Pecihitam.org – Paling tidak, pertanda kesalehan seseorang dapat terlihat dalam dua hal, yakni ketika ia ditimpa derita (sakit) dan kematian. Di saat sakit, banyak orang yang menjenguk dan mendoakan untuk kesembuhannya. Di kala ia wafat, berduyunduyun orang menshalatkan dan menghantar jenazahnya ke liang kubur. Lantas adakah doa meminta kesembuhan?
Tentu saja, kita berdoa dan berikhtiar agar menjadi orang saleh, sebagaimana Doa Nabi Sulaiman AS, “Yaa Allah, masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hambahamba- Mu yang saleh.” (QS 27:19).
Lalu, adakah Allah SWT. Yang Maha Menyembuhkan akan menjawab doa kita? Sejatinya, Allah SWT yang menurunkan segala penyakit dan Dia pula yang memberi obat penawarnya. Alquran diturunkan pun sebagai obat penyembuh, rahmat, dan tuntunan hidup manusia (QS10:57,17:82,41:44). Nabi Ibrahim AS berdoa, “Jika aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkan.” (QS 26:80). Artinya, setiap penyakit pasti ada obatnya (HR Bukhari).
Ketika ikhtiar, maksimal para ahli medis terbaik berkolaborasi dengan mujahadah spritual, kita hanya tinggal melakukan satu hal, yakni tawakkal ‘alallah laa hawla wa laa quwwata illa billah (berserah diri sepenuhnya kepada Allah sebab tiada daya apa pun kecuali hanya kekuatan-Nya).
Rasulullah SAW juga pernah sakit panas yang sangat. Istri dan sahabat pun berdoa dan memberi obat untuk kesembuhannya. Bahkan, suatu hari Jibril sempat datang menjenguk dan mendoakan (HR Muslim). Begitu juga, kita telah panjatkan doa dari Nabi SAW., “Allahumma rabbannas, adzhibil ba`sa, isyfii antasyyafii laa syifaa`a illa syifaa`uka, syifaa`an laa yughadir saqaman” (HR Muttafaq ‘Alaih). Yakinlah, dengan qudrah dan iradah-Nya, segalanya bisa terjadi.
Imam An-Nawawi dalam Kitab Al-Adzkar mengutip sejumlah riwayat yang menceritakan Rasulullah SAW saat menjenguk sahabatnya yang sakit. Dalam sejumlah riwayat berikut ini, Rasulullah SAW mendoakan kesembuhan sahabatnya dengan berbagai lafal doa. Ini adalah salah satu doa meminta kesembuhan yang dibaca Rasulullah SAW untuk keluarganya sebagaimana diriwayatkan dalam Bukhari dan Muslim dari Aisyah RA.
اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شَافِيَ إلَّا أَنْتَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقْمًا
Artinya, “Tuhanku, Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit. Berikanlah kesembuhan karena Kau adalah penyembuh. Tiada yang dapat menyembuhkan penyakit kecuali Kau dengan kesembuhan yang tidak menyisakan rasa nyeri,” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 113).
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW membaca doa ini ketika meruqyah salah seorang sahabat.
امْسَحِ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ بِيَدِك الشِّفَاءُ لَا كَاشِفَ لَهُ إلَّا أَنْتَ
Artinya, “Tuhan manusia, sapulah penyakit ini. Di tangan-Mu lah kesembuhan itu. Tidak ada yang dapat mengangkatnya kecuali Kau,” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 113).
Abu Dawud dan At-Tirmidzi meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menganjurkan baca doa berikut ini sebanyak 7 kali di hadapan orang yang sakit. Dengan doa ini, Allah diharapkan mengangkat penyakit yang diderita orang tersebut.
أَسْأَلُ اللهَ العَظِيْمَ رَبَ العَرْشِ العَظِيْمِ أَنْ يَشْفِيَكَ
Artinya, “Aku memohon kepada Allah yang agung, Tuhan arasy yang megah agar menyembuhkanmu,” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 114).
Kita juga dapat mendoakan kesembuhan dengan menyebut langsung nama orang yang sakit. Ini dilakukan Rasulullah SAW saat menjenguk Sa‘ad bin Abi Waqqash sebagaimana riwayat Imam Muslim berikut. Hanya saja kita mengganti nama Sa‘ad dengan nama orang sakit di hadapan kita.
اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا، اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا، اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا
Artinya, “Tuhanku, sembuhkan Sa‘ad. Tuhanku, sembuhkan Sa‘ad. Tuhanku, sembuhkan Sa‘ad,” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 114). Sebenarnya masih banyak lagi doa-doa yang dapat digunakan untuk meminta kesembuhan atau ketika kita menjenguk orang yang sedang sakit. Selain doa berbahasa Arab, kita juga bisa berdoa dengan Bahasa yang kita kuasai, karena pada dasarnya Allah SWT maha mengetahui apa yang kita mau.