Mengenal Model Pemikiran Politik Perempuan NU Tingkat Bawah

Mengenal Model Pemikiran Politik Perempuan NU Tingkat Bawah

Pecihitam.org- Untuk menjelaskan pemikiran politik perempuan alternatif, feminis liberal yang menganggap nalar dan rasionalitas perempuan sama dengan laki-laki tidak akan bisa menjelaskan adanya pemikiran perempuan yang berbeda karena pengalaman ketertindasan yang dialaminya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Feminis liberal yang menegaskan pemisahan antara ranah publik dan ranah privat, tidak akan mampu menjelaskan kemunculan pemikiran politik perempuan yang bersumber dari permasalahan sehari-hari yang dihadapi perempuan di ruang domestik tanpa membawanya ke ruang publik.

Feminis Marxis bisa digunakan untuk menelusuri kemunculan pemikiran politik perempuan NU alternatif, tetapi hanya bersifat parsial karena penekanannya kepada struktur kelas.

Dalam hal ini pemikiran politik perempuan NU alternatif dimaknai sebagai pemikiran yang muncul karena ketertindasan perempuan yang terpinggirkan dalam sistem produksi di ruang publik.

Di sisi lain, feminis Marxis tidak bisa menjelaskan kemunculan perempuan NU yang berpartisipasi dalam proses produksi di ruang publik, mandiri secara ekonomi, tetapi tetap teropresi saat berhadapan dengan laki-laki yang menjadi suami, ayah, ataupun kerabat laki-laki yang menjadi pengambil keputusan dalam keluarga.

Feminis sosialis, meskipun melihat secara lebih komprehensif penyebab opresi terhadap perempuan, yakni sistem kapitalis yang dikuatkan dengan patriarki, juga tidak akan bisa membantu menggambarkan pemikiran perempuan NU kelas bawah.

Baca Juga:  Hukum Menyambung Rambut bagi Wanita Menurut Islam

Aspek sosio historis seperti kultur, ras, kekerabatan, ditambah dengan kondisi fisik dan psikologis perempuan yang berbeda, yang memunculkan keragaman bentuk opresi terhadap perempuan tidak menjadi pusat perhatian feminis sosialis.

Oleh karenanya peneliti akan menggunakan feminis radikal, aliran feminis yang memberikan peluang-peluang bagi perempuan untuk memilih caranya sendiri agar terbebas dari opresi yang dialaminya untuk membantu mengidentifikasi dan menjelaskan kemunculan pemikiran politik perempuan NU alternatif.

Feminisme radikal adalah perspektif yang paling sesuai untuk mengungkap pemikiran politik perempuan NU non mainstream. Pemikiran politik perempuan NU alternatif yang bersumber dari relasi kuasa antara lakilaki dan perempuan di dalam rumah tangga bisa diungkap dengan feminis radikal.

Hal ini bisa dijelaskan dengan mengurai relasi kuasa dalam rumah tangga yang diawali dengan subordinasi pemaknaan seksualitas perempuan, dimana perempuan dalam struktur patriarki diharuskan menerima hubungan heteroseksual, yang pada akhirnya menempatkan perempuan hanya sebatas objek seksualitas laki-laki.

Feminis radikal juga membantu menjelaskan adanya perlawanan-perlawanan yang dilakukan perempuan dengan pemikiran-pemikirannya yang dituangkan dalam bahasa tertentu. Hanya feminis radikal yang mengakui adanya konstruksi pengetahuan yang bisa berdampak kepada penindasan terhadap perempuan.

Baca Juga:  Perempuan Cerai Bolehkah Langsung Menikah Tanpa Melewati Masa Iddah?

Dengan demikian feminis radikal memungkinkan untuk menggambarkan pemikiran politik perempuan NU alternatif dengan bahasa-bahasa yang berperspektif perempuan untuk menghindari bahasa yang diskriminatif dan seksis dalam pengungkapannya.

Feminis radikal membantu menjelaskan adanya perlawanan-perlawanan yang dilakukan perempuan dengan pemikiranpemikirannya yang dituangkan dalam bahasa tersebut.

Hanya feminis radikal yang melihat bahwa kekuatan dominasi laki-laki bukanlah berada pada institusi formal dan legal, tetapi masuk dalam semua segi kehidupan.

Opresi yang dialami perempuan NU dalam kehidupan sehari-hari bisa diidentifikasi menggunakan cara berpikir kaum feminis radikal, mengingat opresi yang dialami oleh perempuan NU di tingkat bawah terutama terjadi dalam lingkup rumah tangga.

Feminis radikal memperluas gagasan tentang ruang lingkup politik sampai ke situs-situs kekuasaan diluar arena politik formal dan lembaga-lembaga kunci di ranah publik seperti negara, hingga menjangkau kehidupan keluarga dan seksualitas sebagai situs ketidaksetaraan gender dan situs konstruksi identitas gender.

Feminis radikal, meskipun dianggap sebagai perspektif feminis yang kuno dan seringkali terjebak pada esensialis, bisa menggali permasalahan opresi yang mendasar yang dialami oleh semua perempuan melintasi berbagai latar belakang fisik, psikologis, kelas sosial, bahkan tingkat ekonomi dan pendidikan.

Baca Juga:  Anjuran dan Adab Keluar Rumah Bagi Perempuan, Muslimah Wajib Tahu

Penguasaan seksualitas dan tubuh perempuan dalam ruang publik dan ruang privat bersumber dari patriarki yang dibangun mulai dari institusi-institusi kecil berupa keluarga, sampai pada dominasi yang dilakukan oleh negara patriarkis.

Tubuh dan seksualitas perempuan yang dijadikan objek inilah yang dijawab secara jelas oleh perspektif feminis radikal. Feminis radikal juga memberikan ruang bagi perempuan teropresi untuk mencari jalan pembebasan yang dipilih, yakni dengan membebaskan dirinya dari fungsi-fungsi reproduksi yang dianggap menindas, membebaskan diri untuk menikmati seksualitas sesuai dengan pilihan masingmasing, maupun dengan menghargai tubuhnya sendiri dengan fungsi-fungsi reproduksi yang tidak tergantikan dengan fungsi artifisial yang direkayasa patriarki untuk mengasingkan perempuan.

Mochamad Ari Irawan