Menjadikan Nilai-Nilai Agama Sebagai Salah Satu Alternative Untuk Psikoterapi

Menjadikan Nilai-Nilai Agama Sebagai Salah Satu Alternative Untuk Psikoterapi

Pecihitam.org- Nilai-nilai agama akhir-akhir ini menjadi isu yang banyak dibicarakan dalam bidang psikologi dan psikoterapi. Hal ini terjadi karena:

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pertama, sains telah kehilangan otoritasnya sebagai sumber kebenaran dalam hal psikologi.

Ini tercermin dalam sejumlah analisis yang berhasil menunjukkan bahwa ilmu sebenarnya merupakan suatu bentuk budaya intuitif (kata hati) dan mengandung nilai (Polanyi, 1962: 162).

Oleh karena itu, dimensidimensi ekologi sosial dan politik dari kemajuan sains dan teknologi memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan kejiwaan individu. Pada era postmodern, tidak mesti semua karya teknologi divonis dengan begitu saja sebagai satu tanda kemajuan.

Meskipun kepercayaan terhadap keakuratan metode ilmiah masih bertahan, akan tetapi muncul kekecewaan sehubungan dengan cara-cara pemanfaatan ilmu sebagai produk dari metode tersebut.

Muncul kepercayaan baru dari masyarakat terhadap sains bahwa sebagai problem solver bagi masalah-masalah kemanusiaan, sains sudah mulai diragukan (Bergin, 1994: 4).

Kedua, Psikologi yang pada masa modern telah dianggap sebagai salah satu disiplin ilmu yang dapat memberikan otoritas bagi perilaku manusia, kini telah kehilangan pamornya saat dihadapkan terutama dengan perilaku manusia yang didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.

Pada masa modern, psikologi behavioristik telah mencapai kejayaannya tetapi kini ia dikritik dan dikecam oleh para profesional/psikolog praktis/psikoterapi yang tidak berdaya ketika berhadapan dengan kasus-kasus yang berhubungan dengan keagamaa (Frankl, 1970: 35).

Baca Juga:  Lebaran Ketupat, Tradisi "Ngaku Lepat" dengan Menggunakan Media "Kupat"

Ketiga, era modern telah menimbulkan kecemasan, keterasingan, kekerasan, egoisme, kemurungan, ketegangan, psikosis, dan neurosis yang mengakibatkan ketidakstabilan emosi.

Hal ini terjadi karena unsur keagamaan telah dipinggirkan. Akibatnya, persentase penderita penyakit mental dan gangguan mental meningkat (al-Ghalsyani, 1992: 9).

Keempat, semangat kemanusiaan yang muncul di kalangan psikolog telah menunjukkan tanda-tanda positif dan berpeluang untuk mewujudkan dimensi psikologis manusia ke arah yang lebih baik dengan menawarkan pengalaman-pengalaman spiritual sebagai salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah kemanusiaan.

Para psikolog yang terlibat dalam gerakan ini adalah Victor E. Frankl, William James, Carl Jung, Gordon W. Allport, serta berdirinya organisasi besar seperti, American Psycholocical Associations‟s Division, Society for the Scientific Study of Religion, dan American Catholic Psychological Association.

Menurut mereka, pengalaman-pengalaman spiritual dapat berkontribusi terhadap kesehatan mental seseorang. Ketika pengalaman spiritual tersebut tidak diperhatikan maka kesehatan yang diidamkan para psikolog hanya merupakan utopia (Malony, 1997: 129).

Ada dua metode yang berhubungan langsung dengan psikologi, yaitu research methods (metode penelitian) dan psychoterapy methods (metode psikoterapi). Research methods lebih menitikberatkan kepada eksperimen-eksperimen yang dilakukan secara objektif. Penelitian lebih banyak dilakukan dalam laboratorium.

Pendekatan eksperimen ini, mensyaratkan metode pengukuran (reliability dan validity) sebagaimana lazimnya penilain kuantitatif. Psikoterapi lebih menitikberatkan kepada soal pengkajian metode perawatan dan pengobatan individu, keluarga, dan komunitas masyarakat, yaitu sebuah penilaian kuantitatif (Wilcox, 2003: 50).

Baca Juga:  Meneladani Kesuksesan Dakwah Rasulullah

Psikologi yang berbasis pada metode penelitian (research methods) merupakan suatu disiplin ilmu yang menyelidiki perilaku individu manusia secara dekriptif. Dari upaya tersebut muncul teori-teori psikologi.

Teori-teori ini kemudian berkembang menjadi disiplin ilmu tersendiri diantaranya yaitu psikoterapi. Psikoterapi menawarkan sebuah teori, teknik dan metode yang digunakan dalam rangka melakukan proses pemulihan, perawatan dan pengobatan pasien-pasien psikosis.

Psikoterapi adalah cabang psikologi dalam suatu proses perawatan individu yang mengalami gangguan mental, kemurungan, tekanan, stres, depresi, neurosis, psikosis, fobia, atau penyakit mental lainnya seperti individu yang sedang menghadapi masalah mental sebagai dampak dari penggunaan narkoba.

Stres, depresi, kemurungan, neurosis dan psikosis pada hakikatnya adalah pengaruh dari adanya ketidakseimbangan antara IQ (inteligent quotient), EQ (emotional quotient), dan SQ (spiritual quotient).

Seorang individu yang selalu mengutamakan IQ biasanya menganggap remeh dimensi sosial di mana ia hidup. Individu yang menggunakan EQ cenderung memperhatikan nilai-nilai masyarakat tetapi kurang memperhatikan persoalan moral yang ada di sekitarnya.

Dengan demikian, pengunaan baik IQ maupun EQ secara sepihak belum menunjukkan sebagai manusia sempurna. Untuk mencapai kesempurnaannya, seorang individu memerlukan kecerdasan lain yaitu SQ.

Ia dapat menjadikan seseorang, dalam proses berfikirnya, senantiasa memperhatikan hubungan antara daya fikir dengan emosi dalam terang bimbingan spiritual yang baik.

Baca Juga:  Penuh Makna! Inilah 4 Catatan Hikmah yang Terdapat pada Tongkat Nabi Musa

Itulah sebabnya, dalam analisis Taufiq Pasiak, penyebab ketidaksehatan mental seperti adanya tekanan, depresi, psikosis, psikoneorosis dan kemurungan terjadi karena adanya mismanagement dalam fikiran.

Selisih antara apa yang dimiliki dan apa yang dicapai (das sein) dengan apa yang diinginkan dan apa yang diharapkan (das solen) mendorong lahirnya penyakit mental/ketidaksehatan mental (Pasiak, 2004: 50).

Problem di atas mendasari psikoterapi berbasis keagamaan. Psikoterapi yang berbasis wawasan keagamaan menjadikan nilai-nilai moral, norma, dan agama, sebagai pemandu dan petunjuk dalam rangka menyembuhkan pasien.

Dalam psikoterapi berbasis keagamaan, aspek spiritual merupakan aspek penting yang mampu memberi kesegaran rohani yang berarti dalam menumbuhkembangkan kesehatan mental (Agustian, 2004: 142).

Psikoterapi dalam bentuk ini, memberikan gambaran yang jelas bahwa perlu sebuah pendekatan baru yaitu pendekatan spiritual yang dapat digunakan dalam rangka merawat/ menyembuhkan individu dari gangguan mental.

Mochamad Ari Irawan