Peradaban Islam Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib

Peradaban Islam Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib

Pecihitam.org- Ali dipilih oleh sebagian besar kaum Muslimin, walaupun ada sebagian sahabat yang tidak setuju. Inilah yang menjadikan banyak terjadi perselisihan pada masa pemerintahanya. Di sini penulis akan menjelaskan peradaban Islam masa khalifah Ali bin Abi Thalib.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ali ibnu Thalib ibnu Abdul Muthalib dilahirkan 10 tahun sebelum Nabi Muhammad diutus menjadi Rasul. Ali dikenal dengan budi pekertinya, kesalehan, keadilan, dan kebersihan jiwanya. Dia terhitung salah seorang dari tiga tokoh utama yang telah menimba ilmu dari Rasulullah.

Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 600 Masehi. Beliau bernama asli Haydar bin Abu Thalib. Namun Rasullullah SAW tidak menyukainya dan memanggilnya Ali yang berarti memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah.

Ali adalah sahabat nabi yang paling cerdas. Ia juga sangat hebat dalam berperang. Dikisahkan, pernah ada seorang yang bertarung melawan Ali dan pedang orang tersebut jatuh. Ali tidak langsung membunuhnya. Ali ingin bertarung dengan adil, menunggu orang tersebut mengambil pedangnya yang terjatuh, kemudian bertempur lagi.

Baca Juga:  Inilah Sejarah "Hitam" Kaum Salafi Wahabi

Oleh karena itu, Ali mendapat gelar “Singa Allah” dan “Pangeran Orang Beriman”. Melalui Ali, garis keturunan Nabi dilanjutkan karena Ali menikahi Fatimah, putri kesayangan Nabi. Ali sendiri adalah anak dari paman Nabi yaitu Abi Thalib dan sejak kecil Ali sudah bersahabat dengan Rasulullah.

Sayangnya saat islam masa pemerintahan Khalifah Ali ini terjadi pertempuran dan pemberontakan karena sebagian merasa bahwa pemerintahan Ali kurang adil. Ali terbunuh oleh golongan khawarij yang menyatakan bahwa mereka keluar dari dua kelompok yang berseteru dan mendirikan kelompok sendiri.

Pengikut Ali ini sangatlah loyal kepada Ali dan biasa disebut dengan golongan Syiah. Sayangnya, karena adanya kesalahan dalam pemahaman terhadap agama dan fanatisme yang berlebihan, golongan Syiah ini seolah menjadikan Ali sebagai nabi. Tentu hal ini sangat disayangkan karena Ali sendiri mengakui bahwa Nabi Muhammad adalah nabinya.

Baca Juga:  Cerita Masjid Cordoba Andalusia Berubah Menjadi Gereja La Mezquita

Pada masa awal pemerintahan Ali sudah muncul berbagai faksi dalam internal masyarakat Islam. Ada yang mendukung Khalifah Ali dan ada pula yang tidak mendukungnya salah satunya Bani Umayah. Karena mereka takut jika mendukung Ali mereka tidak akan mendapatkan jabatannya lagi dan akan diberangus karena Ali dikenal sebagai orang yang tegas.

Sebagai Khalifah ke empat, Ali bin Abi Thalib meneruskan cita-cita Abu Bakar dan Umar. Dia mengikuti dengan taat prinsip-prinsip Baitul Mal dan memutuskan untuk mengembalikan semua tanah yang diambil alih oleh Bani Umayah ke dalam perbendaharaan negara. Dua kebijakan Ali pada masa awal kepemimpinanya:

  1. Memecat kepala-kepala daerah yang diangkat Usman dan mengangkat pengganti sesuai dengan pilihannya sendiri
  2. Mengambil kembali tanah-tanah yang dibagikan kepada kerabat Usman tanpa jalan yang sah, demikian juga hibah atau pemberian Usman kepada siapapun yang tiada beralasan.

Tidak banyak lagi kebijakan yang ada pada masa pemerintahan Ali karena dia disibukkan dengan pemberontakan dari dalam. Dan timbul tuduhan bahwa Ali terlibat dalam konspirasi pembunuhan Usman. Sehingga timbul peperangan, pertama Perang Jamal yaitu antara Ali dengan Aisyah, Thalhah, dan Az Zubair, merupakan pertempuran pertama antara sesama Muslim.

Baca Juga:  Kisah Cinta Sayyidina Ali Dan Fatimah Az Zahra (Cinta Dalam Diam)

Selanjutnya terjadi Perang Shiffin di tepi sungai Tigris yang membuat posisi Ali semakin terpojok. Dalam Perang Shiffin tersebut tentara Ali terpecah menjadi dua, golongan yang keluar dari Ali disebut golongan Khawarij dan timbulah perang segitiga antara kelompok Ali, Mu’awiyah, dan Khawarij. Akhirnya Ali meninggal dalam pertempuran ini, dan merupakan akhir dari Khulafaur Rasyidin.

Mochamad Ari Irawan