Sejarah Beridirinya Kesultanan Kanoman Cirebon; Kasultanan Islam Ternama di Pesisir Pantai Utara

Sejarah Beridirinya Kesultanan Kanoman Cirebon; Kasultanan Islam Ternama di Pesisir Pantai Utara

PeciHitam.org – Sejarah berdirinya Kasultanan Kanoman tidak bisa dilepaskan dari Kasultanan Cirebon yang didirikan oleh Pangeran Cakrabuwana atau yang dikenal oleh masyarakat Cirebon dengan sebutan Mbah Kuwu Cirebon.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Mbah Kuwu Cirebon mempunyai nama asli Raden Walangsungsang, merupakan anak dari Raja Kerajaan Pajajaran-Sunda yaitu Raden Pamanarasa yang bergelar Prabu Siliwangi dengan istri yang bernama Nyai Subanglarang.

Dari pernikahan yang dilaksanakan pada tahun 1422 M, lahir dua orang putra dan satu orang putri. Dua orang putra tersebut bernama Walangsungsang dan Kiansantang atau disebut dengan nama Raja Sengara. Sedangkan yang putri diberi nama Rarasantang, dalam sebagian sumber disebut Lara Santang, yang merupakan ibunda dari Sunan Gunung Jati.

Sejarah Kasultanan Cirebon dimulai ketika Raden Walangsungsang dan adiknya Nyai Rarasantang masuk Islam di bawah bimbingan Syekh Idlofi atau dikenal dengan nama Syekh Nur Jati atau Syekh Dzatul Kahfi.

Keduanya meninggalkan kerajaan ayahnya ketika berumur sekitar tujuh belas tahun tepatnya setelah satu tahun ibunya meninggal. Keduanya belajar kepada Syekh Nur Jati selama tiga tahun.

Raden Walangsungsang kemudian diperintah oleh gurunya untuk membuka pemukiman baru di daerah Tegal Alang-Alang di tepi pantai sebelah timur kurang lebih 6 km dari Pesambangan.

Baca Juga:  Akhir Abad 19 dan Kemenangan Dakwah Islam di Indonesia

Di tempat ini telah ada penguasa yang bergelar Kuwu Caruban yang bernama Ki Danusela. Di sini Raden Walangsungsang membangun satu bangunan yang nantinya akan menjadi cikal bakal Kasultanan Kanoman.

Bangunan ini diberi nama Witana yang berarti pertama kali ada. Witana merupakan bangunan pertama dalam sejarah Raden Walangsungsang sebelum ia membangun Keraton Pakungwati.

Setelah ibadah haji, Raden Walangsungsang sendiri pulang kembali ke Jawa dan melanjutkan membangun daerah Tegal Alang-alang. Pada tahun 1456 M, Raden Walangsungsang kemudian membangun sebuah masjid untuk melaksanakan shalat yang diberi nama Jalagrahan. Di sampingnya juga dibangun rumah besar yang kemudian dikenal dengan nama Ndalem Agung Pakungwati.

Singkat cerita, bahwa setelah meninggalnya Pangeran Cakrabuwana maka wilayah Caruban Larang, dilanjutkan oleh keponakannya sekaligus menantunya yaitu Sunan Gunung Jati. Ia dinobatkan menjadi penguasa Cirebon pada tahun 1479 M. Melalui kepemimpinan Sunan Gunung Jati ini wilayah Cirebon semakin luas hingga sampai kepada wilayah ujung Barat pulau Jawa.

Dengan semakin luasnya wilayah, hal ini juga semakin membuat Islam menjadi agama mayoritas yang menggantikan agama Hindu dan Budha. Sunan Gunung Jati juga mendirikan Kasultanan Islam di wilayah barat Jawa yaitu Kasultanan Banten pada tahun 1525 M.

Baca Juga:  Awal Sejarah Munculnya Kaum Sufi, Kapan dan Bagaimana?

Ia memerintah Kasultanan Banten melalui putranya Sultan Hasanuddin yang darinya turun Raja-raja Banten yang menyebarkan Islam sampai ke pulau Sumatera. Sunan Gunung Jati meninggal pada tahun 1568 M yang pada waktu itu ia berumur 120 tahun.

Sejarah Kasultanan Kanoman dimulai dengan meninggalnya Panembahan Girilaya. Dalam beberapa disebutkan bahwa Panembahan Girilaya mempunyai istri dari Kasultanan Mataram yang merupakan putri dari Sunan Amangkurat I. Dari pernikahan ini kemudian lahir tiga orang putra yaitu Pangeran Martawijaya, Pangeran Kartawijaya dan Pangeran Wangsakerta.

Pangeran Martawijaya yang nantinya akan menjadi Sultan Kasepuhan, Pangeran Kartawijaya yang akan menjadi Sultan Kanoman, dan Pangeran Wangsakerta yang akan menurunkan Sultan Kaprabonan yang sekaligus juga menjadi tangan kanan Sultan Kasepuhan.

Kasultanan Kanomanan diberikan kepada Pangeran Kartawijaya karena ia lebih muda dibandingkan kakaknya Pangeran Martawijaya. Pangeran Kartawijaya kemudian diberi gelar Sultan Anom dengan nama Sultan Badruddin. Dari Sultan Badruddin inilah lahir sultan-sultan Kanoman sampai saat ini yang sudah pada generasi ke XII.

Bangunan Kasultanan Kanoman sendiri dibangun pada tahun 1678 M yang berada di sekitar Witana. Sedangkan Kasultanan Kasepuhan menempati bangunan Kasultanan Cirebon yang dulu dibangun pertama kali.

Baca Juga:  Kisah Nabi Musa Telanjang Berlarian Mengejar Batu

Adapun bangunan Kasultanan Kanoman saat ini meliputi beberapa bangunan Keraton di antaranya Witana, Kedaton, Gedung Pulantara, Kaputren, Prabayaksa, Kebon Raja, Singabrata, Semirang, Langgar Alit, Lawang Siblawong, Ksiti Inggil, Panca Niti, Panca Ratna, Alu Lumpang, Waringin Kurung dan sebagian Masjid Sang Cipta Rasa.

Kekuasan politik Kasultanan Kanoman resmi berakhir pada tanggal 2 Februari 1809 M dengan keluarnya Reglement op het beheer van Cheribonsche Landen oleh Gubernur Hindia-Belanda Daendels dan menjadikan kedua pemerintahan Kasultanan Kasepuhan dan Kanoman sebagai pegawai pemerintah Hindia-Belanda.

Mohammad Mufid Muwaffaq