Jangan Keliru, Minal Aidin wal Faizin Maknanya Bukan Mohon Maaf Lahir dan Batin

minal aidin wal faizin

Pecihitam.org – Saat suasan lebaran, ungkapan familiar yang sering diucapkan kepada sesama yaitu minal aidin wal faizin. Sayangnya kerap terjadi kesalahan karena kalimat ini sering dimaknai dengan istilah mohon maaf lahir dan batin.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Padahal makna minal aidin wal faidzin yang sesungguhnya bukan merujuk pada arti “mohon maaf lahir dan batin”. Lantas apa sebenarnya arti minal aidin wal faizin? Dan bagaimana ucapan selamat Idul Fitri yang benar? Biar nggak penasaran, simak penjelasan berikut!

Di Indonesia sendiri, kaliimat minal aidin wal faizin menjadi ucapan yang sudah tak asing ketika hari raya Idul fitri. Mulai dari pesan singkat, broadcast, spanduk dan baner dijalanan, hingga ungkapan langsung ketikat bersilaturahmi.

Namun sayangnya, tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa makna dari minal aidin wal faizin adalah “mohon maaf lahir dan batin”. Hal ini jelas menjadi salah kaprah.

Daftar Pembahasan:

Arti Minal Aidin wal Faizin

Menurut ulama, ucapan minal ‘aidin wal-faizin ini bukanlah berdasarkan dari generasi para sahabat maupun para ulama setelahnya (Salafussalih). Melainkan, awalnya kalimat ini berasal dari seorang penyair pada masa Al-Andalus, yang bernama Shafiyuddin Al-Huli. Saat itu dia membawakan syair yang konteksnya mengisahkan tentang dendang wanita di hari raya.

Adapun kalimat minal aidin wal faizin jika diterjemahkan artinya adalah “semoga kita semua tergolong orang yang kembali dan berhasil”. Dari sini dapat kita pahami bahwa arti minal aidin wal faizin yang diucapkan ketika hari raya Idul Fitri adalah doa dan harapan agar kita semua menjadi golongan orang yang kembali ke fitri (Suci).

Sejatinya fitrah itu mengandung kebaikan, kemuliaan, kejujuran, dan persaudaraan. Dan fitrah ini dapat diperoleh jika kita mampu memaknai puasa Ramadhan kita atau mampu menahan hawa nafsu.

Dengan demikian, “Minal Aidin wal Faizin” lebih menyimpan arti pencapaian seorang mukmin setelah berpuasa sebulan penuh dan melawan hawa nafsunya dengan beribadah kepada Allah di bulan Ramadan.

Baca Juga:  Bolehkah Perempuan Adzan? Ini Penjelasannya Menurut Madzhab Syafi'i

Ucapan Idul Fitri Sesuai Sunah

Sejak zaman dahulu, terdapat tradisi baik yang kerap dilakukan para sahabat ketika merayakan hari raya Idul Fitri. Mereka biasa mengucapkan selamat kepada para kaum Muslimin yang lain karena berhasil menjalankan ibadah puasa selama sebulan Ramadhan penuh.

Adapun ucapan selamat tersebut yaitu,

تقبل الله منا ومنكم
” Taqabbalallaahu minnaa wa minkum.”

” Semoga Allah menerima (amal ibadah Ramadahn) kami dan engkau.”

Ucapan di atas juga ada yang menambahkan dengan” Taqabbal yaa kariim, wa ja’alanaallaahu wa iyyaakum minal ‘aaidiin wal faaiziin.” Ada juga yang menambahi dengan ” Wal maqbuulin kullu ‘ammin wa antum bi khair.”

Maka, jika dirangkai semua, ucapan tersebut akan berbunyi “

Taqabbalallaahu minnaa wa minkum taqabbal yaa kariim, wa ja’alanaallaahu wa iyyaakum minal ‘aaidin wal faaiziin wal maqbuulin kullu ‘ammin wa antum bi khair.”

Artinya, ” Semoga Allah menerima (amal ibadah Ramadlan) kami dan kamu. Wahai Allah Yang Maha Mulia, terimalah! Dan semoga Allah menjadikan kami dan kamu termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang menang serta diterima (amal ibadah). Setiap tahun semoga kamu senantiasa dalam kebaikan.”

Namun jika dirasa terlalu panjang, bisa cukup menggunakan kalimat ‘Taqabbalallahu minna wa minkum.’ Ibnu Hajar Al Asqalani dalam kitab Fathul Bari berpendapat,

“Ketika para sahabat Rasulullah saling bertemu di hari raya, sebagiannya mengucapkan kepada sebagian lainnya, ‘Taqabbalallahu minnaa wa minkum’. “Taqabbalallaahu minnaa wa minkum” adalah bacaan yang telah sempurna struktur kalimatnya. Selain itu, bacaan ini adalah yang paling populer di kalangan sahabat Nabi Muhammad SAW, dibadingkan bacaan “minal aidin wal faizin”.

Dasar Ucapan Taqabbalallaahu Minnaa wa Minkum

Diriwayatkan oleh Muhammad bin Ziyad. Ia menceritakan kejadian ketika bersama Abu Umamah al-Bahili dan lainnya dari sahabat Rasulullah SAW. Syahdan, sepulang dari Shalat Id, mereka saling mengatakan,

Baca Juga:  Hukum Pajak dalam Islam, Benarkah Haram Mutlak?

تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكَ
Taqabbalallaahu minnaa wa minkum

Imam Ahmad menjelaskan, sanad hadits Abu Umamah ini Jayyid.
Ali bin Tsabit berujar,

سألت مالك بن أنس منذ خمس وثلاثين سنة وقال: لم يزل يعرف هذا بالمدينة.

“Aku bertanya pada Malik bin Anas sejak 35 tahun. Dia menjawab, ‘Hal (ucapan) ini selalu ditradisikan di Madinah.”

Dalam Sunan al-Baihaqi disebutkan:

عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ قَالَ: لَقِيتُ وَاثِلَةَ بْنَ الأَسْقَعِ فِي يَوْمِ عِيدٍ فَقُلْتُ: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكَ، فَقَالَ: نَعَمْ تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكَ، قَالَ وَاثِلَةُ: لَقِيتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَوْمَ عِيدٍ فَقُلْتُ: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكَ، فَقَالَ: نَعَمْ تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكَ.

Diriwayatkan dari Khalid bin Ma’dan, ia berkata, “Aku bertemu Watsilah bin Asqa’ pada hari Raya. Aku katakan padanya: Taqabbalallahu minna wa minka. Watsilah menanggapi, ‘Aku pernah bertemu Rasulullah SAW pada hari raya, lantas aku katakan ‘Taqabbalallahu minna wa minka’. Beliau menjawab, ‘Ya, Taqabbalallahu minna wa minka.”

Dari kedua riwayat diatas memberikan pemahaman bagi kita, bahwa ucapan ‘Taqabbalallahu minna wa minka’ adalah kalimat yang disyariatkan (masyru’) dan hukum mengucapkannya sunnah.

Salahkah Mengucapkan Minal Aidin wal Faizin?

Meski dimasyarakat kadang terjadi salah pemaknaan dari kalimat Minal Aidin wal faidzin, namun bukan berarti ucapan tersebut tidak boleh digunakan.

Para ulama menegaskan, bahwa ucapan selamat saat di hari raya, tidak ada batasannya. Selama ucapan tersebut mengandung arti dan tujuan yang baik maka sah-sah saja jika diucapkan.

Oleh karenanya, baik kalimat Minal Aidin Wal Faizin ataupun Taqabbalallahu Minna Waminkum, keduanya sama-sama bernilai doa khusus. Semuanya sah dan sangat baik diucapkan oleh sesama Muslim saat hari raya Idul Fitri.

Idul Fitri berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai dari kewajiban puasa di bulan Ramadhan yaitu manusia yang bertaqwa. Kata Id berdasar dari akar kata aada – yauudu yang artinya kembali, sedangkan fitri bisa berarti buka puasa untuk makan dan bisa berarti suci.

Baca Juga:  Inilah Lima Macam Hidayah Allah Kepada Manusia, Semoga Kita Selalu Mendapatkannya

Fitri yang berarti buka puasa berdasarkan akar kata ifthar (sighat mashdar dari aftharo – yufthiru), hal ini berdasarkan hadis Nabi Saw yang artinya:

“Dari Anas bin Malik: Tak sekali pun Nabi Muhammad SAW. Pergi (untuk shalat) pada hari raya Idul Fitri tanpa makan beberapa kurma sebelumnya.” Dalam Riwayat lain: “Nabi SAW. Makan kurma dalam jumlah ganjil.” (HR Bukhari).

Dengan demikian, Idul Fitri dapat dimaknai dengan hari raya dimana umat Islam kembali berbuka atau makan. Itu sebabnya salah satu sunnah sebelum melaksanakan shalat Idul Fitri adalah makan atau minum meski hanya sedikit. Hal Ini juga menunjukkan bahwa hari raya Idul Fitri adalah waktunya berbuka dan umat Islam haram untuk berpuasa.

Sedangkan kata Fitri yang berarti suci, bersih dari segala dosa, kesalahan, kejelekan, keburukan berdasarkan dari akar kata fathoro-yafthiru. Yang didasarrkan dari hadis Nabi Saw yang artinya

“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan didasari iman dan semata-mata karena mengharap ridho Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaq‘alaih).

Barangsiapa yang shalat malam di bulan Ramadan dengan didasari iman dan semata-mata karena mengharap ridho Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq‘alaih).

Wallahua’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik