Rasulullah Haji Sekali Seumur Hidup, Pertama dan Terakhir Sebelum Wafat

haji rasulullah

Pecihitam.org – Haji adalah ibadah yang membutuhkan biaya cukup besar. Namun demikian, banyak dari kaum muslimin rela menunggu antrian sangat panjang untuk mendapat kuota berangkat haji. Bahkan bagi orang uang punya cukup uang, bisa haji berkali-kali setiap tahunnya. Namun tahukah kita, berapa kali Rasulullah Saw melaksanakan haji dalam hidupnya?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Daftar Pembahasan:

Rasulullah Hanya Haji Sekali Seumur Hidup

Jabir bin Abdullah ra. meriwayatkan, “Sesungguhnya Rasulullah SAW telah tinggal di Madinah selama sembilan tahun namun beliau belum berhaji. Kemudian pada tahun kesepuluh beliau mengumumkan bahwa beliau akan berhaji, sehingga banyak orang yang hadir ke Madinah yang kesemuanya ingin turut serta bersama Rasulullah SAW dan melakukan amal ibadah seperti beliau.” (HR. Muslim)

Diriwayatkan dari Abu Ishaq, ia berkata, Aku pernah bertanya kepada Zaid bin Arqam, “Berapa kali kamu berperang menyertai Rasulullah SAW?” Dia menjawab, “Tujuh belas kali.” Kata Abu Ishaq, “Kemudian Zaid bin Arqam bercerita kepadaku bahwa Rasulullah SAW pernah berperang sembilan belas kali, dan beliau berhaji sekali setelah beliau berhijrah, yaitu haji wada’.” (HR.Muslim bab Haji Nabi SAW).

Haji Wada’ merupakan masa yang penting bagi Rasulullah Saw untuk mengajarkan manasik haji kepada umatnya. Umat Islam telah belajar tata cara shalat, puasa, zakat dan segala hal yang berkaitan dengan ibadah, hak dan kewajiban. Kini saatnya bagi beliau Saw untuk mengajarkan kepada mereka tata cara pelaksanaan ibadah haji.

Haji Wada’ adalah peristima penting dan agung. Hal ini bisa kita simak dalam khutbah Nabi Saw ketika wukuf di Arafah yang mana berisi pesan dan nasehat Rasulullah kepada kaum Muslimin. Selain itu dengaan peristiwa haji Wada’ ini, maka turunlah surat al Maidah ayat 3,

“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”

Hal ini seolah-olah menjadi isyarat untuk kaum Muslimin kala itu, bahwa tugas Rasulullah Saw menemani dan membimbing umat di dunia akan segera berakhir. Rasul yang penuh kasih akan segera bertemu Sang Kekasih.

Baca Juga:  Hukum Menonton Film Korea Menurut KH. Imam Jazuli

Mengapa Nabi Hanya Haji satu Kali ?

Rasulullah melakukan ibadah haji hanya sekali seumur hidup tepatnya pada tahun 10 Hijriah. Haji ini menjadi yang pertama sekaligus haji terakhir Rasulullah. Karena tak lama setelah itu beliau Saw dipanggil Allah SWT.

Sebagaimana dalam riwayat yang disebutkan di atas, Haji yang dilakukan Nabi ini terkenal dengan istilah Haji Wadha’ karena Rasulullah SAW pada waktu itu berpamitan kepada umatnya dengan mengatakan,

“Siapa tahu aku tidak dapat lagi bertemu kalian semua setelah tahun ini”.

Menurut Prof. Quraish Shihab, sebetulnya Nabi punya kesempatan untuk melakukan ibadah haji pada tahuntahun sebelumnya. Namun beliau enggan untuk melaksanakan haji tersebut karena kaum musyrik Mekkah waktu itu masih thawaf tanpa busana, melafalkan talbiyah yang mengandung kemusyrikan dan masih menyembah berhala.

Setelah Nabi Muhammad Saw diangkat menjadi Rasul, beliau membawa perubahan besar terhadap fungsi Ka’bah sebagai Baitullah (rumah Allah). Misi beliau adalah mengembalikan Ka’bah kepada tujuan awal pembangunannya, sebagaimana yang dirintis oleh Nabi Ibrahim As dan putranya Ismail As yaitu sebagai pusat peribadatan umat Islam.

Untuk menghilangkan praktik semacam itu, Rasulullah kemudian mengutus Abu Bakar untuk memimpin rombongan dari Madinah ke Mekah. Melalui pesan Rasulullah yang disampaikan Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar untuk mengingatkan kaum Musyrik Mekah dan melarang melaksanakan ritual haji dengan cara thawaf tanpa busana. Setelah peringatan tersebut, kondisi Mekah akhrinya bersih dari kemusyrikan.

Prof. Quraish Shihab menjelaskan, Nabi Saw baru mengumumkan rencana beliau untuk melakukan ibadah haji ketika masuk bulan Dzulqa’dah. Hal ini ada dua kemungkinan, baik rencana tersebut karena kewajiban haji baru diturunkan tahun 10 Hijriah sebagaimana pendapat sebagian ulama, atau bisa jadi perintah haji sudah turun sebelum itu, namun Nabi tidak melakukannya karena situasi dan kondisinya belum kondusif.

Baca Juga:  Inilah Tiga Golongan Orang yang Bertanya Tidak Perlu Ditanggapi

Jadi jika ada yang bertanya, mengapa Nabi Saw hanya melaksanakan haji sekali seumur hidup? Jawabannya ada dua:

  • Pertama, sebagian ulama mengatakan bahwa kewajiban haji baru diperintahkan pada tahun 10 Hijriah.
  • Kedua, jika kewajiban haji sudah diturunkan sebelumnya, Rasulullah belum bisa melakukannya. Sebab situasi dan kondisinya belum kondusif, apalagi masih banyaknya perilaku orang musrik yang thawaf di ka’bah tanpa busana.

Perjalanan Haji Rasulullah

Seorang penulis asal Mesir, Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang berjudul Sejarah Hidup Muhammad menegaskan, pada tanggal 25 Dzulkaidah tahun ke-10 Hijriyah Rasulullah berangkat haji dengan membawa semua istrinya dalam kendaraannya masing-masing.

Beliau berangkat dengan diikuti jumlah manusia yang begitu berlimpah. Para penulis sejarah ada yang menyebutkan 90.000 orang dan ada pula yang menyebutkan 114.000 orang. Mereka berangkat karena dorongan iman, hati mereka penuh kemuliaan, penuh keikhlasanm menuju ke Baitullah untuk melaksanakan ibadah haji bersama Rasulullah Saw.

Ketika rombongan tiba di Dzulhulaifah, Nabi mendirikan kemah (tenda) hingga lewat tengah malam. Pada pagi harinya Nabi menyuruh semua jamaah haji mengenakan pakaian ihram. Dengan pakaian ihram inilah semua umat manusia menghadap Tuhan-nya dengan derajat yang sama.

Setelah memasuki kota Mekah, Nabi dan para romobongan segera menuju ke Ka’bah untuk melaksanakan tawaf tujuh kali putaran, dan kemudian beliau berdoa dimakam Nabi Ibrahim.

Setelah itu Nabi keluar dari Masjidil Haram untuk melakuka sai (lari-lari kecil) antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Setelah ibadah sa’i selesai, Nabi membebaskan seluruh jamaah dari hal-hal yang dilarang selama ibadah haji berlangsung.

Baca Juga:  Manfaat Khitan bagi Perempuan; Mulai dari Awet Muda hingga Kenikmatan Seksual

Kemudian pada tanggal 8 Dzulhijah, Nabi meninggalkan kota Mekah menuji ke Mina dan beliau bermalam di tempat tersebut. Setelah menunaikan shalat Subuh, Nabi menuju ke padang Arafah. Di tempat inilah kemudian beliau Saw menyampaikan khutbahnya. Ada empat poin penting yang terkandung dalam khutbah tersebut.

  • Pertama,nasihat untuk senantiasa mengabdi kepada Allah SWT.
  • Kedua, nasihat agar menghargai harkat martabat para perempuan (istri-istri).
  • Ketiga, nasihat supaya umat Islam senantiasa menjaga ukhuwah islamiyah.
  • Keempat, ialah menjadikan agama Islam sebagai agama yang resmi, hal ini diungkapkan oleh Nabi setelah menerima wahyu terakhir yaitu Qs. Al-Maidah ayat 5.

Setelah itu, pada sore hari Nabi meninggalkan Arafah dan bermalam di Muzdalifah. Pada hari berikutnya nabi menuju ke Masy’aril Haram lalu dilanjutkan ke Mina.

Di sinilah Nabi menyembelih kurban 63 ekor unta masing-masing untuk 63 tahun usia Nabi, kemudian beliau menggenapkan kurbannya menjadi 100 ekor unta. Terkahir Nabi Saw memotong sebagian rambutnya yang menandai kesempurnaan pelaksanaan ibadah haji.

Dalam pelaksanaan Haji Wada ini, selain nabi menjelaskan secara praktis bagaimana umat Islam menjalankan rukun dalam ibadah haji. Juga isyarat perpisahan bagi kaum Muslimin, karena tidak berselang lama beliau Saw dipanggil Kekasih-Nya.

Wallahua’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik