Pecihitam.org – Sebagaimana setelah berlalunya Bulan Ramadhan kini kita memasuki bulan Syawal. Di bulan Syawal ini kita dianjurkan untuk menjalankan puasa sunah selama enam hari. Sebab Allah SWT menaruh keutamaan luar biasa bagi mereka yang berpuasa di bulan Syawal.
Daftar Pembahasan:
Hukum Puasa Syawal dan Waktunya
Berpuasa enam hari di bulan Syawal hukumnya adalah sunnah. Puasa ini baru boleh dilaksanakan mulai tanggal 2 Syawal. Karena jika melaksanakan puasa sunah ini pada tanggal 1 Syawal maka hukumnya tidak sah dan haram. Sebagaimana dalam hadits dari Abu Sa’id al-Khudri, dia berkata,
عن عمر بن الخطاب وأبي هريرة وأبي سعيد رضي الله عنهم أن رسول الله صلى الله عليه وسلم نهى عن صوم يوم الفطر ويوم الأضحى
“Nabi Muhammad Saw., melarang berpuasa pada dua hari raya; Idul Fitri dan Idul Adha.(maksudnya tanggal satu Syawal atau sepuluh bulan Dzulhijjah .
Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nihayatuz Zain menjelaskan:
( و ) الرابع صوم ( ستة من شوال ) لحديث من صام رمضان ثم أتبعه ستا من شوال كان كصيام الدهر ولقوله أيضا صيام رمضان بعشرة أشهر وصيام ستة أيام بشهرين فذلك صيام السنة أي كصيامها فرضا وتحصل السنة بصومها متفرقة منفصلة عن يوم العيد لكن تتابعها واتصالها بيوم العيد أفضل وتفوت بفوات شوال ويسن قضاؤها
Artinya, “Keempat adalah (puasa sunah enam hari di bulan Syaawal) berdasarkan hadits, ‘Siapa yang berpuasa Ramadhan, lalu mengiringinya dengan enam hari puasa di bulan Syaawal, ia seakan puasa setahun penuh.’ Hadits lain mengatakan, puasa sebulan Ramadhan setara dengan puasa sepuluh bulan, sedangkan puasa enam hari di bulan Syawal setara dengan puasa dua bulan. Semua itu seakan setara dengan puasa (wajib) setahun penuh’. Keutamaan sunah puasa Syawal sudah diraih dengan memuasakannya secara terpisah dari hari Idul Fithri. Hanya saja memuasakannya secara berturut-turut lebih utama. Keutamaan sunah puasa Syawal luput seiring berakhirnya bulan Syaawal. Tetapi dianjurkan mengqadhanya,”(Lihat Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani, Nihayatuz Zain, Al-Maarif, Bandung, Tanpa Tahun, Halaman 197).
Dalam penjelasan di atas sebenarnya cukup jelas mengenai kapan waktu pelaksanaan puasa sunah enam hari di bulan Syawal. Idealnya puasa sunah enam hari ini dilaksanakan persis setelah hari Raya Idhul Fitri, yakni pada 2-7 Syawal.
Namun bagi orang yang berpuasa di luar tanggal itu sekalipun meski tidak berurutan, maka tetap mendapat keutamaan puasa Syaawal. Bahkan orang yang mengqadha puasa atau menunaikan nadzar puasanya di bulan Syaawal pun tetap mendapat keutamaan seperti mereka yang melakukan puasa sunah Syawal.
Syekh Ibrahim Al-Baijuri memberi keterangan tambahan sebagaimana berikut.
وإن لم يصم رمضان كما نبه عليه بعض المتأخرين والظاهر كما قاله بعضهم حصول السنة بصومها عن قضاء أو نذر
Artinya, “Puasa Syawal tetap dianjurkan meskipun seseorang tidak berpuasa Ramadhan-seperti diingatkan sebagian ulama muta’akhirin-. Tetapi yang jelas-seperti dikatakan sebagian ulama-seseorang mendapat keutamaan sunah puasa Syaawal dengan cara melakukan puasa qadha atau puasa nadzar (di bulan Syaawal),” (Lihat Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyatul Baijuri ‘ala Syarhil ‘Allamah Ibni Qasim, Darul Fikr, Juz I, Halaman 214).
Bahkan sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa orang yang melakukan puasa sunah seperti senin-kamis, puasa bidh 12,13,15 yang disunahkan setiap bulan, atau puasa nabi Daud, juga tetap mendapat keutamaan puasa Syawal.
ومما يتكرر بتكرر السنة (ستة من شوال) وإن لم يعلم بها أو نفاها أو صامها عن نذر أو نفل آخر أو قضاء عن رمضان أو غيره. نعم لو صام شوالا قضاء عن رمضان وقصد تأخيرها عنه لم يحصل معه فيصومها من القعدة
Artinya, “Salah satu puasa tahunan adalah (puasa enam hari di bulan Syaawal) sekalipun orang itu tidak mengetahuinya, menapikannya, atau melakukan puasa nadzar, puasa sunah lainnya, puasa qadha Ramadhan atau lainnya (di bulan Syaawal). Tetapi, kalau ia melakukan puasa Ramadhan di bulan Syawal dan ia sengaja menunda enam hari puasa hingga Syaawal berlalu, maka ia tidak mendapat keutamaan sunah Syawal sehingga ia berpuasa sunah Syawal pada Dzul Qa‘dah,” (Lihat Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani, Qutul Habibil Gharib, Tausyih alâ Ibni Qasim, Darul Fikr, Beirut, 1996 M/1417 H, Halaman 117).
Adapun pelaksanaan puasa 6 hari di bulan Syawal sama saja seperti berpuasa di bulan Ramadhan, boleh bersahur dan berhenti sahur saat waktu imsak. Perbedaannya, hanya pada saat melaksanakan puasa 6 hari di bulan Syawal, boleh dilakukan secara berurutan atau berselang hari yang penting masih di bulan Syawal.
Namun apabila merujuk pada firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 133, sebaiknya dilaksanakan sesegera mungkin.
وسارعوا إلى مغفرة من ربكم وجنة عرضها السماوات والأرض أعدت للمتقين
Allah berfirman, “Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.”.
Niat Puasa Syawal
Berikut adalah lafadz niat puasa Syawal yang dianjurkan oleh para ulama. Tujuan pelafadzan niar ini adalah untuk memantapkan hati.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnatis Syawwali lillahi ta‘ala.
Artinya, “Aku berniat puasa sunnah Syaawal esok hari karena Allah SWT.”
Adapun orang yang mendadak di pagi hari ingin menjalankan puasa Syaawal, maka diperbolehkan untuk mebaca berniat sejak ia berkeinginan untuk puasa sunnah saat itu juga.
Karena kewajiban membaca niat di malam hari hanya berlaku untuk puasa wajib. Sedangkan untuk puasa sunnah, niat boleh dilakukan di siang hari sejauh yang bersangkutan belum makan, minum, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa sejak terbit fajar.
Selain itu ia juga dianjurkan untuk melafadzkan niat puasa Syawal di siang hari yaitu sebagaimana berikut.
نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma hadzal yaumi ‘an ada’i sunnatis Syawwali lillahi ta‘ala.
Artinya, “Aku berniat puasa sunah Syawal hari ini karena Allah SWT.”
Keutamaan Puasa Syawal
Sebagaimana sudah banyak diketahui baahwa salah satu keutamaan puasa enam hari di bulan Syaawal adalah pahalanya yang setara dengan puasa selama satu tahun lamanya. Hal ini berdasarkan dalil hadis yang shahih.
من صام رمضان ثم أتبعه بست من شوال كان كصيام الدهر” رواه مسلم
“Barangsiapa yang telah melaksanakan puasa Ramadhan, kemudian dia mengikutkannya dengan berpuasa selama 6 (enam) hari pada bulan Syawal, maka dia (mendapatkan pahala) sebagaimana orang yang berpuasa selama satu tahun.”
Sebagian kalangan ada yang meragukan hadits berpuasa enam hari di bulan Syawal ini, namun keraguan tersebut segera terbantahkan oleh bukti-bukti periwayatan hadits. Syekh Abdullah bin Abdul al-Bassam mengatakan.
“Hadits berpuasa enam hari di bulan Syawal merupakan hadits yang shahih, hadits ini memiliki periwayatan lain di luar hadits Muslim. Selain hadits Muslim yang meriwayatkan hadits berpuasa enam hari di bulan Syawal antara lain; Ahmad, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi.”
Oleh karena itulah Hadits berpuasa enam hari di bulan Syawal ini tergolong hadits shahih dan mutawatir. Wallahua’lam bisshawab.