Sepuluh Adab Menuntut Ilmu Menurut KH Hasyim Asy’ari

adab menuntut ilmu

Pecihitam.org – Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap orang. Dalam menuntut ilmu, seorang harus mempunyai komitmen yang kuat, karena menjadi penuntut ilmu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Selain itu dalam menuntut ilmu juga mempunyai adab agar supaya ilmu yang didapat dapat bermanfaat dengan baik.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Berikut ini adab bagi seorang murid dalam menuntut ilmu:

Pertama, seorang murid hendaknya membersihkan hatinya dari segala hal yang dapat mengotorinya seperti dendam, dengki, keyakinan yang sesat dan perangai yang buruk.

Hal itu dimaksudkan agar hati mudah untuk mendapatkan ilmu, menghapalkannya, mengetahui permasalahan-permasalahan yang rumit dan memahaminya.

Kedua, hendaknya memiliki niat yang yang baik dalam mencari ilmu, yaitu dengan bermaksud mendapatkan ridho Allah SWT, mengamalkan ilmu, menghidupkan syariat Islam, menerangi hati dan mengindahkannya dan mendekatkan diri kepada Allah.

Jangan sampai berniat hanya ingin mendapatkan kepentingan duniawi seperti mendapatkan kepemimpinan, pangkat, dan harta atau menyombongkan diri di hadapan orang agar orang lain hormat.

Ketiga, hendaknya segera mempergunakan masa muda dan umurnya untuk memperoleh ilmu, tanpa terpedaya oleh rayuan “menunda-nunda” dan “berangan-angan panjang”.

Sebab setiap detik yang terlewatkan dari umur tidak akan tergantikan. Seorang yang menuntut ilmu hendaknya memutus sebisanya urusan-urusan yang menyibukkan dan menghalang-halangi sempurnanya belajar dan kuatnya kesungguhan dan keseriusan menghasilkan ilmu, karena semua itu merupakan faktor-faktor penghalang mencari ilmu.

Keempat, menerima sandang-pangan apa adanya sebab kesabaran akan serba kekurangan hidup, akan mendatangkan ilmu yang luas. Kefokusan hati dari angan-angan yang bermacam-macam dan hikmah-hikmah yang terpancar dari sumbernya.

Baca Juga:  Keutamaan Orang Berilmu dalam Islam yang Wajib Kita Diketahui

Imam Syafii ra berkata, “Tidak akan bahagia orang yang mencari ilmu disertai tinggi hati dan kemewahan hidup. Tetapi yang berbahagia adalah orang yang mencari ilmu disertai rendah hati, kesulitan hidup dan khidmah pada ulama”.

Kelima, pandai membagi waktu dan memanfaatkan sisa umur yang paling berharga. Waktu yang paling baik untuk hafalan adalah waktu sahur, untuk pendalaman pagi buta, untuk menulis tengah hari, dan untuk belajar dan mengulangi pelajaran waktu malam. Sedangkan tempat yang paling baik untuk menghapal adalah kamar dan tempat-tempat yang jauh dari gangguan.

Tidak baik melakukan hafalan di depan tanaman, tumbuhan, sungai dan tempat yang ramai.

Keenam, makan dan minum sedikit. Kenyang hanya akan mencegah ibadah dan bikin badan berat untuk belajar. Di antara manfaat makan sedikit adalah badan sehat dan tercegah dari penyakit yang diakibatkan oleh banyak makan dan minum, seperti ungkapan syair:

فإن الداء أكثر ما تراه***يكون من الطعام او الشراب

Artinya, “Sesungguhnya penyakit yang paling banyak engkau ketahui berasal dari makanan atau minuman.”

Hati dikatakan sehat bila bersih dari kesewenang-wenangan dan kesombongan. Dan tidak seorang pun dari para wali, imam dan ulama pilihan memiliki sifat atau disifati atau dipuji dengan banyak makannya. Yang dipuji banyak makannya adalah binatang yang tidak memiliki akal dan hanya dipersiapkan untuk kerja.

Baca Juga:  Tuduhan Syirik Terhadap Burdah, Bukti Ustadz Wahabi Tak Hormati Jasa Ulama

Ketujuh, bersikap wara (mejauhi perkara yang syubhat “tidak jelas” halal-haramnya) dan berhati-hati dalam segala hal. Memilih barang yang halal seperti makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan semua kebutuhan hidup supaya hatinya terang, dan mudah menerima cahaya ilmu dan kemanfaatannya.

Hendaknya seorang yang menuntut ilmu menggunakan hukum-hukum keringanan (rukhsoh) pada tempatnya, yaitu ketika ada kebutuhan dan sebab yang memperbolehkan.

Sesungguhnya Allah senang bila hukum rukhsoh-nya dilakukan, seperti senangnya Allah bila hukum azimah-nya (hukum sebelum muncul ada sebab rukhsoh) dikerjakan.

Kedelapan, meminimalisir penggunaan makanan yang menjadi penyebab bebalnya otak dan lemahnya panca indera seperti buah apel yang asam, buncis dan cuka.

Begitu juga dengan makanan yang dapat memperbanyak dahak (balgham) yang memperlambat kinerja otak dan memperberat tubuh seperti susu dan ikan yang berlebihan.

Hendaknya seorang murid menjauhi hal-hal yang menyebabkan lupa seperti makan makanan sisa tikus, membaca tulisan di nisan kuburan, masuk di antara dua unta yang beriringan dan membuang kutu hidup-hidup.

Kesembilan, meminimalisir tidur selama tidak berefek bahaya pada kondisi tubuh dan kecerdasaan otak. Tidak menambah jam tidur dalam sehari semalam lebih dari delapan jam.

Boleh kurang dari itu, asalkan kondisi tubuh cukup kuat. Tidak masalah mengistirahatkan tubuh, hati, pikiran dan mata bila telah capek dan terasa lemah dengan pergi bersenang-senang ke tempat-tempat rekreasi sekiranya dengan itu kondisi diri dapat kembali bugar.

Baca Juga:  Tahukah Kamu? Wedang Jahe Ternyata Adalah Minuman Surga

Kesepuluh, meninggalkan pergaulan karena hal itu merupakan hal terpenting yang seyogyanya dilakukan pencari ilmu, terutama pergaulan dengan lain jenis, pergaulan yang lebih banyak main-mainnya dan tidak mendewasakan pikiran.

Watak manusia itu seperti pencuri ulung (meniru perilaku orang lain dengan cepat) dan efek pergaulan adalah kesiasiaan umur tanpa guna dan hilangnya agama bila bergaul dengan orang yang bukan ahli agama.

Jika seorang pelajar butuh orang lain yang bisa dia temani, maka hendaknya dia jadi teman yang baik, kuat agamanya, bertakwa, wara, bersih hatinya, banyak kebaikannya, baik harga dirinya (muruah), dan tidak banyak bersengketa. Bila teman tersebut lupa dia ingatkan dan bila sudah sadar maka dia tolong.

Itulah sepuluh adab dalam menuntut ilmu yang di terjemahkan dari kitab adabul alim wal mutaalim karangan Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Semoga bermanfaat. Wallahua’lam Bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *