Refleksi Dakwah Digital NU; Menyemai Moderatisme, Mengikis Ekstremisme

Refleksi Dakwah Digital NU; Menyemai Moderatisme, Mengikis Ekstremisme

Pecihitam.org – Dalam suasana harlah Nahdlatul Ulama (NU) yang ke 94 ini, penting kiranya untuk kita refleksikan perihal perkembangan dakwah NU di dunia digital saat ini. NU sudah memulai dakwah digitalnya sejak didirikannya situs NU Online beberapa belas tahun silam.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

NU Online bahkan didirikan sejak era sebelum internet dapat mudah diakses seperti sekarang ini. Konon ceritanya bahwa saat itu para kontributor NU Online saat hendak memuat konten tulisan di web harus memakai jasa Warung Internet (Warnet). Warnet sebelum tahun 2010-an menjadi satu-satunya akses internet yang ada, khususnya sebelum teknologi 4G ditemukan seperti saat ini.

Pada tahun-tahun itu, lahirnya NU Online kabarnya merupakan respon atas munculnya situs-situs keislaman ekstremis dan wahabi yang menyebarkan wawasan keislaman yang eksklusif dan intoleran yang kerap kali mendiskreditkan pemahaman keagamaan lain yang berbeda dengan mereka.

Pada tahun 2008, Prof. Nadirsyah Hosen atau yang lebih akrab disapa dengan Gus Nadir menulis sebuah riset dengan judul “Online Fatwa in Indonesia: From Fatwa Shopping to Googling a Kiai”. Tulisan Gus Nadir tersebut secara implisit merekam situasi lahirnya banyak situs kaum ekstrimis dan wahabi di Indonesia.

Baca Juga:  Soal POP Kemendikbud, Nadiem Minta Maaf ke NU dan Muhammadiyah

Situs-situs kaum ekstremis dan wahabi tersebut saat itu berhasil menjaring minat kaum muslim perkotaan. Perkembangan situs-situs keislaman model ekstremis dan wahabi tersebut memengaruhi gaya berfikir muslim perkotaan menjadi eksklusif dan tak jarang menjadi intoleran.

Dalam merespon situasi demikian itu, nampaknya NU Online lahir untuk memberikan narasi tandingan terhadap model keislaman yang eksklusif dan intoleran seperti itu. Masa-masa awal di dirikannya NU Online tersebut masih kualahan dalam merespon perkembangan situs-situs ekstremis dan wahabi yang tumbuh subur bak jamur di musim hujan.

Pada masa-masa awal itu, situs-situs eksklusifis dan intoleran tersebut sulit sekali dibendung karena mereka memiliki insfrastruktur teknologi dan dukungan finansial yang kuat.

Namun, walaupun demikian sulit, generasi muda NU terus memperkuat konsolidasi dan jaringan generasi NU di daerah-daerah untuk menumbuhkan kesadaran tentang persoalan tersebut.

Kemudian, semakin ke sini yang juga dipengaruhi oleh semakin mudahnya akses internet di berbagai penjuru daerah di Indonesia, perkembangan dakwah digital NU semakin membaik. Selain itu, agaknya faktor semakin kuatnya konsolidasi generasi muda NU memiliki dampak yang besar akhirnya dakwah digital NU semakin kuat.

Bebeberapa tahun belakangan ini, banyak kaum muda NU yang membangun situs-situs web keislaman yang memiliki daya akses besar oleh netizen Indonesia. Sebagai contoh misalnya situs Alif.Id bikinan Hamzah Sahal dan Islami.co bikinan Savic Ali berhasil menduduki tangga atas situs keislaman yang paling populer diakses di Indonesia (tentu saja termasuk NU Online).

Baca Juga:  Ketika Gus Dur Menolak Eksklusivisme Hukum Islam

Bahkan beberapa waktu yang lalu Alvara Research memberikan laporan tentang tahun 2019 bahwa Islami.co, web keislaman besutan generasi muda NU, Savic Ali, menjadi situs keislaman yang paling banyak diakses oleh netizen muslim di Indonesia.

Mengikuti jejak ketiga situs tersebut, kini makin banyak situs-situs yang dibangun oleh Generasi Muda NU, diantaranya seperti Pecihitam.org, Assalaf.id, BincangSyariah.com, dan masih banyak lagi yang lainnya. Dengan demikian, penulis sangat yakin bahwa kekuatan dakwah digital NU semakin hari semakin kuat.

Selain melalui perkembangan situs-situs keislaman generasi muda NU yang kian populer dan semakin banyak. Perkembangan dakwah digital NU juga menjamah media sosial seperti Facebook, Instagram, Twtter bahkan Youtube.

Belakangan ini banyak sosok kiai-kiai muda NU yang semakin populer di Youtube. Misalnya seperti sosok Gus Baha’, Gus Muwafiq, Gus Miftah dan lain-lain masih banyak lagi. Muncul dan populernya kiai-kiai muda NU di Youtube belakangan ini merupakan bentuk narasi tandingan atas video-video ceramah pendakwah ekstremis dan wahabi yang selama ini banyak mendominasi.

Baca Juga:  Problema Umat dalam Berpikir Instan pada Setiap Kejadian

Dari berbagai penjelasan tersebut menampakkan bahwa dakwah digital NU semakin kuat. Namun, walaupun sudah berkembang dalam fase yang kuat seperti sekarang ini, akan tetapi tantangan-tantangannya masih terus ada. Karena perkembangan dakwah dari kubu kaum eksklusifis dan intoleran saat ini juga semakin berkembang.

Dalam momentum suasana harlah NU yang ke 94 ini sepatutnya sebagai generasi muda NU terus memperkuat dakwah digital NU. Upaya perjuangan terus-menerus ini penting mengingat intoleransi di Indonesia masih marak terjadi.

Dalam kondisi demikian, wawasan keislaman yang moderat ala NU penting untuk terus digaungkan di dunia digital supaya untuk meredam wawasan keislaman yang ekstrem dan intoleran. Wallahua’lam.