Menyoroti Paham dan Gerakan Syiah pada Masa Khulafaur Rasyidin

Menyoroti Paham dan Gerakan Syiah pada Masa Khulafaur Rasyidin

PECIHITAM.ORG – Tulisan ini akan menyoroti gerakan Syiah pada masa Khulafaur Rasyidin. Dapat dipastikan bahwa pada masa Khalifah Abu Bakar radhiallahu anhu, yaitu dari tahun 11 sampai 13 Hijriyah, begitu juga pada masa Khalifah Umar bin Khattab, yaitu dari tahun 13 sampai dengan 23 Hijriah, gerakan dan faham Syiah tidak ada.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Karena zaman itu merupakan zaman yang paling dekat dengan zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang orang-orangnya adalah sahabat-sahabat nabi yang berilmu dan tidak mudah diotak-atik oleh paham sesat.

Para sahabat yang terkemuka dan jumhur umat Islam tentu tidak menerima faham Syiah ini, apalagi faham yang akan menentang Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar bin Khattab radhiallahu anhuma.

Mereka semuanya berpendapat bahwa pengangkatan Khalifah Abu Bakar adalah sah, pengangkatan Sayyidina Umar adalah sah, pengangkatan Sayyidina Utsman adalah sah dan Nabi Muhammad tidak berwasiat secara khusus tentang siapa yang akan menjadi pengganti atau khalifah ketika beliau berpulang ke rahmatullah.

Mereka berpendapat bahwa pengangkatan cara syura (musyawarah) pada pertemuan Saqifah Bani Sa’id adalah sesuai dengan tuntunan Islam, yaitu musyawarah yang dianut oleh agama dalam Al-Quran Surah As-Syura ayat 38.

Baca Juga:  Perbedaan Syiah dan Wahabi Mulai dari Ideologi hingga Sumber Hukumnya


وَالَّذِيْنَ اسْتَجَابُوْا لِرَبِّهِمْ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَۖ وَاَمْرُهُمْ شُوْرٰى بَيْنَهُمْۖ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۚ

dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka..

Khalifah berganti dari Sayyidina Umar bin Khattab ke Sayyidina Utsman bin Affan, tepatnya tahun 25 sampai 35 Hijriyah. Sayyidina Utsman bin Affan adalah orang yang shaleh dan sibuk bukan saja mengatur negara dan pemerintahan, tetapi juga sibuk mengumpulkan ayat-ayat suci, sehingga dijadikan dalam satu mushaf yang sampai sekarang dinamai dengan Mushaf Utsmani sebagai kitab suci yang ada sampai sekarang.

Pada 5 tahun terakhir dari kekuasaan Sayyidina Utsman bin Affan, yaitu dari tahun 30 sampai 35 Hijriyah, paham Syiah mulai muncul dan sedikit agak mendapat peminat di pasaran. Maka berkobarlah paham anti Usman, juga anti khalifah-khalifah yang sebelumnya.

Mereka mengatakan bahwa yang berhak menjadi khalifah setelah wafatnya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam adalah Ali bin Abi Tholib. Abu Bakar telah merampas khalifah yang sah, begitu juga pengganti penggantinya yaitu Umar dan Utsman radhiyallahu anhuma.

Kaum Syiah tidak mau mengucapkan radhiallahu anhu untuk Abu Bakar, Umar dan Utsman tetapi mereka mengutuk ketiga khalifah ini dengan mengatakan qatalallahu man qatala ahlal bait (Allah mengutuk orang-orang yang memerangi ahlil bait/keluarga Rasulullah).

Baca Juga:  Abdullah bin Saba', Antek Yahudi Biang Kerok Aliran Syia'h dan 3 Ajaran Sesatnya

Mereka menuduh bahwa Abu Bakar, Umar dan Usman adalah orang yang memerangi keluarga Nabi, memerangi ahlil bait. Abdullah bin Saba, seorang pendeta Yahudi yang masuk Islam berontak melawan khalifah Sayyidina Utsman dan dan melalui propagandanya kemudian terbunuhlah Lhalifah Utsman bin Affan.

Maka Abdullah bin Saba mengambil peranan penting dalam pemberontakan dan kekacauan yang terjadi pada masa itu. Setelah khalifah yang ketiga wafat, maka kaum pemberontak, begitu juga umat Islam yang tidak memberontak sepakat untuk mengangkat Sayyidina Ali sebagai khalifah yang keempat.

Sayyidina Ali bagi kaum Syiah adalah khalifah yang pertama. Karena mereka tidak mengakui khalifah-khalifah yang tiga sebelumnya. Tetapi bagi umat Islam, bagi Ahlussunnah Wal Jamaah, Sayyidina Ali adalah khalifah yang ke empat. Pun Sayyidina Ali bagi kaum ahlussunnah tidak dianggap orang bersalah karena, Sayyidina Ali mengakui dan memberikan suara kepada khalifah-khalifah terdahulu, baik Abu Bakar, Umar maupun Utsman. Ali bin Abu Tholib bukankah orang Syiah.

Baca Juga:  Ini Perbedaan Sunni Dan Syiah yang Penting Dipahami, Orang Sunni Harus Lebih Waspada!!

Hanya saja kaum Syiah mengagung-agungkan Ali Bin Abi Thalib secara berlebihan dari yang seharusnya, seperti mengatakan bahwa Ali adalah imam yang mendapatkan wahyu dari Tuhan, Ali adalah imam yang berpangkat kenabian dan bahkan di antara orang Syiah ada yang mengatakan hakikatnya yang ingin dijadikan nabi oleh Tuhan adalah Ali, tetapi Malaikat Jibril telah tersalah memberikan wahyu sehingga diturunkan kepada Muhammad. Dan lain-lain dongeng kaum Syiah yang sesat dan memalukan lainnya.

Begitulah gerakan faham Syiah masa Khulafaur Rasyidin. Semoga menjadi tambahan pengetahuan. Amin.

Faisol Abdurrahman