Pondok Pesantren Tremas; Pesantren Tertua di Pacitan Jawa Timur

Pondok Pesantren Tremas; Pesantren Tertua di Pacitan Jawa Timur

PeciHitam.org – Membincangkan pesantren di Indonesia tentu tidak ada habisnya, karena sekarang ini jumlah pesantren sudah mencapai puluhan ribu yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Salah satu pesantren yang sering menjadi sorotan ialah Pondok Pesantren Tremas Pacitan. Pesantren ini telah didirikan sejak tahun 1830 M yang dipelopori oleh KH. Abdul Manan.

Biasanya jika mendengar nama Tremas, tokoh yang paling melekat ialah Syaikh Mahfudz Tremas. KH Abdul Mannan ini merupakan kakek dari Syaikh Mahfudz. Beliau jugalah orang Indonesia yang pertama kali menimba ilmu di Al-Azhar Mesir sekitar tahun 1850 M. Beliau berguru kepada grand Syaikh Al-Azhar ke-19 yaitu Syaikh Ibrahim al-Bajuri.

KH Abdul Mannan merupakan putra dari R. Ngabehi Dipomenggolo yang kala itu menjabat sebagai seorang Demang di daerah Semanten pinggiran kota Pacitan. Beliau sejak kecil sudah terkenal cerdas dan sangat tertarik terhadap problematika religius.

Kemudian, di usianya yang masih remaja, dikirimlah beliau ke Pondok Pesantren Tegalsari Ponorogo. Di bawah bimbingan Kyai Hasan Besari, inilah beliau mempelajari dan memperdalam pengetahuan agama Islam.

Selama di sana Abdul Mannan muda selalu belajar dengan rajin dan tekun. Berkat ketekunan, kerajinan dan kecerdasan yang dimilikinya dalam menguasai dan memahami ilmu yang dipelajarinya mampu melebihi teman-teman seusianya.

Baca Juga:  Kelebihan Pesantren yang Tidak Dimiliki Lembaga Pendidikan Lain

Setelah selesai menuntut ilmu di Pondok Pesantren Tegalsari, beliau kemudian pulang ke Semanten. Di kampung halamannya ini, beliau kemudian menyebarkan ilmu yang telah diperolehnya dengan mengadakan pengajian dengan sangat sederhana.

Semenjak di Pondok Tegalsari beliau memang sudah terkenal sebagai seorang santri yang alim, maka tidak heran jika banyak orang Pacitan yang ingin menimba ilmu kepada beliau. Dari sinilah kemudian di sekitar masjid didirikan pondok untuk para santri yang datang dari jauh.

Beberapa waktu kemudian pondok tersebut pindah ke daerah Tremas. Tidak lama setelah itu, beliau dikawinkan dengan Putri Demang Tremas R. Ngabehi Hongggowijoyo. Sedang R. Ngabehi Honggowijoyo itu sendiri adalah kakak kandung R. Ngabehi Dipomenggolo.

Di antara faktor yang menjadi penyebab perpindahan Kyai Abdul Manan dari daerah Semanten ke desa Tremas, yang paling pokok adalah pertimbangan kekeluargaan yang dianggap lebih baik beliau mutasi ke daerah Tremas.

Pertimbangan beliau tersebut antara lain dikarenakan mertua dan istri beliau telah menyediakan daerah yang jauh dari keramaian atau pusat pemerintahan. Daerah ini dianggap sebagai daerah yang cocok untuk dibangun sebagai pesantren sehingga sangat kondusif bagi para santri yang ingin belajar dan memperdalam ilmu agama.

Baca Juga:  Pondok Pesantren Miftahul Ulum Panyepen; Pesantren Tertua di Pulau Madura

Berdasarkan pertimbangan itulah maka beliau kemudian memutuskan pindah dari Semanten ke daerah Tremas, dan mendirikan sebuah pondok pesantren yang dinamakan Pondok Tremas. Kata Tremas berasal dari kata Patrem yang berarti senjata atau keris kecil dan Mas berasal dari kata emas yang berarti logam mulia yang biasa dipakai untuk perhiasan kaum wanita.

Kata ini berkaitan erat dengan cerita tentang dibukanya sebuah hutan yang akhirnya dinamakan Tremas, adapun yang pertama kali membuka hutan tersebut adalah seorang punggawa keraton Surakarta yang bernama Ketok Jenggot, atas perintah raja keraton Surakarta sebagai hadiah atas jasanya yang telah berhasil mengamankan keraton dari mara bahaya.

Perlu diketahui, bahwa sebelum Ketok Jenggot membuka hutan Tremas, di daerah tersebut sudah ada sekelompok orang yang lebih dahulu datang dan bermukim, yaitu R. Ngabehi Honggowijoyo (ayah Nyai Abdul Manan). Maka dari itu setelah meminta ijin dan memberi keterangan tentang tugasnya.

Barulah Ketok Jenggot mulai melaksanakan tugasnya dengan membuka sebagian besar hutan di daerah tersebut. Setelah tugasnya selesai, senjata Patrem Emas yang dibawanya itu ditanam ditempat beliau pertama kali membuka hutan tersebut, dan akhirnya daerah yang baru dibukanya tersebut diberi nama Tremas.

Baca Juga:  Tujuh Belas Nominasi Pesantren Tertua di Indonesia dan Masih Eksis Hingga Saat Ini

Abdul Manan wafat pada hari Jum’at, minggu pertama bulan Syawal 1282 H. dan dimakamkan di desa Semanten.

Keturunan dari KH Abdul Mannan ini kemudian secara turun temurun mengikuti jejak pendahulunya untuk belajar ke Timur Tengah. Tercatat beberapa nama di antaranya KH Abdullah, Syaikh Mahfudz Attarmasi, KH Dimyathi Tremas, KH Dahlan Al Falaki Tremas yang menuntut ilmu di Makkah.

Mohammad Mufid Muwaffaq