Pondok Pesantren Langitan Tuban; Masih Eksis Hingga Generasi ke Tujuh

Pondok Pesantren Langitan Tuban; Masih Eksis Hingga Generasi ke Tujuh

PeciHitam.org – Di Pesisir Pantai Utara Jawa Timur, tepatnya di tepi Sungai Bengawan Solo, terdapat salah satu pondok pesantren tertua di Indonesia yang terkenal.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pesantren tersebut sudah berdiri jauh sebelum Indonesia merdeka. Ya, tepat Pondok Pesantren Langitan Tuban. Pesantren ini didirikan pada tahun 1852, atau 97 tahun sebelum Indonesia mencapai kemerdekaannya.

Pesantren ini terletak di Dusun Mandungan, Desa Widang, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Berada dipinggiran sungai Bengawan Solo. Luas tanahnya sekitar 7 hektare.

Sebelum menjadi pondok pesantren yang besar seperti sekarang ini, awalnya tempat tersebut merupakan sebuah surau kecil tepat KH Muhammad Nur mengajar para santrinya. Santri yang belajar kepadanya mulai dari sanak keluarga KH Muhammad Nur sendiri maupun tetangga yang berada di sekitar surau tersebut.

Semakin banyaknya minat masyarakat untuk belajar ataupun mengaji kepada KH Muhammad Nur ini menjadikan surau kecil tersebut sebagai pondok pesantren. Beliau mengasuh pesantren ini mulai dari tahun 1852 hingga tahun 1870, atau selama 18 tahun lamanya.

Dalam perjalanannya, tercatat dalam sejarah bahwa KH Muhammad Nur beserta para santrinya ini juga turut berjuang dalam mengusir kompeni (penjajah) dari tanah Jawa.

Ketika KH Muhammad Nur semakin sepuh, kepengasuhan pondok pesantren ini dilanjutkan dan dipegang oleh putranya, yaitu KH Ahmad Sholeh. Mulai dari tahun 1870 hingga tahun 1902, atau selama 32 tahun. Setelah 32 tahun mengasuh pesantren tersebut, pada tahun 1902, KH Ahmad Sholeh pun wafat dan digantikan oleh putra menantunya, yaitu KH Muhammad Khozin.

Baca Juga:  Kelebihan Pesantren yang Tidak Dimiliki Lembaga Pendidikan Lain

Beliau merupakan putra menantu pertama yang diberi kepercayaan menahkodai Pondok Pesantren Langitan selama 19 tahun, mulai dari tahun 1902 hingga 1921. Beliau meninggal pada tahun 1921 dan perjuangannya dilanjutkan oleh KH Abdul Hadi Zahid. Beliau merupakan menantu dari KH Muhammad Khozin.

Pada waktu itu, ia merupakan pengasuh yang tergolong muda. Ditangannya, Pesantren Langitan ini diasuh selama sekitar 50 tahun lamanya mulai dari tahun 1921 hingga 1971. KH Abdul Hadi Zahid tercatat sebagai pengasuh Pondok Pesantren Langitan yang terlama menjabat.

Setelah beliau wafat, kepemimpinan pesantren ini dipercayakan kepada adik kandungnya yang bernama KH. Ahmad Marzuqi Zahid. Beliau dipercaya memimpin pesantren tersebut mulai dari tahun 1971 hingga tahun 2000. Terhitung selama 29 tahun lamanya.

Kemudian selanjutnya, tongkat estafet kepemimpinan pesantren ini diteruskan oleh KH Abdulloh Faqih. Beliau merupakan keponakan dari KH Ahmad Marzuqi Zahid. Di tangannya, Pesantren Langitan semakin terdengar gaungnya, era pembaruan telah hadir.

Baca Juga:  Pondok Pesantren Buntet Cirebon; Pesantren Tertua Kedua di Indonesia

Pesantren ini senantiasa memperlihatkan peningkatan yang begitu dinamis dan signifikan namun perkembangannya terjadi secara gradual dan kondisional.

Beberapa nama besar telah tercetak dari Pondok Pesantren Langitan ini, di antaranya seperti KH Kholil Bangkalan, KH Hasyim Asy’ari, KH Syamsul Arifin (ayah KH. As’ad Syamsul Arifin) dan masih banyak lagi.

Salah satu jargon yang tergaung dari pesantren ini ialah “Al-Muhafadhotu Alal Qodimis Sholeh Wal Akhdu Bil Jadidil Ashlah” (memelihara budaya-budaya klasik yang baik dan mengambil budaya-budaya yang baru yang konstruktif). Jargon tersebut bersumber dari salah satu kaidah ushul fiqh.

Berkaca dari sumber rujukan tersebut, Pondok Pesantren Langitan dalam perjalanannya senantiasa melakukan upaya-upaya perbaikan dan kontektualisasi dalam merekonstruksi bangunan-bangunan sosio kultural, khususnya dalam hal pendidikan dan manajemen.

Pesantren tersebut melakukan usaha demi menyelaraskan arus modernisasi. Namun upaya ini tetap berpedoman pada batasan-batasan yang konkret. Upaya pembaharuan dan modernisasi tidak boleh sampai mengubah atau mereduksi orientasi dan idealisme pesantren.

Sehingga dengan demikian Pondok Pesantren Langitan tidak sampai terombang-ambing oleh derasnya arus globalisasi, namun justru sebaliknya dapat menempatkan diri dalam posisi yang strategis, dan bahkan kadang-kadang dianggap sebagai alternatif.

Baca Juga:  Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta; Pesantren Tertua di Surakarta

Adapun tongkat estafet kepemimpinan Pondok Pesantren Langitan ini jika diurutkan ialah sebagai berikut:

  1. Muhammad Nur (1852 hingga 1870 M)
  2. Ahmad Sholeh (1870 hingga 1902 M)
  3. Muhammad Khozin (1902 hingga 1921 M)
  4. Abdul Hadi Zahid (1921 hingga 1971 M)
  5. Ahmad Marzuqi Zahid (1971 hingga 2000 M)
  6. Abdulloh Faqih (2000 hingga 2012 M)
  7. KH Ubaidillah Faqih (2012 hingga sekarang)

Begitulah sedikit sejarah mengenai Pondok Pesantren Langitan Widang Tuban yang cukup terkenal. Berapa sholawat yang kalian hafal juga beberapa dari pesantren ini loh.

Mohammad Mufid Muwaffaq