Ngebet Dakwah; Fenomena Hijrah dan Belajar Agama Tanpa Guru

Ngebet Dakwah; Fenomena Hijrah dan Belajar Agama Tanpa Guru

PeciHitam.orgRamalan dunia barat terhadap masa depan Agama akan lenyap seiring dengan perkembangan rasionalitas ternyata tidak sepenuhnya benar.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Gejala yang muncul selama revolusi industri di Eropa mendorong para pemikir Liberal mengatakan bahwa Agama akan kehilangan kepercayaan dalam masyarakat modern.

Anomali terjadi dengan munculnya berbagai fenomena hijrah yang banyak diikuti oleh  pesohor dunia hiburan. Fenomena ini menguatkan pesan bahwa agama tidak kehilangan umat sebagaimana diramalkan oleh tokoh Atheis di atas.

Disamping membawa kabar gembira dengan munculnya fenomena hijrah, tetapi membawa dampak kurang baik.

Fenomena ngebet dakwah dengan kecekakan ilmu yang dimiliki membuat kisruh masyarakat, karena sering mempertontonkan kebodohan. Niat baik tanpa didukung oleh perangkat keilmuan mumpuni hanya akan membuat masalah baru.

Guru dalam Islam

Fenomena dakwah para pesohor dunia hiburan yang hijrah membawa angin segar bahwa Islam bisa diterima dikalangan public figure. Artinya dakwah Islam bisa berkembang bukan hanya dikalangan akar rumput, namun bisa memasuki dunia hiburan yang gemerlap.

Fenomena hijrah merupakan titik balik ‘pertobatan’ pesohor dunia hiburan yang kemudian memilih jalan memperdalam agama. Kabar baik ini menunjukan bahwa syiar Islam bisa meluluhkan hati para pesohor dunia hiburan untuk belajar Islam lebih intens.

Baca Juga:  Tinta Ulama Laksana Darah Para Syuhada'

Kerelaan mereka yaitu melepaskan segala atribut duniawi untuk dialihkan kedalam jalan dakwah patut diapresiasi.

Wanti-wanti penulis menanggapi fenomena hijrah ala pesohor hiburan yaitu harus bersabar dalam belajar islam. Karena Islam adalah agama akademik yang tidak bisa dipelajari dengan Instan apalagi dipelajari dengan otodidak dan mengklaim diri sebagai ‘murid Rasulullah dan Sahabat’.

Klaim tersebut kiranya pernah terucap dari pendakwah ‘Ustadz’ Evie Effendi yang hanya bermodalkan keinginan kuat berhijrah dengan hanya modal otodidak saja. Maqalah Arab mengatakan dengan jelas tentang belajar Agama tanpa Guru;

من لا شيخ فالشيطان شيخه

Artinya; “Siapa saja yang tidak memiliki guru, maka Syaitanlah yang menjadi gurunya”

Oleh karenanya harus adanya pendampingan spiritual dari seorang guru agar tidak menyalahi Ijma’ dan ‘Urf dalam Islam. Peringatan lainnya disebutkan dalam Maqalah berikut;

من كان شيخه كتابه كان خطأه أكثر من صوابه

Artinya; “Siapa saja yang menjadikan kitab (buku) sebagai gurunya, maka dia akan lebih banyak salah dari pada benarnya”

Mempelajari Agama Islam bukan hanya sekadar keinginan kuat dan belajar mandiri tanpa bimbingan seorang guru yang bersanad. Keharusan memiliki guru dalam Islam bertujuan untuk menyelarasakan pemikiran dengan tradisi akademik para Ulama yang bersambung sampai Rasulullah SAW.

Baca Juga:  Etika dan Kewajiban Orangtua Terhadap Anak

Hijrah dan Dakwah

Fenomena hijrah adalah hal positif dalam perkembangan Islam diera modern, karena semakin mempertebal keimanan seseorang. Namun ketika dihadapkan dengan dunia dakwah harus berhati-hati, karena dakwah harus dengan kemantapan keilmuan.

Tidak salah kiranya dalam hadits Rasulullah SAW melalui riwayat Imam Bukhari dalam kitab beliau sebagai berikut;

بلغوا عني ولو آية

Artinya; “Sampaikan tentang Aku walaupun hanya satu ayat”  (HR. Bukhari)

Kewajiban seorang Muslim menyampaikan ayat-ayat Allah SWT tidak pernah diragukan. Caranya dengan menyebarkan kebaikan, bisa menggunakan oral atau menggunakan tindakan mencontohkan.

Akan tetapi ketika menyampaikan sebuah ayat harus memahami ilmu yang mumpuni jangan asal-asalan. Allah SWT berfirman;

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلا رِجَالا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ 

Artinya; “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan[828] jika kamu tidak mengetahui” (Qs. An-Nahl: 43)

Ayat di atas dengan gamblang menjelaskan bahwa ketika seorang tidak mengetahui jangan berfatwa atau menyimpulkan hukum. Konsultasi dengan Ulama atau ‘ahl Dzikr’ adalah jawaban termudah dalam menjawab sebuah permasalahan agama.

Baca Juga:  Berjalan Mengapung, Salah Satu Keajaiban Gunung dalam Alquran

Jangan sampai semangat hijrah untuk mempelajari Islam dikalahkan dengan Libido dakwah tanpa Ilmu memadai. Apalagi Ngebet dakwah guna mengganti pendapatan yang hilang dari dunia hiburan ketika memutuskan hijrah.

Kesan yang ada sekarang yaitu hijrah hanya menjadi batu loncatan untuk mencari lahan baru mengail rezeki dengan berdakwah dengan ilmu cekak. Ash-Shawabu Minallah

Mohammad Mufid Muwaffaq