Sadis!!! Pendiri Wahabi Bahkan Ingin Membunuh Kakak Kandungnya Sendiri

Muhammad bin Abdul Wahhab

Pecihitam.org – Siapa yang tidak kenal dengan Muhammad bin Abdul Wahab, pendiri Wahabi yang dipandang oleh mayoritas ulama sebagai orang yang tekstual, kasar dan gemar mengancam untuk membunuh seseorang yang berbeda pemahaman. Bahkan kakak kandungnya sendiri yang bernama Sulaiman bin Abdul Wahab pernah diancam ingin dibunuhnya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Muhammad bin Abdul Wahab memang dikenal biasa mengeluarkan fatwa yang ganjil-ganjil. Diantaranya ia mengatakan bahwa kebanyakan orang yang pergi ke Mekkah dan Madinah telah menjadi kafir karena mereka melakukan tawasul di makam Nabi Muhammad. Atau karena mereka memuji-muji Nabi Muhammad dengan syair dan shalawat seperti Dalailul Khairat dan Burdah maupun Barzanji.

Hingga suatu ketika terjadilah perdebatan antara Muhammad bin Abdul Wahab dengan kakak kandungnya sendiri yang bernama Sulaiman bin Abdul Wahab perihal kafir-mengkafirkan.

“Berapa rukun iman,” tanya Sulaiman bin Abdul Wahhab pada adiknya. Muhammad bin Abdul Wahhab pun menjawab, “Ada lima”.

“Tapi kamu menjadikan enam,” sindir sang kakak. Lalu Pendiri Wahabi itu bertanya, “Apa?”.

Baca Juga:  FAKTA!!! Wahabi Lebih Memilih Fatwa Tokoh Dibanding Dalil

Lalu mulailah Sulaiman bin Abdul Wahhab menyerang pemahaman sang adik yang gemar mengkafirkan orang lain, “Bukankah kamu berfatwa bahwa orang yang mengikutimu adalah mukmin, sedangkan orang yang tidak sesuai fatwamu adalah kafir.”

Mendapat jawaban menohok seperti itu, Muhammad bin Abdul Wahhab pun terdiam tapi menyimpan marah dan dendam.

Maka setelah kejadian itu, Muhammad bin Abdul Wahhab selalu berusaha untuk menangkap dan membunuh kakaknya. Tetapi Sulaiman bin Abdul Wahab bisa lolos melarikan diri ke Mekkah.

Setibanya di Mekkah, ia mengarang sebuah kitab sebagai bentuk protes terhadap pemikiran adiknya yang menyimpang dari garis besar mayoritas ulama ahlussunnah waljamaah. Kemudian kitab itu diberi judul الصواعق الإلهية في الرد على الوهابية (Petir Tuhan yang menyambar dalam menolak pemikiran Wahhabiyah).

Di dalam kitab ini pula terdapat fatwa-fatwa Muhammad bin Abdul Wahhab yang ganjil-ganjil dan dan bantahan atas fatwa-fatwa tersebut. Bahkan di dalam kitab ini juga dijelaskan tentang kisah perdebatan Muhammad bin Abdul Wahab dengan seseorang.

Baca Juga:  Kritik Terhadap Kitab Ensiklopedi Aqidah dan Bid'ah Salafi Wahabi

Seseorang datang bertanya, “Berapa orang yang dibebaskan Tuhan dalam tiap malam di bulan puasa?” Muhammad bin Abdul Wahab menjawab, “Seratus ribu”.

Lalu laki-laki itu bertanya lagi, “Pada akhir malam bulan Ramadhan, berapa?” Muhammad bin Abdul Wahhab menjawab, “Pada akhir bulan Ramadhan dibebaskan oleh Tuhan sebanyak yang telah dibebaskannya pada tiap malam Ramadhan.

Jwaban ini sesuai sabda Nabi, salah satunya riwayat Imam Tirmidzi berikut:

ﻭَ ﻟِﻠَّﻪِ ﻋُﺘَﻘَﺎﺀُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ، ﻭَ ﺫَﻟِﻚَ ﻛُﻞَّ ﻟَﻴْﻠَﺔٍ

“Dan Allah memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka, yang demikian itu terjadi pada setiap malam.” (HR. At-Tirmidzi)

Tetapi kemudian laki-laki itu bertanya lagi, “Dari mana diambil orang Islam sebanyak itu padahal murid-muridmu tidak sampai sebanyak itu?” Muhammad bin Abdul Wahhab pun marah dan berusaha menangkap orang itu.

Dari kisah-kisah Muhammad bin Abdul Wahhab yang pernah mengancam membunuh saudara kandungnya dan mengancam juga seorang laki-laki yang berdebat dengannya, maka kita tahu bahwa pendiri paham Wahabi ini adalah orang yang keras, tidak bisa menerima perbedaan dan bahkan akan mengancam orang yang berbeda dengannya.

Baca Juga:  Daftar Nama 70 Tokoh Wahabi Indonesia yang Masih Aktif Hingga Saat ini

Begitulah Muhammad bin Abdul Wahhab terlebih setelah ia mendapatkan dukungan dari Muhammad bin Saud. Kolaborasi Duo Muhammad ini merupakan simbiosis mutualisme yang melahirkan pemahaman yang ekstrim.

Faisol Abdurrahman