Pecihitam.org- Agama Islam mulai masuk ke Indonesia bermula dari Dakwah Walisongo di Jawa. Dan yang menjadi pusat penyebaran agama Islam tertua berada di wilayah Gresik dan Surabaya.
Sebagaimana dimaklumi daerah-daerah pesisir utara pulau Jawa, seperti di Gresik, Tuban, Jepara dahulu merupakan pelabuhan-pelabuhan yang ramai dikunjungi oleh saudagar-saudagar asing. Melalui jalan tersebut Islam masuk ke daerah pesisir Jawa Utara.
Adapun yang memimpin penyebaran Islam ke pulau Jawa dewasa itu adalah Walisongo, merekalah yang telah berjasa memimpin pengembangan agama Islam di seluruh pulau Jawa, dakwah walisongo yang awalnya di jawa saja kemudian menyebar keseluruh kepulauan lain di Indonesia.
Gelar yang diberikan kepada Walisongo adalah gelar yang diberikan karena memiliki keahlian yang holistik terutama dalam bidang keislaman. Sasaran dakwah yang dilakukan Walisongo di jawa adalah islamisasi, pertama-tama yang harus dilihat tokoh utamanya adalah Raden Rahmat (Sunan Ampel).
Sejak Raden Rahmat di Surabaya tepatnya di daerah Ampel Denta, julah penduduk yang beragama Islam menjadi bertambah. Demikian halnya dengan pengembangan pondok pesantren, sekalipun pondok pesantren pertama kali didirikan oleh Syeh Maulana ibrahim di daerah Gresik namun Raden Rahmat lah yang paling berhasil mendidik ulama dan mengembangkan pesantren. Dengan demikian dalam waktu singkat nama Ampel Denta sedemikian terkenal.
Pesatnya pertumbuhan dan pekembangan Ampel Denta pada dasarnya didukung oleh beberapa faktor, Yakni:
Pertama, karena letaknya yang strategis di pintu gerbang Majapahit sehingga dilewati sikulasi perdagangan Majapahit.
Kedua, Raden Rahmat tidak membatasi seorang yang ingin menuntut ilmu agama darinya.
Setelah Raden Rahmat merasa bahwa para Maulana dan santrinya telah memungkinkan untuk berdakwah, maka mereka pada gilirannya disebarkan keberbagai tempat untuk menyebarkan dan mengembangkan agama Islam.
Namun gerakan dakwah untuk angkatan pertama tersebut tidak semuanya berhasil, tetapi sedikitnya perjuangan mereka telah menjadi sebuah pondasi bagi para pelanjut mereka. Kemudian Raden Rahmat melanjutkan taktik dakwahnya bagi angkatan berikutnya sampai terbentuknya Dewan Walisongo.
Islamisasi masyarakat Jawa khususnya dan Indonesia bagian timur pada umumnya dapat dikatakan merupakan hasil dakwah dan perjuangan para Walisongo. Dalam menjalankan tugas dakwah tentulah model dakwah Walisongo tersebut sesuai dengan tujuan dakwah Islam.
M. Masyhur Amin menjabarkan tujuan dakwah menjadi tiga hal:
Pertama adalah menanamkan akidah yang mantap di setiap hati seseorang, sehingga keyakinan tentang ajaran Islam tidak dicampuri dengan rasa keraguan.
Seperti upaya Walisongo dalam rangka menanamkan akidah Islam kepada masyarakat Jawa adalah dengan menggunakan mitologi Hindu. Yakni dengan memunculkan kisah-kisah dewa yang asal-usulnya dari Nabi Adam, dimana kisah-kisah para ulama tersebut makin lama makin diyakini sehingga dapat mengalahkan kisah mitologi Hindu yang asli.
Kedua adalah tujuan hukum.
Dakwah harus disyariatkan kepada kepatuhan setiap orang terhadap hukum yang disyariatkan oleh Allah SWT. Salah satu upaya para wali dalam menyebarkan nilai-nilai Islam kepada masyarakat Jawa adalah dengan membentuk nilai tandingan bagi ajaran Yoga-Tantra yang berasaskan Malima.
Ketiga adalah dengan menanamkan nilai-nilai akhlak kepada masyarakat Jawa.
Sehingga terbentuk pribadi muslim yang berbudi luhur, dihiasi dengan sifat-sifat terpuji dan bersih dari sifat tercela. Para Wali dalam menanamkan dakwah Islam di tanah Jawa ditempuh dengan cara-cara yang sangat bijak dan adiluhung.
Organisasi Walisongo tersebut adalah merupakan satu kesatuan yang utuh. Sebagaimana diceritakan oleh Widji Saksono, bahwa kesembilan Wali tersebut sering berjumpa dan mengadakan rapat untuk berunding berbagai hal yang bertalian dengan tugas dan perjuangan mereka.
Dalam pertemuan tersebut dibahas antara lain tentang persoalan mistik dan agama pada umumnya. Forum Walisongo dikatakan organisasi karena memiliki sifat yang teratur, tertentu dan kontinue. Para Wali memiliki kesatuan tujuan dasar perjuangan.
Para Wali memiliki kesatuan jiwa dan seideologi. Sejiwa yaitu Islam dan seideologi dan sealiran yaitu tasawuf/mistik dan Ahlus Sunnah Wal Jamaah, serta maksud dakwah menyiarkan agama Islam.
Semua itu terbukti dari kompaknya persatuan dan pendapat di antara mereka. Strategi yang dilakukan Walisongo adalah mengajak manusia ke jalan Allah dengan memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki.
Dalam berdakwah, para Wali menerapkan siasat dengan bijaksana, misalnya para Wali itu dikatakan kaya akan kesaktian, jaya akan kawijayan. Itu semua merupakan bukti keahlian dan kepandaian mereka dalam mengatur siasat dan strategi, membuat pendekatan psikologis yang dapat menguntungkan para Wali dan juga bagi Islam yang mereka sampaikan.
Pendekatan psikologis dalam berdakwah sebagaimana di kemukakan di atas, para Walisongo khususnya Raden Patah menempuh langkah-langkah sebagai berikut;
- Membagi wilayah kerajaan Majapahit sesuai hirarki pembagian wilayah negara bagian yang ada.
- Sistem dakwah dilakukan dengan pengenalan ajaran Islam melalui pendekatan persuasif yang berorientasi pada penanaman akidah Islam yang dilakukan melalui situasi dan kondisi yang ada.
- Perang ideologi untuk membrantas etos dan nilai-nilai dogmatis yang bertentangan dengan aqidah Islam, dimana para Wali harus menciptakan mitos dan nilainilai tandingan yang baru sesuai dengan Islam.
- Melakukan pendekatan dengan para tokoh yang dianggap memiliki pengaruh di suatu tempat dan berusaha menghindari konflik.
- Berusaha menguasai kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat baik kebutuhan bersifat materiil maupun spiritual.
Keberhasilan taktik dan dakwah Walisongo disebabkan karena beberapa hal diantaranya :
- Dakwah mereka dengan konsep yang pas.
- Dakwah yang mereka lakukan dengan penuh keuletan, keikhlasan, kesediaan berkorban.
- Kegiatan dakwah mereka didasarkan pada perhitungan yang riil dan rasional.
- Kegiatan dakwah mereka memperhatikan masyarakat yang dihadapi.
- Dakwah mereka dengan cara bijaksana tidak menyinggung perasaan.
- Para Wali menggunakan kecakapan dan kepandaian yang ada pada mereka.