Presiden RI ke-3 Telah Pergi, Inilah Rekam Jejak dan Biografi Pak Habibie

biografi presiden ri ke 3 bapak habibie

Pecihitam.org – Rabu, 11 September 2019 Presiden Indonesia ke-3 yang juga pernah menjabat sebagai Wakil Presiden ke-7, Pak Habibie tutup usia. Beliau meninggal di RSPAD Gatot Subroto dalam usia 83 tahun. Duka menyelimuti negeri karena ditinggal salah satu putra terbaik yang selalu menekankan pentingnya pengembangan SDM ini.

Siapakah beliau? Bagaimana perjuangannya hingga pernah menjadi orang nomor satu di negeri ini? Berikut biografi lengkapnya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pak Habibie, begitu ia bisa dipanggil. Pria kelahiran Pare-Pare Sulawesi Selatan ini mempunyai nama lengkap Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie. Ia merupakan presiden ketiga yang menggantikan Soeharto.

Ia dilahirkan pada tanggal 25 Juni 1936. Habibie memimpin Indonesia selama satu tahun enam bulan, yakni dari 21 Mei 1998 hingga 20 Oktober 1999. Dikenal ulet, cerdas dan bereprestasi. Pria dengan IQ 200 ini menekankan peningkatan Sumber Daya Manusia untuk membangun kemandirian bangsa dan mencapai kemajuan teknologi.

Masa Kecil: Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan Dasar

Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang punya kegemaran membaca ini dikenal sangat cerdas ketika masih menduduki sekolah dasar. Namun, ia harus kehilangan bapaknya yang meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung saat sedang shalat Isya.

Tak lama setelah ayahnya meninggal, ibunya menjual rumah dan kendaraannya dan pindah ke Bandung bersama Habibie. Sepeninggal ayahnya, ibunya membanting tulang membiayai kehidupan anak-anaknya, terutama Habibie.

Karena kemauan Habibie yang tinggi, kemudian ia menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di sana, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya.

Masa Muda: Pendidikan Lanjutan dan Penempaan Diri

Baca Juga:  BJ Habibie Dalam Pidatonya Antara Agama, Cinta dan Filsafat

Dengan IQ yang mencapai 200, Habibie memiliki kecerdasan yang luar biasa. Sementara ini, ia meruapakan tokoh Indonesia dengan IQ tertinggi. dan masuk dalam 14 tokoh dunia yang memeiliki IQ tinggi. Ia memang cerdas.

Karena kecerdasannya inilah, setelah tamat SMA di Bandung tahun 1954, beliau masuk di ITB (Institut Teknologi Bandung). Habibie tidak sampai menyelsaiakan kuliah di ITB, karena beliau mendapatkan beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliahnya di Jerman.

Dengan mengingat pesan Bung Karno tentang pentingnya penguasaan teknologi yang berwawasan nasional, yakni Teknologi Maritim dan Teknologi Dirgantara, waktu itu pemerintah Indonesia di bawah Soekarno gencar membiayai ratusan siswa cerdas Indonesia untuk bersekolah di luar negeri. Habibie adalah rombongan kedua diantara ratusan pelajar yang secara khusus dikirim ke berbagai negara.

Habibie kemudian memilih jurusan Teknik Penerbangan dengan spesialisasi konstruksi pesawat terbang di Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule (RWTH).

Pendidikan yang ditempuh Habibie diluar negeri bukanlah pendidikan kursus kilat, tapi sekolah bertahun-tahun sambil bekerja praktek. Ketika sampai di Jerman, Habibie sudah bertekad untuk sunguh-sungguh di rantau dan harus sukses, mengingat jerih payah ibunya yang membiayai kuliah dan kehidupannya sehari-hari.

Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1955 di Aachean, 99% mahasiswa Indonesia yang belajar di sana diberikan beasiswa penuh. Hanya beliaulah yang memiliki paspor hijau atau swasta dari pada teman-temannya yang lain.

Beliau mendapat gelar Diploma Ing, dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 dengan predikat cumlaude (sempurna) dengan nilai rata-rata 9,5. Beliau pun melanjutkan studi untuk gelar Doktor di Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachen dan lulus tahun 1965. Habibie mendapatkan gelar Dr. Ingenieur dengan penilaian summa cumlaude (sangat sempurna) dengan nilai rata-rata 10 dari Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachen.

Baca Juga:  Subhanallah, Dalam Tubuh Ust Abdul Shomad Mengalir Darah Ulama Besar

Masa-masa ini merupakan perjalanan hidup yang keras bagi Habibie. Selain kuliah, beliau juga sudah beristrikan Ainun. Kadang beliau harus berjalan kaki dengan cepat pagi-pagi pergi ke kampus. Mencuci pun harus di tempat penyucian umum. Semua itu untuk menghemat biaya hidupnya.

Karakter Habibie yang memang ulet dan gigih, semakin ditempa. Sehinnga, kelak ia akan menjadi pemimpin di mana waktu itu merupakan masa-masa sulit Indonesia, masa transisi dari orde baru menuju reformasi.

Masa Dewasa: Organisasi dan Karier

Setelah bertahun-tahun di Jerman, Habibie kembali ke Indonesia. Di Indonesia, Habibie 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis. Pada tahun 1995, Habibie berhasil memimpin pembuatan pesawat N250 Gatot Kaca yang merupakan pesawat buatan Indonesia yang pertama.

Karier Habibie kian cemerlang, hingga pada tanggal 14 maret 1998 diangkat menjadi wakil presiden mendampingi Soeharto dalam Kabinet Pembangunan VII. Ia menjabat sebagai wakil presiden hanya sebentar, sekitar dua bulan. Hal ini karena gejolak politik hebat serta reformasi yang dituntut oleh masyarakat Indonesia yang mencapai puncaknya pada bulan Mei 1998.

Menjadi Presiden: Pemimpin yang Menekankan Pentingnya SDM

Lengsernya Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998, membuat Habibie kemudian resmi menggantikannya sebagai Presiden Republik Indonesia.
Selama menjadi presiden, karena latar belakang pendidikan yang tinggi, Presiden Habibie di mana-mana selalu berbicara penekanan peningkatan SDM demi memajukan Indoesia.

Bahkan salah satu pemikiran beliau yang sangat menarik bahwa untuk menjadi negara maju tidak selalu harus melewati tahapan-tahapan pembangunan, yakni dari agraris, lalu industri pengolahan pertanian, kemudian manufaktur, lanjut ke industri teknologi rendah, menengah baru sampai ke industri teknologi tinggi.

Baca Juga:  Asal Usul dan Nasab dari Raden Jakfar Sodiq (Sunan Kudus)

Habibie mengemukakan teori pembangunan yang berbeda. Ia menawarkan teori pembangunan negara dari agraris langsung melompat ke tahap teknologi tinggi tanpa harus menunggu dan melewati kematangan industri pertanian, atau tahapan industri manufaktor serat teknologi rendah.

Ide beliau ini berarti menekankan pada peningkatan SDM. Karen jika SDM sudah tinggi, maka tidak perlu lama-lama melewati tahapan pembangunan. Ide seperti ini yang kemudain hari diterapkan Dahlan Iskan saat menjadi Menteri BUMN pada era Presiden SBY. Terbukti, banyak anak negeri dengan SDM yang mumpuni bisa membuat produk dalam negeri, semisal mobil Esemka, karya siswa-siswa yang masih SMA.

Begitulah perjalanan panjang dari suami Ibu Ainun ini. Perjalanan hidupnya menjadi inspirasi bagi bayak orang. Bahkan perjalanan hidupnya telah dituangkan dalam novel dan film layar lebar.

Dibesarkan tanpa sang ayah tak membuatnya kekurangan motivasi. Justeru keberadaan itulah yang membuatnya tersiapkan dengan matang untuk menjadi orang besar kelak. Kita patut meneladani kesabaran dan semangat belajar beliau yang selalu berorientasi sukses dan manfaat.

Selamat Jalan Sang Guru Bangsa, Selamat Jalan Sang Profesor, Ainunmu telah menanti di Surga-Nya.

Faisol Abdurrahman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *