Cara Menghadapi Orang yang Sakaratul Maut dalam Islam

Cara Menghadapi Orang yang Sakaratul Maut dalam Islam

PeciHitam.org – Mengingat kematian merupakah salah satu cara kita untuk menambah ketakwaan kita kepada Allah. Ketika ketakwaan tersebut semakin meningkat, biasanya kita semakin giat menyiapkan diri dengan istiqamah beribadah kepada Allah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dalam hal ini Rasulullah senantiasa mengingatkan kita akan datangnya kematian. Seperti sabda berikut ini:

أَكْثِرُوا مِنْ ذِكْرِ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ

“Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kenikmatan (kematian).” (HR. Ibnu Hiban)

Kematian itu pasti dan dapat menimpa siapa saja tidak memandang tua ataupun muda. Tidak dapat juga memohon untuk dimajukan ataupun mundur. Baik yang masih dalam kondisi sehat maupun yang sudah lama sakit, tidak ada seorangpun yang mengetahuinya, yang pasti kematian itu akan menghampiri siapapun, dimanapun dan kapanpun.

Sudah banyak kita saksikan, anak-anak muda pun dapat ditimpa kematian. Sedangkan yang sudah tua, ataupun mengalami sakit-sakitan justru masih mendapatkan umur panjang. Anjuran untuk mengingat kematian tersebut berlaku untuk siapa saja.

Dalam kitabnya Al-Fiqhul Manhaji, Musthafa Al-Khin menyebutkan bahwa ada 4 (empat) hal yang harus dilakukan seseorang ketika mengetahui orang lain sedang mengalami naza’ atau sakaratul maut dalam islam, antara lain:

Pertama, memposisikan orang tersebut agar tidur miring dengan sisi badan sebelah kanan agar wajahnya dihadapkan ke arah kiblat. Jika dirasa sulit maka cukup menelentangkannya saja memposisikan kepalanya agar sedikit diangkat sehingga wajahnya menghadap ke kiblat. Begitu juga dengan kedua ujung kakinya, disunahkan untuk dihadapkan ke arah kiblat.

Baca Juga:  Alhamdulillah; Makna Kata, Tafsir dan Keutamaannya dalam Hadis Nabi

Kedua, disunahkan untuk men-talqin (menuntun orang yang sedang sakaratul maut membaca kalimat syahadat yaitu la ilaha illallah) dengan cara yang halus dan tidak memaksanya untuk ikut menirukan ucapan syahadat tersebut.

Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan memperdengarkan kalimat la ilaha illallah di telinganya tanpa menyuruh untuk ikut mengucapkannya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut ini:

لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ

“Ajarilah orang yang mau meninggal di antara kalian dengan kalimat la ilaha illallah.”

Ketiga, disunnahkan juga untuk membacakan surat Yaasiin kepada orang yang sedang sakaratul maut. Seperti Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban:

اقرؤوا عَلَى مَوْتَاكُمْ يس

“Bacakanlah surat Yaasiin kepada orang yang sedang sekarat di antara kalian.”

Keempat, ketika seseorang dalam keadaan sakit yang kiranya sudah tidak dapat tertolong lagi, hendaknya yang terbaik dilakukan ialah membuang jauh-jauh bayangan dosa dan kemaksiatan yang telah diperbuat semasa hidupnya. Kita dianjurkan untuk husnudzan dan yakin bahwa Allah akan menerimanya dan mengampuni segala dosa-dosanya.

Baca Juga:  Kenali Ahlussunnah wal Jamaah Yang Asli, Agar Anda Tidak Tersesat

Hal ini berdasarkan hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim berikut:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي

“Aku bersama prasangka hamba-Ku kepadaku.”

Para ulama senantiasa mengajarkan kita tentang sikap khauf dan raja’. Ketika seseorang dalam keadaan sehat maka rasa takutnya terhadap siksa Allah (khauf) dan harapannya terhadap rahmat Allah (raja’), keduanya harus seimbang dalam dirinya.

Ketika seseorang dalam keadaan sakit dan dirasa telah dekat ajalnya maka perbesarlah harapan pada rahmat Allah, yakinlah bahwa ampunan Allah begitu luas dan Allah senantiasa melimpahkan kasih sayang kepadanya.

Di saat krusial atau menjelang ajal seseorang biasanya dimanfaatkan iblis untuk menjadikan orang tersebut sesat dan selama-lamanya masuk neraka. Hal ini berdasarkan riwayat dalam kitab Aunul Ma’bud berikut:

وَقَدْ رُوِيَ أَنَّ الشَّيْطَانَ لَا يكون في حال أشد على بن آدَمَ مِنْهُ فِي حَالِ الْمَوْتِ يَقُولُ لِأَعْوَانِهِ دُونَكُمْ هَذَا فَإِنَّهُ إِنْ فَاتَكُمُ الْيَوْمَ لَمْ تَلْحَقُوهُ بَعْدَ الْيَوْمِ

“Diriwayatkan, setan tidak menggoda anak Adam melebihi hebatnya godaan pada saat orang akan meninggal dunia. Pada saat itu, setan berkata kepada teman-temannya, ‘Kumpul di sini, jika kalian tidak bisa menyesatkannya pada hari ini, kalian tidak lagi bisa menggodanya selamanya’.”

Baca Juga:  Pentingkah Mendatangi Pengajian Majlis Taklim? Berikut Manfaat Pengajian Majlis Taklim

Biasanya, saking sakitnya seseorang yang mengalami sakaratul maut, ketika terjadi perpisahan antara nyawa dengan jasad akan terasa begitu haus. Setan senantiasa menggodanya dengan  menawari iming-iming berupa minuman.

Namun dengan syarat harus mau menyekutukan Allah dan sebagainya. Oleh karena itu, kita disunnahkan untuk memberinya minum untuk menghindari kehausan yang menyerang. Wallahu a’lam.

Begitulah sedikit ulasan mengenai bagaimana cara menghadapi sakaratul maut dalam Islam. Semoga artikel ini memberikan khazanah kepada ktia semua. aamiin

Mohammad Mufid Muwaffaq