Perbedaan Pendapat Ulama Terkait Penulisan Hadits di Masa Nabi Saw

Penulisan Hadits

Pecihitam,org – Penulisan Hadits, mungkin secara sepintas kita akan berpikir bahwa kitab kitab hadits yang sekarang kita temui di perpustakaan, atau di taman baca sebenarnya telah proses penulisannya tidak jauh berbeda dengan penulisan Al Qur’an, mengingat dua sumber pengetahuan agama ini adalah sumber dan patokan Agama yang wajib kita pegangi.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Padahal jika kita membuka lembaran sejarah, rupanya penulisan hadits dengan al Qur’an memiliki perbedaan, dimana Al Qur’an secara terang terangan dan tanpa keraguan dikatakan bahwa penulisannya telah dilakukan sejak turunnya wahyu, bahkan Rasulullah Saw., memang menunjuk beberapa sahabat sebagai penulis Wahyu yang diantaranya Zaid bin Tsabit.

Maka lain halnya dengan penulisan Hadits, yang dimana beberapa Ulama masih berbeda pendapat terkait proses penulisannya, yang apakah memang benar bahwasanya tidak ada penulisan hadits pada masa Rasulullah Saw., sebagaimana yang dikatakan oleh Ahmad Amin selaku cendekiawan mesir bahwasanya

Hadits tidak ditulis pada masa ketika Nabi masih hidup. Ia hanya diriwayatkan berdasarkan ingatan para periwayatnya, sehingga hal tersebut menyebabkan lahirnya banyak hadits palsu. Usaha ulama untuk melakukan kajian pun menurutnya tidak berhasil karena mereka hanya melakukan kritik sanad hadits dan tidak kritis dalam menilai keadilan para sahabat Nabi dan matan hadits itu sendiri

Atau malah sebaliknya, bahwa Hadits memang pada mulanya telah ditulis oleh para Sahabat yang dimana pada waktu itu Rasulullah Saw., masih hidup? Sebagaimana yang dipernah dikaji oleh beberapa ulama hadits yang salah satunya ialah Mustafa al Azami dengan melakukan penelitian terhadap naskah klasik hadits. Sekaligus sebagai bentuk kritikannya terhadap orientalis yang dengan gampangnya mengatakan bahwa hadits hanyalah buatan ulama belakangan yang kemudian menyadarkannya kepada Baginda Rasulullah Saw.

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 648 – Kitab Adzan

Melirik dari pandangan yang berbeda ini, tentu mereka yang kontra ataupun yang pro terkait penulisannya tidak asal beranggapan, melainkan mereka menggunakan dalil dalil yang asal muasalnya pun berasal dari Hadits itu sendiri. Untuknya, berikut titik temu yang dilakukan para ulama terkait dua hadits yang kontradiktif tentang penulisan hadits.

Titik temu yang dilakukan Ulama

Membahas tentang penulisan hadits yang dilakukan pada masa  Rasulullah Saw., ini diperkuat oleh Abdullah bin Amr bin ‘Ash sebagaimana yang diriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud, dari al Musnad bahwa Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash berkata

“Saya Telah menulis segala yang aku dengar dari Rasululllah Saw., untuk aku hafalkan” Maka orang orang Quraisy melarangku dan berkata “Apakah kamu menulis segala sesuatu sedangkan Rasulullah Saw.,itu adalah manusia yang kadang berkata dalam keadaan marah dan kadang kadang berkata dalam ramah”. Maka Aku (Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash) menghentikan penulisan itu dan mengadukannya kepada Rasulullah Saw., maka setelah mendengar pengaduanku, Rasulullah Saw., menunjuk mulutnya dan beliau berkata

“Tulislah! Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, tidak keluar darinya kecuali yang hak”

Kemudian hadits diatas diperkuat oleh Imam Bukhari

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 32-33 - Kitab Iman

Dari Abu Hurairah r.a., berkata bahwa “Tidak seorang pun dari sahabat Nabi yang lebih banyak dariku dalam meriyawatkan hadits, kecuali Abdullah bin ‘Amr. Dahulunya ia menulis sedangkan aku tidak”

Sekalipun hadits diatas dan beberapa riwayat lainnya sebagai pedukung bahwasanya penulisan hadits sudah dilakukan sejak Rasulullah Saw., masih hidup, bukan berarti ini menandakan bahwa seluruh ulama mengiyakan tentang eksistensi kepenulisan hadits pada masa Rasulullah Saw.,

Mengapa? Karena beberapa ulama malah menjadikan riwayat hadits lain sebagai pendukung bahwasanya Rasulullah Saw., sangat melarang terkait adanya penulisan hadits pada masanya, salah satu riwayat yang menjelaskan perihal ini ialah sebagai berikut:

Dari Abu Said al Khudri yang diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Rasulullah Saw., bersabda

“Janganlah kamu tulis sesuatu dariku selain Al Qur’an. Barangsiapa telah menulis sesuatu dariku selain Al Qur’an hendaklah ia menghapusnya”

Memandangi hadits yang berseberangan seperti diatas, tentu para ulama tidak tinggal diam begitu saja. Melainkan mereka berupaya untuk mengambil titik temu seperti yang dilakukan oleh Al Kaththabi dalam kitabnya Ma’alim al Sunnah, beliau menjelaskan bahwa,

“Kemungkinan besar larangan penulisan itu datang lebih dahulu kemudian datang pembolehannya”

Sedangkan Ibnu Qutaibah (w. 276 H) dalam kitabnya Ta’wil Mukhttalaf al Hadits, beliau mengatakan

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 293 – Kitab Haid

“Kontradiksi diantara hadits hadits yang ada, ada dua kemungkinan. Pertama, kasus ini termasuk kategori Mansukh al Sunnah bi al Sunnah. Dimana semula Rasulullah Saw., melarang penulisan hadits tetapi setelah beliau melihat bahwa Sunnah semakin banyak dan hafalan itu lambat laut akan hilang sehingga Rasulullah memerintahkan untuk menulis Hadits. Sedangkan kemungkinan kedua, ialah kebolehan menulis hadits hanya dikhususkan beberapa orang saja, seperti Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash karena memang beliau dapat membaca kitab kitab terdahulu dan dapat menulis ddengan bahasa Siryani dan Arab … “

Adapun pandangan Ulama lainnya tentang larangan penulisan hadits yang dimaksud Rasulullah Saw., tidak lain ditujukan kepada penulisan hadits bersama Al Qur’an dalam satu lembar, sehingga terjadi pencampurbauran antara Wahyu dan Hadits.

Wallahu A’lam Bissawab

Rosmawati