Peranan Mr. Hempher Terhadap Gerakan Muhammad bin Abdul Wahab (Bag 6)

catatan hempher

Pecihitam.org – Setelah sampai di Astana Mr.Hempher langsung menyamar dan mengkaburkan identitas dirinya agar tidak terjadi kecurigaan umat Islam.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Mr. Hempher langsung menggantikan namanya menjadi Muhammad saat pertama kali menginjakkan kaki di Astana, di sana ia selalu mengerjakan aktivitas sebagaimana penduduk setempat seperti ke masjid dan belajar ilmu agama. Ia sangat lihai dalam mengelabui Syaikh Ahmad Afandi seorang alim yang sangat baik hati kepadanya.

Mr.Hempher menceritakan tentang dirinya, bahwa dia benar-benar sangat kagum atas ketinggian akhlak yang dimiliki Syaikhnya namun di sisi lain ia juga heran mengapa Islam yang begitu tinggi dan beradab bisa mengalami kemunduran dan keterbelakangan.

Ia berasumsi bahwa kondisi Islam menjadi seperti ini disebabkan ulama yang su’ (yang jahat dan cinta dunia) dan para pemimpin yang sudah mengabaikan agama serta menjauhkan diri dari arahan ulama yang lurus.

Di dalam masa di Astana Mr.Hempher sangat fokus memperlajari bahasa umat muslim khususnya bahasa Arab yang pada saat itu menjadi salah satu bahasa resmi kekhalifahan Ustmany.

Ia tidak takut bila mana terbuka identitasnya karena menurutnya umat Islam memiliki sifat yang lapang dada, bertoleransi dan tidak buruk sangka, suatu ketika ia juga mengatakan pada dirinya kalau ajaran Islam memang benar-benar ajaran perdamaian.

Perlakuan lemah lembut dan perhatian yang diberikan Syaikh Ahmad Afandi tidak membuat hati Mr.Hempher luluh dan mendapatkan hidayah untuk mengikuti Islam walau memang hati kecilnya mengatakan yang jujur.

Loyalitasnya kepada kerajaan Britania Raya sudah mendarah daging sehingga pernah suatu ketika ia mengusir bisikan hati nuraninya dengan pemikiran “setan” agar tidak menjadi ragu dalam menunaikan misinya untuk melemahkan umat Islam. Adapun setelah selesai berwudhu Mr.Hempher melanjutkan kisahnya.

Perlu aku (Mr.Hempher) sebutkan bahwa wudhu menurut kaum muslimin, ialah membasuh dan mengusap. Cara mereka pertama, membasuh muka. Kedua, membasuh tangan kanan sampai siku. Ketiga, membasuh tangan kiri sampai siku. Keempat, mengusap kepala, telinga dan leher. Kelima, membasuh kedua kaki.

Mereka mengatakan sebelum berwudhu dianjurkan untuk berkumur dan menghisap air ke dalam hidung, dan aku sangat meragukan adanya anjuran miswak (mengosok gigi), ialah amalan yang masukkan kayu siwak ke dalam mulut mereka untuk membersihkan gigi.

Baca Juga:  Peran Mr. Hempher Terhadap Gerakan Muhammad Ibn Abdul Wahab (Bag 4)

Aku yakin bahwa amalan ini dapat merusak gigi dan mulut. Terkadang amalan ini melukai mulut dan mengeluarkan darah. Tetapi aku berusaha melakukannya, sebab menurut mereka adalah sunna muakkadah dari Nabi mereka (Muhammad SAW), dan mereka menyebutkan banyak mamfaat dan keutamaan dari amalan ini.

Hari-hariku di Astana pada waktu itu adalah aku tidur di kamar penjaga masjid dan aku beri ia uang. Ia adalah orang yang berwatak fanatik, namanya adalah Marwan Afandi, nama yang diambil dari salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW.

Pembantu masjid itu sangat bangga dengan namanya karena menurutnya memiliki berkah. Ia pernah berkata kepadaku ,”kalau anda punya anak lelaki namailah Marwan, karena Marwan adalah salah satu sahabat yang besar perjuangannya terhadap Islam.

Aku tinggal bersamanya, di mana ia selalu siap sedia menyiapkan makanan untukku. Setiap hari jum’at (hari besar kaum muslimin) aku libur bekerja. Adapun hari-hari biasanya aku pergi bekerja sebagai tukang kayu. Gajiku kecil dan aku terima mingguan dari pekerjaanku ini.

Bila aku bekerja di waktu pagi saja maka aku dapatkan separuh gaji. Juragan kayu itu bernama Khalid. Di waktu senggangnya ia banyak bercerita tentang kelebihan sahabat Khalid Ibn Walid, sang pembuka Islam yang bersahabat dengan Nabi Muhammad SAW dan mendapatkan nasib yang baik.

Tetapi ia memisahkan diri ketika Umar Ibn Khatab menjadi khalifah menggantikan Abu Bakar Ahs-Shiddiq. Khalid si juragan kayu ini memiliki perangai yang buruk dan sangat fanatik, namun dia sangat percaya kepadaku dan aku tidak mengapa.

Mungkin dia percaya kepadaku lantaran aku penurut dan mendengarkan kata-katanya. Aku tidak pernah membantahnya jika dia berbicara soal agama atau berbicara soal tokonya.

Ketika berdua denganku (untuk memenuhi nafsu bejatnya), ia memintaku untuk melakukan liwath (homoseksual) denganku dan perbuatan ini menurut ajaran Islam adalah sangat terlarang dan haram hukumnya seperti yang diterangkan oleh Syaik kepadaku. Khalid adalah seorang muslim yang baik di luar dan sangat buruk di dalam.

Baca Juga:  Benarkah Asal Usul Islam Puritan Terinspirasi Oleh Wahabisme?

Dia bergaul dan hadir shalat Jum’at, tetapi apakah dalam sehari-harinya ia shalat lima waktu atau tidak, aku tidak tahu!. Aku tolak permintaanya dan aku kira ia telah melakukan perbuatan keji ini dengan sebagian buruhnya.

Aku melihat seorang pemuda  yang bekerja padanya yang bernama Slanik. Ia adalah orang Yahudi yang kemudian masuk Islam. Terkadang aku melihatnya bersama Khalid dibelakang toko tepatnya di gudang. Mereka berdua menampakkan (pura-pura) menata kayu di gudang. Tetapi aku tahu sebenarnya bahwa mereka di belakang untuk memenuhi nafsu syahwat mereka.

Aku makan siang di toko, setelah itu aku pergi ke masjid untuk shalat dhuhur dan aku tidak keluar dari masjid sampai waktu ashar. Usai sahalat ashar aku pergi ke rumah Syikh Ahmad Afandi untuk belajar Al-Qur’an, belajar bahasa Turky, dan bahasa Arab selama dua jam.

Setiap hari jum’at aku sedekahkan sebagian uangku yang aku peroleh dari hasil gaji mingguanku. Pada hakikatnya sedekah yang aku keluarkan hanyalah sogokan supaya hubunganku dengannya (Syaikh) terus berlangsuang dan langgeng supaya dia terus mengajariku pelajaran yang penting. Dia tidak hanya mengajariku Al-Aqur’an, prinsip-prinsip Islam dan bahasa Turky dan bahasa Arab saja tetapi juga pelajaran-pelajaran lain.

Ketika Syaikh Ahmad tahu kalau aku adalah seorang bujangan, ia memintaku agar menikahi salah satu putrinya. Tetapi aku menolaknya dengan alasan aku lemah syahwat, tidak mempunyai kemampuan yang semestinya dimiliki seorang lelaki.

Sebelum aku ungkapkan adanya kelainan, hubungan baikku dengannya nyaris terputus sampai-sampai ia mengatakan padaku bahwa menikah itu sunna Rasul. Beliau bersabda “Barang siapa membenci sunnahku maka ia bukan dari golonganku”. Saat itu aku berterus terang (padahal berbohong) punya penyakit itu. Maka Syaikh menggangguk dan selamatlah hubunganku dengannya seperti biasanya, dengan kecintaan dan ketulusan.

Setelah dua tahun aku tinggal di Astana, aku pamit kepada Syaikh untuk pulang ke tanah air. Tetapi dia menghalangiku sambil berkata,”Kenapa pulang? Di Astana ini sungguh menyenangkan hati dan mempesona di mata, dan Allah menggabungkan dunia dan agama disini.

Baca Juga:  Kocaaaak, Ini Fatwa Lucu Ulama Wahabi: Memakai Jam Tangan Itu Tasyabbuh

Bukankah kamu pernah bilang kalau orang tuamu telah tiada dan tidak punya saudara kandung? karena itu jadikanlah Astana ini tempat hidupmu”.

Syaikh mengatakan sangat senang bila aku tinggal dan aku merasa demikian. tetapi negeriku memaksaku untuk kembali (pertama) memberikan informasi tentang ihwal wilayah dan ibukota pemerintahan Islam. Kedua untuk mengambil perintah yang penting selanjutnya.

Selama aku di Astana, misiku berjalan dengan baik. setiap bulan aku mengirim laporan ke kementerian negara-negara jajahan, tentang keadaanku dan perkembangan serta apa yang telah aku saksikan. Aku selipkan dalam catatan laporanku berita tentang juragan kayu yang memintaku melakukan liwath.

Kemudian di jawab dengan nada protes. “kenapa di tolak, jika perbuatan itu mengantarkan kepada tujuan, no problem!”.Membaca jawaban ini, aku termenung dan berfikir, “mengapa tokoh-tokoh kami tidak malu dengan perbuatan keji dan hina ini?”. Aku hanya bisa diam tanpa kata dan tidak beranjak dari jamuan makan.

Diwaktu aku berpisah dengan Syaikh, air matanya berlinang dan memelukku sambil berkata, ” Allah bersamamu wahai anakku! Bila kau kembali ke negeri ini dan aku telah mati maka ingatlah aku, kita akan bertemu dengan Rasulullah SAW di padang Mashsyar”.Ia benar-benar mengharukan dan menyentug hatiku, sampai aku menangis, ahhh ini perasaan yang berlebihan.

Wallahu ‘Alam. Bersambung…

Sebelumnya … Peranan Mr. Hempher Terhadap Gerakan Muhammad bin Abdul Wahab (Bag 5)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *