Perspektif Buya Syafi’i Ma’arif Tentang Fenomena Ekstremisme Islam

Perspektif Buya Syafi'i Ma'arif Tentang Fenomena Ekstremisme Islam

Pecihitam.org – Sejak tahun 1970-an dan 1980-an ekstremisme Islam masuk di Indonesia. Terlebih lagi fenomena tersebut semakin marak setelah kekuasaan Orde Baru runtuh, bak jamur di musim hujan, ekstremisme tumbuh subur berbagai wilayah di tanah air.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Hal-hal yang sebelumnya sudah final, seperti hubungan konstitusi dengan agama, kini mulai dipertentangkan oleh kaum ekstremis Islam. Dalam menyikapi fenomena ini, Buya Syafi’i Ma’arif memiliki perspektif tersendiri dalam menghadapi fenomena ini.

Menurut Buya Syafi’i Ma’arif dalam sebuah kata pengantar buku Ilusi Negara Islam (2009) menjelaskan beberapa hal tentang cara pandang kaum ekstremis terhadap persoalan kekinian umat Islam yang keliru.

Di kalangan peneliti tentang ekstremisme, ada tiga tesis tentang sebab-musabab kenapa ekstremisme Islam berkembang di Indonesia. Tesis-tesis inilah yang kemudian oleh Buya Syafi’i Ma’arif dijadikan pijakan awal untuk memahami kekeliruan dari kaum ekstremis Islam tentang situasi kaum muslim saat ini.

Pertama, ekstremisme dipandang sebagai kegagalan dan sekaligus ketidakberdayaan kaum muslim menghadapi modernisasi dari Barat. Karena tidak berdaya menghadapi kekuatan modernisasi ala Barat tersebut, kaum ekstremis dinilai menghibur diri dengan cara mencari dalil-dalil keislaman yang dianggap otentik sebagai peradaban Islam dengan tujuan menolak peradaban Barat.

Baca Juga:  Imam Syafii dan Al-Ghazali: Semakin Panjang Jenggot Otak Makin Pendek

Dari pandangan bahwa ada sebuah peradaban Islam yang dianggap murni inilah yang kemudian menjadikan mereka menyerang orang-orang Barat dengan jalur kekerasan. Kaum ekstremis biasanya juga melihat kaum muslim lain yang tidak sejalan dengan mereka dianggap sudah terbawa oleh arus modernisasi ala Barat.

Menurut Buya Syafi’i Ma’arif bahwa anggapan kaum ekstremis terhadap kaum muslim lain yang lebih moderat tersebut keliru. Sebenarnya, kaum muslim moderat pun tak kurang-kurangnya memberikan kritisisme terhadap beberapa hal kekeliruan dari modernisasi ala Barat. Namun, cara yang digunakan adalah dengan cara tidak melalui kekerasan.

Kedua, ekstremisme dipandang sebagai besarnya rasa solidaritas kaum muslim terhadap rasa ketertindasan saudara muslim di Kashmir, Palestina dan Timur Tengah lainnya. Mereka memandang bahwa kalau cara-cara kekerasan yang mereka lakukan tersebut merupakan bagian dari solidaritas atas saudara muslimnya di luar negeri.

Baca Juga:  Soal Ucapan Selamat Natal, Ini Kata Buya Syafii Ma'arif

Namun, klaim dari kaum ekstremis Islam ini tidak disetujui oleh Buya Syafi’i Ma’arif. Sebab apa, sebenarnya kaum muslim moderat juga memiliki keprihatinan yang sama. Namun yang jadi persoalan adalah apakah dengan cara kekerasan tersebut dapat menyelesaikan persoalan yang ada.

Toh sebenarnya kondisi di Indonesia itu sangat berbeda dengan situasi Timur Tengah. Apakah kita dapat melampiaskan kekesalan terhadap persoalan yang jauh di sana dengan cara mengebom di Indonesia dengan kondisi keberagaman agamanya yang damai. Tentu hal ini menjadi persoalan.

Ketiga, ekstremisme Islam yang terjadi di Indonesia terjadi karena adanya kegagalan negara mewujudkan cita-cita kemerdekaan untuk menegakkan keadilan dan kemakmuran di Indonesia. Kalau terkait dengan kurangnya rasa keadilan dan ketimpangan ekonomi, barangkali fakta empirisnya ada di lapangan. Namun, apakah dengan melakukan kekerasan dapat menyelesaikan persoalan keadilan dan kemiskinan tersebut?

Baca Juga:  Betulkah Sistem Khilafah Satu-satunya Sistem Pemerintahan Islami?

Menurut Buya Syafi’i Ma’arif justru dengan melakukan aksi kekerasan ala ekstremis Islam tersebut bukannya memberikan solusi atas persoalan yang ada. Namun, justru yang terjadi adalah malah semakin memperkeruh masalah yang ada.

Menurut Buya Syafi’i Ma’arif bahwa persoalan Indonesia yang pelik seperti saat ini tidak bisa diselesaikan dengan cara-cara kaum ekstremis yang minus akal. Justru, untuk menyelesaikan permasalahan saat ini perlu kecerdasan yang cukup.

Demikianlah pandangan Buya Syafi’i Ma’arif terkait dengan persoalan ekstremisme Islam yang sedang banyak terjadi di Indonesia. Buya Syafi’i Ma’arif mengkritisi banyak hal dari cara pandang kaum ekstremis Islam yang terlampau menyederhanakan masalah. Wallahua’lam.