“We Cannot Escape History
Kita tidak akan bisa Lari dari Sejarah” (Abraham Lincoln)
Pecihitam.org – Cempa atau campa adalah nama sebuah daerah yang familiar ditelinga orang-orang Islam yang ada di Indonesia. Pasalnya campa atau cempa erat kaitannya dengan proses penyebaran Islam di Indonesia.
Jadi secara tidak langsung Campa punya nilai Historis yang luhur dalam pandangan orang-orang Islam di Indonesia. Akan tetapi campa yang dimaksud adalah campa yang dulu ada di Vietnam, atau campa atau jeumpa yang ada di Aceh.
Mengenai letak Cempa dalam cerita-cerita Jawa (Nusantara) yang menyangkut tempat asal para penyebar agama Islam pertama di Nusantara, ada beberapa pendapat.
Dr. Rouffaer berpendapat bahwa berdasarkan dugaan-dugaan telah di identifikasikan Cempa atau Campa ini dengan Jeumpa di Aceh, di perbatasan antara Samalangan (Simelungan). Kemudian Dr. Cowan memperkuat hipotesa Dr. Rouffaer dengan menulis resensinya.
Hal tersebut dibuktikan dengan kultur dan lingkungan campa yang mirip sekali dengan aceh sehingga dapat dikatakan kalau campa itu berdekatan dengan Aceh. Artinya daerah yang berdekatan akan memiliki kemiripan yang identik baik itu dari bahasa, budaya maupun adat istiadat yang ada antar satu daerah dengan daerah lainnya.
Pendapat yang mengidentifikasikan Cempa dengan Jeumpa di Aceh kemudian diperkuat lagi oleh Valentijn, yang mengatakan Para penyebar Islam telah menempuh perjalanan dari Aceh sampai Cirebon yang dalam perjalanan tersebut melewati campa (Jeumpa), katanya bahwa,
“Perjalanan telah dilakukan oleh orang-orang suci Islam lain, seperti syekh Ibnu Maulana, dari tanah Arab ke Jawa (maksudnya Nusantara), yaitu: Aceh, Pasai, Campa, Johor, Cirebon. Jadi Apabila Cempa sama dengan Jeumpa ditukar tempatnya dengan Pasai, maka rute perjalanannya dikatakan lebih masuk akal“.
Maksudnya adalah perjalan penyebar Islam waktu itu yakni Syekh Ibnu Maulana bisa diruntut sesuai dengan rute yang berdekatan dan saling berkaitan. Kalo yang dimaksud campa adalah campa di vietnam maka jaraknya terlampau jauh dari Pasai maka itu dianggap tidak mungkin atau paling tidak sangat kecil kemungkinannya.
Tapi sebaliknya akan masuk akal bagi perjalanan Syekh Ibnu Maulana atau para penyebar Islam waktu itu apabila campa itu adalah Jeumpa yang ada di Aceh karena jalurnya dekat dan kemungkinan besar akan dilalui.
Pendapat selanjutnya tentang letak Cempa ini diperkuat oleh sastra sejarah Melayu dan Jawa. Cerita Sajarah Melayu (pada bab 2) memuat riwayat singkat Kerajaan Campa. Di situ secara khusus diceritakan bahwa penduduknya tidak makan daging sapi dan tidak menyembelih sapi. Ini mungkin juga menunjukkan bahwa mereka itu beragama Hindu atau Budha.
Semula daerah itu wilayah taklukan Batara (Maksudnya raja) Majapahit, jadi sudah bisa dipastikan bahwa itu adalah wilayah Nusantata yang terdekat. Artinya wilayah taklukan Majapahit itu berarti meliputi hampir seluruh kepulauan Nusantara termasuk kepulauan Sumatera yang didalamnya juga ada Aceh dan Pasai.
Maka dianggap ada kemungkinan bahwa daerah campa itu adalah jeumpa yang ada di aceh melihat dari pendapat ini. Hanya saja hal ini hanya baru dibuktikan dengan hipotesa saja.
Selain sumber diatas Sejarah Cempa disebut juga dalam Hikayat Hasanuddin versi Banten. Dalam hikayat ini dikisahkan bahwa Kerajaan Campa ditaklukkan oleh raja dari Koci, waktu Raden Rahmat bermukim di Jawa.
Jadi, Raden Rahmat bersama saudaranya tentunya sebelum tahun 1471 sudah berangkat dari Cempa ke Jawa Timur. Itu berarti apabila Campa itu ada di Vietnam maka rute perjalanan Raden Rahmat dari campa harus melalui Johor, Pasai, baru kemudian bisa sampai di Jawa.
Bahkan menurut Ahmad Ginanjar Sya’ban Direktur Islam Nusantara Center, dikatakan bahwa dalam beberapa manuskrip yang ada di Indonesi yang berbentuk tulisan Arab Pegon terdapat kata campa atau jeumpa dengan Huruf Jim, mim dan fa maka hal tersebut masih ditafsiri apakah campa (Vietnam) ataukah Jeumpa (Aceh).
Dikalangan peneliti hal tersebut juga masih menjadi sebuah kontroversi sehingga masih diperdebatkan tentang letak keberadaan campa secara geografisnya. Namun hal tersebut jangan sampai menyurutkan niat baik kita untuk terus belajar dan menggali ilmu pengetahuan. Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat. Tabik.!