jalan ia berjumpa dengan seorang yang sedang mengkais-kais tanah, lalu pemperhatikan tanah itu.

“Hai hamba Allah, mengapa engkau mengais-ngais tanah.” Orang itu menjawab sambil menunjukkan segeggam  tanah yang ada ditangannya. Akan tetapi setelah melihat apa yang ada di tangan orang ini, ia terkejut, karena yang digenggamnya bukanlah tanah melainkan gandum .

Baca Juga:  Pentingnya Filsafat bagi Kaum Muslim; Mengikis Fanatisme, Meredam Ekstremisme

Dalam hati Abdullah,ia berkata rupanya,orang ini bukan sembarang orang,ia adalah Waliyullah. Lalu Abdullah mendekati sambil berkata. “Do’akanlah aku”. Orang ini pun berdo’a, “Semoga Allah memberitahukan hal-hal yang sebenarnya dari apa yang engkau minta, dengan demikian ringan bagimu beban dunia yang fana ini”.

Keyakinan bahwa ibadah dan bermacam-macam amal yang dilakukanoleh para hamba Allah, hendaklah menjadi pendorong iman dan memperkuat diri dalam ibadah.Ibadah hendaklah dijalankan dengan sungguh-sungguh, jangan setengah-setengah. Beribadah karena Allah ,dan serahkan segala-galanya kepada Allah Swt. (Wallahu A’lam)

Sumber: Djamal’uddin Ahmad Al-Buny, Mutu Manikan dari kitab Al Hikam ( Surabaya: Mutiara ilmu, 2010)