Pecihitam.org – Anas bin Malik adalah khadim (pelayan) Nabi saw yang terpercaya, ayahnya bernama Malik bin an-Nadhar, dan ibunya bernama Ummu Sulaim, yang pernah membawanya kepada Nabi ketika berusia 10 tahun, dan ia memohon agar Nabi berkenan menerima anaknya sebagai khadim-nya dan Nabi pun menerimanya.
Beliau sering membawakan sandal dan ember Rasulullah. Beliau juga mendapat doa dari Rasul: “Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya, dan masukkanlah ke surga”. Anas berkata: “Sungguh aku melihat dua orang wanita dan aku mengharapakn wanita yang ketiga. Demi Allah, hartaku melimpah ruah dan sungguh jumlah anak-anakku dan cucuku pada hari ini mencapai 100 orang”.
Nabi sering mengajak Anas bin Malik bercanda dengan panggilan “Ya dzal udzunain” (hai anak yang memiliki dua telinga) sehingga tidak terkesan sebagai pergaulan tuan dan budaknya.
Anas bin Malik menceritakan bahwa selama pergaulannya dengan Nabi, beliau tidak pernah mempersoalkan ‘apa yang aku lakukan; mengapa kamu lakukan begini, mengapa kamu tinggalkan begini, atau mengapa kamu tidak tinggalkan begini? Dan seterusnya’.
Akan tetapi beliau mengatakan, “apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi”.
Pada saat perang Badar Anas masih berusia muda, sehingga beliau belum mengikuti peperangan ini, tetapi setelah itu beliau banyak melibatkan diri dalam pertempuran.
Ketika Abu Bakar bermusyawarah dengan Umar tentang pengangkatannya sebagai gubernur Bahrain, Umar memujinya, Ia adalah seorang pemuda yang cerdas, juga seoarng yang wara’ dan takwa, sebab telah lama pergaulannya dengan Nabi.
Abu Hurairah berkata: “Aku tidak pernah melihat seorang yang sholatnya lebih serupa dengan Nabi dari pada Ibnu Aulaim, yaitu Anas bin Malik. Ibnu Sirin juga berkata: “Anas adalah seoarang yang paling baik shalatnya, baik dalam hadhar (mukim di rumah) ataupu saat safar (bepergian). (lihat di Ulumul Hadis karya Shubhi al-Shalilh, hal. 364)
Anas bin Malik dibesarkan di tengah-tengah keluarga Nabi selama sembilan tahun beberapa bulan, sehingga ia banyak mengetahui tentang Nabi, baik dalam perkataan, perbuatan, hingga pengakuan (iqrar) beliau. Ia dikaruniai cukup panjang umur sehingga ia masih hidup selama 83 tahun setelah wafatnya Nabi.
Hal inilah yang menjadi alasan bahwa Anas bin Malik salah seoarang sahabat yang banyak meriwayatkan hadis dari Nabi, baik secara langsung dari beliau, maupun melalui sesama para sahabat kemudian disampaikan kepada umat. (lihat di Pengantar Ilmu Hadis karya Masyfuk Zuhdi, hal.132).
Diantara sahabat yang diambil periwayatan hadisnya adalah Abu Bakar, Umar bin Khatab, Ustman bin Affan, Abdullah bin Rahawaih, Fathimah al-Zahra’, Tsabit bin Qais, Abdurrahman bin Auf, Ibnu Mas’ud, Abu Dzar, dan lain sebagainya.
Dan diantara Tabi’in yang meriwayatkan darinya adalah Hasan al-Bashri, Sulaiman al-Tamimi, Abu Qilabah, Abdul Aziz bin Suhaib, Ishaq bin Abi Thalhah, dan lain sebagainya.
Jumlah hadis yang diriwayatkan Anas mencapai 2.286 hadis. Imam Bukhari meriwayatkan darinya sebanyak 83 hadis, dan Imam Muslim sebanyak 71 hadis. Sanad yang paling shahih adalah hadis yang diriwayatkan dari Malik dari al-Zuhri dan Anas bin Malik.
Pada akhir hayatnya Anas bin Malik berpindah ke Bashrah dan termasuk salah seorang sahabat yang terakhir wafat di Bashrah. Beliau wafat pada tahun 83 H dalam usia lebih dari 103 tahun.
Dari kisah singkat di atas, dapat diambil hikma bahwa, kemanfaatan ilmu tidak hanya datang karena belajar, namun juga karena berkhidmah kepada guru, seperti yang dilakukan Anas bin Malik kepada Rasulullah saw. Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam.
Sumber: Ulumul Hadis karya Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag.