Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Pecihitam.org – Pemerintahan Dinasti Abbasiyah dinisbatkan kepada Al-Abbas paman Rasulullah SAW, sementara khalifah pertama dari pemerintahan ini adalah Abdullah Ash-Shaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M, oleh Abul Abbas Ash-Shafah, dan sekaligus sebagai khalifah pertama. Kekuasaan Dinasti Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, yaitu selama lima abad dari tahun 132-656 H (750 M-1258 M).

Berdirinya pemerintahan ini dianggap sebagai kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh Bani Hasyim (Alawiyun) setelah meninggalnya Rasulullah dengan mengatakan bahwa yang berhak untuk berkuasa adalah keturunan Rasulullah dan anak-anaknya.

Sebelum berdirinya Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang merupakan pusat kegiatan, antara satu dengan yang lain memiliki kedudukan tersendiri dalam memainkan peranannya untuk menegakkan kekuasaan keluarga besar paman Rasulullah SAW, Abbas bin Abdul Muthalib.

Dari nama Al-Abbas paman Rasulullah inilah nama ini disandarkan pada tiga tempat pusat kegiatan, yaitu Humaimah, Kufah, dan Khurasan.

Humaimah merupakan tempat yang tenteram, bermukim di kota itu keluarga Bani Hasyim, baik dari kalangan pendukung Ali maupun pendukung keluarga Abbas.

Kufah merupakan wilayah yang penduduknya menganut aliran Syi’ah, pendukung Ali bin Abi Thalib, yang selalu bergolak dan ditindas oleh Bani Umayyah.

Baca Juga:  Inilah 5 Aksi Gila Percobaan Pencurian Jasad Nabi Muhammad Saw

Khurasan memiliki warga yang pemberani, kuat fisik, teguh pendirian, tidak mudah terpengaruh nafsu dan tidak mudah bingung terhadap kepercayaan yang menyimpang, di sanalah diharapkan dakwah kaum Abbasiyah mendapat dukungan.

Di kota Humaimah bermukim keluarga Abbasiyah, salah seorang pimpinannya bernama Al-Imam Muhammad bin Ali yang merupakan peletak dasar-dasar bagi berdirinya Dinasti Abbasiyah.

Ia menyiapkan strategi perjuangan menegakkan kekuasaan atas nama keluarga Rasulullah SAW. Para penerang dakwah Abbasiyah berjumlah 150 orang di bawah para pimpinannya yang berjumlah 12 orang dan puncak pimpinannya adalah Muhammad bin Ali.

Propaganda Abbasiyah dilaksanakan dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia. Akan tetapi, Imam Ibrahim pemimpin Abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya diketahui oleh khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan Dinasti Umayyah dan dipenjarakan di Haran sebelum akhirnya diekskusi.

Ia mewasiatkan kepada adiknya Abul Abbas untuk menggantikan kedudukannya ketika tahu bahwa ia akan terbunuh, dan memerintahkan untuk pindah ke Kufah.

Sedangkan pemimpin Propaganda dibebankan kepada Abu Salamah. Segeralah Abul Abbas Pindah dari Humaimah ke Kufah diiringi oleh para pembesar Abbasiyah yang lain seperti Abu Ja’far, Isa bin Musa, dan Abdullah bin Ali.

Baca Juga:  Pembunuh Ali Bin Abi Tholib Ternyata Seorang Hafidzh Qur'an

Penguasa Umayyah di Kufah, Yazid bin Umar bin Hubairah, ditaklukkan oleh Abbasiyah dan diusir ke Wasit. Abu Salamah selanjutnya berkemah di Kufah yang telah ditaklukkan pada tahun 132 H.

Abdullah bin Ali, salah seorang paman Abul Abbas diperintahkan untuk mengejar khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad bersama pasukannya yang melarikan diri, di mana akhirnya dapat dipukul di dataran rendah Sungai Zab.

Pengejaran dilanjutkan ke Mausul, Harran dan menyeberangi sungai Eufrat sampai ke Damaskus. Khalifah itu melarikan diri hingga ke Fustat di Mesir, dan akhirnya terbunuh di Busir, wilayah Al-Fayyum, tahun 132 H/750 M di bawah pimpinan Salih bin Ali, seorang paman Al Abbas yang lain.

Dengan demikian, maka tumbanglah kekuasaan Dinasti Umayyah, dan berdirilah Dinasti Abbasiyah yang dipimpin oleh khalifah pertamanya, yaitu Abul Abbas Ash-Shaffah dengan Pusat kekuasaan awalnya di Kufah.

Pemerintahan Abul Abbas Ash-Shaffah

Bani Abbasiyah mewarisi imperium besar dari Bani Umayyah. Mereka memungkinkan dapat mencapai hasil lebih banyak karena landasannya telah dipersiapkan oleh Bani Umayyah yang besar, dan Abbasiyah yang pertama memanfaatkannya.

Penggantian Umayyah oleh Abbasiyah ini di dalam kepemimpinan masyarakat Islam lebih dari sekadar penggantian dinasti. Ia merupakan revolusi dalam sejarah Islam, suatu titik balik yang sama pentingnya dengan revolusi Francis, dan revolusi Rusia di dalam sejarah Barat.

Baca Juga:  Sultan Ageng Tirtayasa; Penguasa Kerajaan Banten, Bangsawan dan Pahlawan Nasional

Seluruh anggota keluarga Abbas dan pimpinan umat Islam menyatakan setia kepada Abul Abbas Ash-Shaffah sebagai khalifah mereka. Ash-Shaffah kemudian pindah ke Ambar, sebelah barat sungai Eufrat dekat Baghdad.

Ia menggunakan sebagian besar dari masa pemerintahannya untuk memerangi para pemimpin Arab yang kedapatan membantu Bani Umayyah. Ia mengusir mereka kecuali Abdurahman, yang tidak lama kemudian mendirikan Dinasti Umayyah di Spanyol. Ash-Shaffah juga memutuskan untuk menghabisi nyawa beberapa orang pembantu Bani Umayyah.

Kekhalifahan Ash-Shaffah hanya bertahan selama 4 tahun sembilan bulan. Ia wafat pada tahun 136 H di Abar, satu kota yang telah dijadikannya sebagai tempat keududukan pemerintahan. Ia berumur tidak lebih dari 33 Tahun, bahkan ada yang mengatakan umur Ash-Shaffah ketika meninggal dunia adalah 29 tahun.

M Resky S

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *