Nasehat Imam Al-Ghazali bagi Para Pencari Ilmu

Nasehat Imam Al-Ghazali bagi Para Pencari Ilmu

Pecihitam.org – Namanya adalah Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali at-Thusi yang sering dikenal sebagai Imam Al-Ghazali. Di kalangan umat Islam beliau mendapat julukan Hujjatul Islam dengan kehati-hatian dan sikap kritisnya dalam mengeluarkan hujjah. Di Indonesia kitab-kitab yang dikarang oleh Imam Ghazali menjadi rujukan, dan dikaji di pesantren-pesantren.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dalam permulaan kitab Bidayah al-Hidayah, Imam Ghazali mengingatkan kepada para pencari ilmu dalam menata niatnya. Sesuai sabda Nabi Muhammad Saw bahwa segala perbuatan tergantung pada niatnya.

Imam Ghazali mengingatkan kepada para pencari ilmu agar menghindari niat untuk popularitas, kebanggaan, mengugguli orang lain, atau mencari simpati.

فاعلم ايها الحريص المقبل على اقتباس العلم المظهر من نفسه صدق الرغبة فرط التعطش اليه انك ان كنت تقصد بطلب العلم المنافسه والمباهاة والتقدم على الاقران واستمالة وجوه الناس اليك وجمع حطام الدنيا فانت ساع في هدم دينك واهلاك نفسك وبيع اخرتك بدنياك فصفقتك خاسرة وتجارتك بائرة ومعلمك معين لك على عصيانك وشريك لك في خسرانك وهو كبائع سيف من قاطع طريق

Baca Juga:  Jika Ada Hidayah, Mengapa Harus Perlu Dakwah?

Wahai orang yang mencintai ilmu yang dengan susah payah mencarinya! Ketahuilah: Sesungguhnya engkau dalam mencari ilmu, apabila berniat utnuk bersaing mencari popularitas, kebanggaan untuk mengungguli teman-teman sebayanya dan supaya mendapat simpati dari orang banyak, maka engkau sebenarnya telah berusaha menghancurkan agamamu, merusak dirimu senidiri, dan menjual kebahagiaan akhirat dengan kesenangan dunia.

Ibarat seorang pedagang maka transaksi yang telah engkau buat itu sia-sia dan perdagangan yang engkau tangani itu tidak membawa keuntungan. Sedangkan orang yang mengajarimu itu dianggap membantumu melakukan kemaksiatan yang juga akan merasakan kerugian. Guru yang demikian itu laksana orang yang menjual pedang (senjata) kepada penjahat.

Demikian banyak sekarang orang yang mencari ilmu agama hanya untuk perdebatan. Bahkan mencari dalil-dalil untuk pembenaran terhadap dirinya dan menyalahkan orang lain. Banyak juga yang hanya mengejar popularitas dan mencari simpati.

Tujuan-tujuan tersebut merupakan tujuan profan yang bersifat duniawi. Sebaiknya kita sebagai para pencari ilmu menghindari niat-niat yang kurang baik di atas.

Baca Juga:  Inilah 4 Pola Tidur Ala Rasulullah yang Sangat Bermanfaat bagi Kesehatan

Imam Ghazali menilai bahwa niat-niat buruk dalam mencari ilmu tersebut dapat menghancurkan agama Islam. Bahkan dapat merusak diri orang yang mencari ilmu tersebut. Pahala dari mencari ilmu pun sudah hangus oleh kebahagiaan dunia yang hanya sementara. Na’udzubillah min dzalik.

وان كانت نيتك وقصدك بينك وبين الله تعالى من طلب العلم الهداية دون مجرد الرواية فابشر فان الملائكة تبسط لك اجنحتها اذا مشيت وحيتان البحر تستغفر لك اذا سعيت

Tetapi apabila niat dan tujuanmu dalam urusan menari ilmu itu untuk mencari petunjuk, bukan untuk supaya pandai berbicara atau berpidato, maka bergembiralah engkau, sebab ketika engkau berjalan para malaikat telah membeber sayapnya dan rela kau injaknya, dan ikan-ikan di laui memohonkan ampunan untukmu dari Allah Swt.

Mencari ilmu hendaklah diniatkan untuk mencari hidayah (petunjuk) dari Allah Swt. Dalam hal ini seorang pencari ilmu harus fokus mengarahkan segala yang dilakukan menuju Allah Swt.

Baca Juga:  Kalimat Dzikir yang Berat Timbangannya Melebihi Tujuh Lapis Langit dan Bumi

Dengan niat tersebut dapat mengantarkan kebahagiaan akhirat yang telah dijanjikan. Ketenangan hidup juga akan selalu menyertai seorang yang mencari ilmu dengan niat tersebut.

Di zaman sekarang ini, dimana segala hal diukur dengan materi dunia menjadikan sebagian orang melupakan Allah Swt. Mencari ilmupun biasa diukur dengan apa yang dihasilkan nantinya.

Namun, kebergantungan seorang hamba kepada Tuhannya harus tetap tertanam di hati. Sehingga kebahagiaan akhirat dan dunia akan dapat dicapai di kemudian hari.