Mengerikan, 5 Wabah Thaun dalam Sejarah Islam, 70.000 Orang Meninggal Tiap Hari

sejarah wabah thaun

Peciihitam.org – Melihat kasus COVID-19 yang hingga kini belum mereda di seluruh dunia cukup membuat kekhawatiran tersendiri. Apalagi dikonfirmasi jumlah 7 juta kasus di seluruh dunia dan yang meninggal mencapai 400.000 orang lebih. Namun ternyata dalam catatan sejarah, jauh sebelum kasus ini muncul, telah terdapat juga sebuah wabah yang dikenal dengan istilah thaun. Lantas apakah Covid 19 bisa disamakan dengan wabah thaun?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Melihat definisi para Ulama, COVID 19 ini tidak bisa dikategorikan thaun, karena thaun lebih khusus dan spesifik dibandingkan dengan wabah. Akan tetapi meskipun berbeda dari sisi penamaan, keduanya sama-sama berbahaya dan menular yang tidak bisa dianggap sepele.

Jika dirunut dalam catatan sejarah terjadinya, penyakit-penyakit wabah semacam corona ini atau pun thaun , sudah ditemukan sejak masa Nabi Muhammad Saw. Bahkan jauh sebelum Nabi diutus, yaitu pada zaman Bani Isra’il. Para ulama pun juga banyak yang berusaha menafsirkan penyebabnya.

Pertama, sebagian ulama yang menulis tentang wabah berdasarkan penjelasan medis. Bahwa wabah datang akibat polusi udara, kutu, tikus, dan juga darah kotor. Oleh karenanya, manusia harus hidup sehat dan memakai wangi-wangian.

Kedua, ulama yang menulis tentang wabah menggunakan penjelasan teologis. Mereka percaya penyakit menular itu ada dan datang langsung dari Tuhan. Salah satu ulama itu adalah Ibnu Hajar al-Asqalani (1372–1449), seorang ahli hadis mazhab Syafi’i yang terkemuka.

Disebutkan oleh Abu Hasan Al Madaini dalam kitab Al Adzkar min Kalami Sayyidil Abrar karangan Abu Zakaria Muhyiddin Yahya bin Syarof An Nawawi.

قال أبو الحسن المدائني : كانت الطواعين المشهورة في الإسلام خمسة : طاعون شيرويه بالمدائن في عهد رسول الله سنة ست من الهجرة ،
ثم طاعون عمواس في زمن عمر ابن الخطاب رضي الله عنه كان بالشام ، مات فيه خمسة وعشرون الفا ، ثم طاعون في زمن ابن الزبير في شوال سنة تسع وستين ، مات في ثلاثة أيام في كل يوم سبعون ألفا ، مات فيه لانس بن مالك رضي الله عنه ثلاثة وثمانون ابنا ، وقيل ثلاثة وسبعون ابنا ، ومات لعبد الرحمن بن أبي بكرة أربعون ابنا ، ثم طاعون الفتيات في شوال سنة سبع وثمانين ، ثم طاعون سنة إحدى وثلاثين ومائة في رجب و اشتدّ في رمضان ، وكان يحصى سكة المربد في كل يوم الف جنارة ، ثم خف في شوال .

Baca Juga:  Sejarah Singkat Terjadinya Perang Salib 7 (1248 M - 1254 M)

Thaun paling mashur dan paling besar yang pernah terjadi dalam sejarah Islam ada lima. (1). Tha’un Syirawaih, yang terjadi pada zaman Nabi SAW yakni pada tahun keenam hijriah. (2). Tha’un ‘Amwas, terjadi pada masa khalifah Umar bin al-Khaththab. Wabah tersebut melanda hingga negeri Syam hingga mengakibatkan 25.000 orang meninggal dunia. (3). Tha’un yang terjadi pada zaman Ibnu Zubair yaitu pada Syawwal 69 Hijriah yang menyebabkan kematian selama tiga hari. Dalam setiap harinya ada 70.000 orang meninggal. (4). Tha’un Fatayat pada Syawwal 87 H. Yang terkena wabah tersebut mayoritas para gadis, hingga disebut fatayat. (5). Tha’un yg terjadi pada Rajab 131 H, dan semakin parah pada bulan Ramadhan, dan terhitung di perkampungan al-Mirbad dalam setiap harinya terdapat seribu jenazah, kemudian mereda pada bulan Syawalnya.

Pertama thaun Syirawaih pada Masa Rasulullah Saw.

Wabah ini terjadi di Mada`in (wilayah Persia) saat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam masih hidup yaitu pada tahun keenam hijriyah.

Kedua, Thaun ‘Amwas pada masa Umar bin Khattab.

Thaun ‘Amwas terjadi pada masa pemerintahan Umar bin Khattab tahun 17 H. Dinamakan dengan Thaun ‘Amwas, karena sebelum menyebar ke daerah-daerah lain, wabah tersebut hanya terjadi di daerah ‘Amwas saja. Menurut keterangan thaun ini telah merenggut lebih kurang 25 ribu nyawa tentara kaum Muslim.

Baca Juga:  Sejarah Tashri’ Perang dalam Al-Quran dan Diskursus tentang Jihad

Adapun para Sahabat Nabi Saw yang wafat, disebabkan Thaun ‘Amwas ini di antaranya : Abu ‘Ubaidab bin Jarrah, Mu’adz bin Jabal, Syurahbil bin Hasanah, al-Fadhl bin ‘Abbas, Abu Malik al-Asy’ary, Yazid bin Abi Sufyan, al-Harits bin Hisyam, Abu Jandal, Suhail bin ‘Amar.

Kemudian setelah Thaun ‘Amwas ini berakhir, thaun berikutnya terjadi di al-Kufah pada tahun 49 H, dan 4 tahun berikutnya muncul lagi wabah Tho’un pada tahun 53 H.

Ketiga, Thaun al-Jarif, Terjadi pada Zaman Ibnu Zubair.

Setelah kejadian wabah Thaun di al-Kufah, sekitar tahun 69 H terjadi lagi wabah yang sangat mengerikan di Bashra. Wabah yang membahayakan ini dinamakan dengan Tho’un al-Jarif.

Sebagian ulama mengatakan, bahwa tho’un ini dinamakan dengan Jarif, karena ia menyapu manusia sebagaimana banjir besar menyapu bersih tanah-tanah.

Ibnu Katsir menerangkan hari pertama masyarakat di Bashra yang meninggal sebanyak 70 ribu, hari keduanya meninggal 70 ribu, hari ketiga 73 ribu, sedangkan pada hari keempatnya seakan-akan semua manusia itu meninggal, kecuali sedikit saja yang masih hidup.

Al-Hafidz Abu Nu’aim al-Ashfahani saksi sejarah pada saat itu menerangkan, pada awalnya kami mendatangi setiap kabilah-kabilah. Jika ada yang meninggal kami tetap menguburkannya, namun ketika sudah banyak sekali yang meninggal, kami pun tak sanggup untuk menguburkan. Sehingga setiap kami memasuki rumah, kami menemukan penghuninya sudah tergeletak di depan pintu.

Keempat, Thaun Fatayat, Terjadi pada Tahun 87 H.

Kemudian pada tahun 87 H, terjadi lagi peristiwa wabah thaun yang mana pada saat itu mayoritas korbannya adalah para gadis-gadis. Itu sebabnya dinamakan penyakit tersebut dengan Tho’un al-Fatayat, yang bermakna para pemudi.

Ibnu Abi al-Dunya menerangkan di dalam kitabnya al-I’tibar, bahwa ada seorang laki-laki arab bersama 10 orang anak gadisnya datang ke Bashra. Hanya berselang waktu beberapa hari saja 10 orang anak gadisnya itu langsung meninggal dunia semua. Begitulah gambaran sejarah kengerian wabah thaun pada saat itu.

Baca Juga:  Menelisik Sejarah Kaum Abangan dan Santri di Indonesia

Setelah wabah yang thaun Fatayat berakhir, kemudian terjadi lagi Tho’un al-Asyraf. Dinamakan dengan Tho’un al-Asyraf, karena dalam sejarah wabah thaun tersebut di antara korban yang meninggal, mayoritasnya adalah manusia-manusia yang terhormat.

Kemudian terus berlanjut pada tahun 100 H dinamai dengan Tho’un ‘Ady bin Arthah. Berlanjut pada tahun 107 H dan tahun 115 H terjadi Tho’un di Syam. Kemudian pada tahun 127 H terjadi Tho’un Ghurab.

Ini artinya pada masa tersebut umat Islam benar-benar sedang diuji keimanan dan kesabaranya dalam menghadapi berbagai thaun yang terjadi dari tahun ke tahun berikutnya.

Kelima, Tho’un Muslim bin Quthaibah Terjadi pada Tahun 131 H.

Tho’un Muslim bin Quthaibah terjadi pada bulan Rajab tahun 131 H bahkan terus berlanjut hingga bulan Sya’ban dan Ramadhan dan wabah ini baru berkurang pada bulan Syawal. Konon wabah thaun ini menyebabkan korban meninggal hingga 1000 orang perhari.

Menariknya hampir semua wabah thaun tersebut, kebanyakannya terjadi pada masa sejarah pemerintahan Bani Umayyah. Sehingga para pemimpin bani Umayyah ketika terjadi wabah thaun banyak dari mereka yang pergi mengungsi ke padang pasir. Kemudian pada masa Bani ‘Abbasiyah wabah thaun sudah mulai sangat berkurang.

Wallahua’lam.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik