Sahabat Nabi Yang Murtad Versi Hadits Riwayat Bukhari Dan Muslim

Sahabat Nabi Yang Murtad Versi Hadits Riwayat Bukhari Dan Muslim

Pecihitam.Org – Di masa kenabian, dalam berbagai literatur hadis dan sirah, diceritakan ada dua sahabat Nabi yang murtad, dan oleh Nabi dulunya dipercaya sebagai sekretarisnya untuk menulis wahyu.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dalam hal ini, al-Bukhari dalam Sahih al-Bukhari di bab Alamat Nubuwwah fi al-Islam meriwayatkan sebuah hadis riwayat Anas bin Malik RA yang menceritakan bahwa ada seorang Nasrani dari Bani Najjar yang masuk Islam.

Saat memeluk Islam, ia membaca dan menulis Surat Al-Baqarah dan Ali Imran. Ia pun memiliki kedudukan sebagai sekretaris Nabi SAW. Selanjutnya, ia murtad dan kembali memeluk agama Nasrani. Setelah itu ia berkata, “Muhammad tidak mengetahui (dariku) kecuali apa yang aku tuliskan untuknya.”

Kemudian Allah menakdirkan kematian untuknya. Di saat para kerabat orang itu menguburkan jenazahnya, ternyata tanah (bumi) tidak mau menerimanya. Bumi memuntahkan kembali jasadnya. Awalnya Rasulullah SAW dan para sahabatnya dituduh mengeluarkan jasadnya. Namun, hal itu ternyata berulang kali terjadi.

Ketika dikuburkan, jasad itu muncul kembali ke permukaan Para kerabatnya pun menggalikan kembali liang yang paling dalam untuknya. Tapi hasilnya tetap sama, jasad itu keluar lagi ke permukaan tanah. Akhirnya mereka menyadari, bahwa kejadian itu tidak mungkin dilakukan oleh manusia. Dan jasad Nasrani itu diletakkan begitu saja di atas tanah.

Baca Juga:  Belajar dari Kisah Kesabaran Nabi Ayub dan Kesetiaan Siti Rahmah

Imam Muslim menambahkan: “Ada seorang lelaki nasrani dari kalangan Bani Najjar yang masuk Islam dan menghafal surat al-Baqarah dan surat Ali Imran. Laki-laki ini menjadi sekretaris Nabi. Kemudian ia kabur dan berafiliasi kepada ahli kitab.”

Dalam kisah ini, tidak diceritakan bahwa Nabi SAW memerintahkan sahabat lainnya untuk mencari sahabat yang murtad ini dan tidak ada perintah pula untuk membunuhnya. Dengan kata-kata lain, nabi hanya membiarkannya.

Sahabat Nabi yang lain yang dipercaya Nabi untuk menulis wahyu yang murtad atau keluar dari Islam ialah Abdullah bin Abi Sarh. Abu Dawud dalam Sunan-nya, di bab al-Hukmu fi man irtadda meriwayatkan hadis dari Ibnu Abbas, beliau berkata:

Abdullah bin Abi Sarh ditugaskan oleh Nabi untuk menulis wahyu. Setan kemudian menyesatkannya sehingga ia berkomplot dengan kaum kafir Quraisy. Rasul SAW menyuruh untuk membunuhnya di hari penaklukkan kota Mekah. Lalu Abdullah meminta perlindungan kepada Usman bin Affan lalu Rasul pun membebaskanya dari pembunuhan.” Keterangan lebih detail lagi disampaikan oleh Ibnu al-Asir.

Baca Juga:  Karena Rindu Rasulullah, Batang Kurma Ini Hampir Menangis Sampai Kiamat

Ibnu al-Asir dalam al-Kamil fi at-Tarikh meriwayatkan tentang murtadnya Abdullah bin Abi Sarh dengan mengatakan: “Usman bin Affan memiliki saudara sepersusuan yang bernama Abdullah bin Sa’d bin Abi Sarh al-Qurasyi al-Amiri. Sahabat Nabi ini telah masuk Islam sewaktu di Mekah. Beliau mengemban tugas mulia dari Nabi sebagai pencatat wahyu. Namun ternyata Abdullah bin Sa’d bin Abi Sarhin “mempermainkan wahyu”.

Ia mencatat wahyu sekehendak hatinya. Jika Rasulullah menyampaikan bahwa jika ayat tersebut masuk ke dalam surat al-Kafirun, Abdullah menulisnya dengan “az-zhalimun”. Jika rasul mendiktekan ‘azizun hakim’ maka Abdullah menuliskannya dengan sebutan ‘alimun hakim’ dan seterusnya sampai-sampai kemudian hal tersebut diketahui oleh Nabi SAW melalui turunnya ayat 93 dari surat al-An’am.

Lalu karena ketahuan, Abdullah kabur ke Mekah dan menjadi murtad. Ia berkata kepada orang-orang kafir Quraisy bahwa “agama jahiliyyah” lebih baik daripada Islam dan berkomplot dengan kaum kafir Quraisy dalam memusuhi Nabi.

Baca Juga:  Khalid Al-Miski; Seorang Pemuda dengan Aroma Minyak Kesturi, Inilah Kisah Hidupnya

Saat terjadinya penaklukan kota Mekah, Abdullah bin Sa’d bin Abi Sarh lari. Ia takut dibunuh dan lantas kemudian meminta jaminan keamanan kepada Usman bin Affan. Usman lalu menyembunyikannya sampai keadaan tenang.

Setelah kondisi tenang, Usman bin Affan membawa Abdullah bin Sa’d bin Abi Sarh ini kepada Rasulullah SAW. Saat datang menemui Rasulullah, Rasul pun terdiam tidak menjawab dalam jangka waktu yang sangat lama. Keadaan menegang tetapi kemudian tegangan menurun dan Rasulullah mengeluarkan jaminan keamanan bagi Abdullah bin Sa’d bin Abi Sarh. Usman dan Abdullah kemudian pamit.

Mochamad Ari Irawan