Muhammad Iqbal, Si Kumis Pembaharu Pemikiran Islam dari Pakistan

Muhammad Iqbal

Pecihitam,org – Muhammad Iqbal atau yang sering juga disebut sebagai bapak Pakistan, beliau tidak lain adalah seorang Penyair dan Filsuf dengan beberapa pemikirannya yang cukup berpengaruh dan berperan penting dalam pembaharuan pemikiran di India. Dialah Muhammad Iqbal atau yang dikenal dengan nama Allama Iqbal berkelahiran Sialkot (Pakistan) 9 November 1877 dan wafat pada tanggal 21 April 1938 di Lahore.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Selama hidupnya beliau dikenal sebagai seorang filsuf, politisi, seorang inspirator sekaligus pahlawan dalam memerdekakan India menjadi Pakistan. Selain itu beliau juga menguasai beberapa bahasa diantaranya Urdu, bahasa Arab dan Persia, serta beliau dikagumi sebagai seorang penyair klasik yang cukup menonjol.

Masa pendidikan

Beliau memproleh gelar M.A. di Lahore sekaligus sebagai tempat dimana beliau mengenal Thomas Arnold yang merupakan seorang orientalis dan sejarawan, dan berkat perkenalan mereka itulah rupanya Muhammad Iqbal terdorong untuk melanjutkan Study di luar negeri (Inggis).

Tak perlu menunggu waktu yang lama, beliau pun berangkat pada tahun 1905 dan menjadi salah satu mahasiswa di Universtiras Cambridge demi belajar Filsafat. Dua tahun setelah itu, beliau berpindah ke Jerman untuk memperoleh geral Ph.D. dalam bidang Tasawuf yang mana disertasi beliau berjudul “The Development of Metaphysich In Persia”.

Baca Juga:  Abu Aziz Samalanga, Mengenal Sosok Ulama Kharismatik Aceh

Dan ternyata sepulangnya ke Negara asal pada tahun 1908 beliau menjadi pengacara dan dosen Filsafat dan pada akhirnya memasuki bidang politik , bahkan beliau sempat terpilih sebagai Presiden liga Muslim pada tahun 1930.

Pandangan terkait kemunduran dan kemajuan Islam

Sebagai tokoh yang hidup di era Kontemporer, Muhammad Iqbal berpandangan bahwa kemunduran Islam selama 500 tahun terakhir tidak lain karena kebekuan dalam pemikiran, dalam artian Hukum Islam dinyatakan berada dalam bentuk statis yakni diam, tidak berubah atau tetap.

Untuknya ada beberapa point dalam menanggapi situasi yang seperti ini,

Pertama, beliau beranggapan bahwa Hukum islam tidaklah statis, sebab ada kemungkinan mengalami perubahan terlebih perkembangan zaman yang tidak pernah berhenti, oleh karenanya Pintu Ijtihad tidak boleh tertutup sebagaimana yang pernah disuarakan oleh Ibnu Taimiyah.

Begitupun dengan runtuhnya kota Baghdad pada pertengahan Abad ke 13 yang mana sebagai pusat kemajuan pemikiran Islam pada waktu itu. Sedangkan kaum konservatif (kaum yang masih mendukung nilai nilai tradisional) mencoba untuk beranggapan bahwa mereka perlu mempertahankan keseragaman hidup sosial. Karenanya mereka menolak pembaharuan dalam bidang syariat, atau dalam artian mereka menolak terbukanya pintu pintu Ijtihad.

Baca Juga:  Kisah Khadijah binti Khuwailid hingga Menikah dengan Rasulullah

Adapun penyebab lainnya ialah berada ajaran Zuhud dalam bidang tasawuf, yang mana mengarahkan para penganutnya untuk memusatkan perhatian yang yang hanya kepada Tuhan. Alhasil ajaran ajaran yang seperti inilah menurut Muhammad Iqbal membuat umat Islam kurang mementingkan soal soal kemasyarakatan.

Oleh karenananya, memandang fenomena fenomena diatas yang berdampak pada mundurnya pemikiran Islam seiring berjalannya waktu, maka Muhammad Iqbal mengajarkan bahwa Islam sepatutnya berkeyakinan pada Al Qur’an dan sistem sosial yang mestinya terus dipusatkan kepada Al Qur’an.

Karena faktanya, Al Qur’an sendiri senantiasa mengarahkan untuk berfikir guna kita bisa memahami tanda tanda yang terdapat pada alam seperti, matahari, bulan, bintang, malam, siang lewat ayat ayat dalam Al Qur’an.

Kedua, beliau beranggapan bahwa konsep Islam mengenai alam adalah dinamis dan senantiasa berkembang dengan dalil, bahwa ayat ayat dalam Al Qur’an sendiri selalu menjelaskan bahwa tiap bangsa mempunyai masa masa tertentu, dimana kemajuan dan kemunduran dibuat Tuhan silih berganti diantara kaum atau bangsa yang hidup di dunia ini,

Tidak hanya itu, Muhammad Iqbal pun mendeskripsikan bahwa alam atau dunia ini tidak langsung diciptakan sekaligus melainkan secara berangsur angsur dan sampai pada akhirnya menuju kesempurnaan.

Baca Juga:  Biografi Gus Miftah, Kyai Nyentrik Yang Suka Ke Klub Malam

Sehingga dari sini Iqbal meyakini tentang adanya gerak dan perubahan dalam hidup manusia, termasuk Islam yang memiliki konsep dinamisme, sekaligus merangkul Ijtihad sebagai jalan dalam menangani pembaharuan Islam.

Tidak sampai disana, konsep pemikiran Iqbal tidak serta merta menjadikan barat sebagai kiblat, bahkan beliau menolak tentang adanya kapitalisme dan imperialisme Barat, tetapi menerima sosialisme. Dan ini lagi lagi karena beliau melihat adanya persamaan antara Islam dan Sosialisme.

Sedangkan barat baginya begitu banyak dipengaruhi oleh Materialisme dan seakan meninggalkan Agama, maka yang patut diambil oleh Umat Islam dari barat tidak lain ialah pengetahuannya.

Sumber: Supridayi, Dedi. Pengantar Filsafat Islam. Cet. I, Bandung: Pustaka Setia, 2009.

Rosmawati