Seemosi Bagaimanapun, Jagalah Ucapanmu! Karena Setiap Kata Adalah Doa

Seemosi Apa pun, Jagalah Ucapanmu, Karena Setiap Kata Adalah Doa

Pecihitam.org – Sering kita mendengar ungkapan, setiap kata adalah doa. Bahkan ungkapan ini kerap dihubungkan dengan sabda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Kullu kalam ad-du’a. Begitu kira-kira.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ini mengajarkan kepada kita agar lebih hati-hati menjaga lisan, termasuk ketika berkata buruk, baik untuk diri sendiri maupun orang lain seperti untuk anak dan istri.

Diceritakan, suatu hari ada seorang lelaki yang setelah kelelahan bekerja, ia makan sambil duduk untuk istirahat. Saat itu pula, lisannya mengelurakan kata-kata.

Waktu itu mungkin ia hanya mengeluh. Dalam keluh kesahnya, ia berkata: “Andai saja saya bisa makan dua kali dalam sehari tanpa harus lelah bekerja. Betapa nikmatnya”

Singkat cerita. Setelah beberapa kejadian, ia ditakdirkan oleh Allah masuk ke dalam penjara walaupun bukan karena kasus kesalahan yang dilakukannya. Saat di dalam penjara, ia diberi makan dua kali sehari, yakni pagi dan sore tanpa harus lelah bekerja.

Baru saat itu ia tersentak sadar. Ucapannya selama ini yang mungkin hanya berupa keluh kesah, ternyata menjadi doa yang dikabulkan oleh Allah. Ia makan dua kali dalam sehari tanpa harus lelah bekerja. Tetapi pahitnya, ia berada dalam penjara.

Begitulah dahsyatnya kata-kata, terlebih kita sebagai orangtua. Selelah dan seemosi apa pun tidak boleh berkata buruk kepada anak. Karena, sekali lagi setiap kata adalah doa.

Ini adalah kisah nyata yang terjadi di zaman ini. Diceritakan, seorang ibu rumah tangga sedang membersihkan halaman dan mengemas rumahnya. Seketika sang anak laki-laki putra sulung kesayangannya datang dengan berlari dan memecahkan pot bunga.

Baca Juga:  Untuk Para Suami, Sebelum Melakukan Poligami, Perhatikan Dahulu Hal Ini!

Ibu yang merasa kesal, kemudian memarahi anaknya, “Kamu telah merusak pot bunga yang sangat mahal. Semoga kamu tertimpa tembok dan tulang-belulangmu hancur”. Mungkin waktu itu sang Ibu hanya melampiaskan kata-katanya dengan tidak didasari doa dari dalam hati.

Waktu pun terus berjalan. Sang anak laki-laki putra sulung kesayangannya itu pun tumbuh sebagai anak sholeh yang berbakti dan membanggakan hati kedua orang tuanya.

Hingga ia sukses menempuh pendidikan dan mendapat gelar insinyur. Sebagai seorang insinyur yang ahli bangunan, kemudian bapaknya mengajak untuk mengunjungi bangunan yang sudah tua.

Rencananya bangunan tua itu akan direnovasi. Sesampainya di gedung bangunan tua itu, para pekerja sudah mulai merobohkan dinding bangunan yang sudah mulai usang. Sang anak tanpa sepengetahuan pekerja kemudian meninjau-meninjau lokasi dan melihat bangunan dari balik dinding.

Pekerja yang tidak mengetahui bahwa ada orang dibelakang dinding, kemudian merobohkan begitu saja dinding itu sehingga menimpa sang anak. Terdengarlah suara teriakan.

Mereka pun keheranan mendengar suara itu. Setelah dilihat ternyata orang yang tertimpa dinding itu adalah anak majikannya yang tak lain adalah seorang insinyur dan anak yang sholeh.

Badannya hancur, tulang-belulangnya remuk. Untuk dibawa ke rumah sakit pun harus dengan penuh hati-hati agar tulang belulangnya tidak berserakan. Sesampainya di rumah sakit, sang suami menelpon memberitahu istrinya tentang tragedi yang telah terjadi.

Baca Juga:  Fadhilah Kalimat Tauhid Laa Ilaaha Illallah yang Jarang Diketahui

Kemudian sang Ibu langsung berangkat menuju ke rumah sakit. Saat melihat jasad anaknya yang hancur dan remuk, barulah ia tersadar dengan ucapannya 25 tahun yang lalu. Saat itu pula, seolah-olah terdengar suara,

“Ini doamu ‘kan? Sudah Aku kabulkan! Setelah sekian lama engkau berdoa, sekarang Aku akan mengambilnya!”

Begitulah kata-kata. Anak yang shalih pun akan merasakan ‘adzab’ akibat ketidakpandaian seorang ibu menjaga lisannya. Karena setiap kata yang keluar, tidak ada yang sia-sia. Ia dicatat oleh malaikat.

Allah berfirman dalam Surat Qāf

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ

Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat). (QS. Qāf ayat 18)

Tentang perlunya menjaga lisan dalam setiap ucapan kita, perlu dipetik pula pelajaran dari perkataan Nabi Yusuf ketika diajak berbuat serong oleh Zulaiha. Waktu itu ia berkata sebagaimana diabadikan dalam Surat Yusuf.

رَبِّ السِّجْنُ اَحَبُّ اِلَيَّ مِمَّا يَدْعُوْنَنِيْٓ اِلَيْهِ ۚوَاِلَّا تَصْرِفْ عَنِّيْ كَيْدَهُنَّ اَصْبُ اِلَيْهِنَّ وَاَكُنْ مِّنَ الْجٰهِلِيْنَ

“Wahai Tuhanku! Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh.” (QS. Yusuf ayat 33)

Baca Juga:  Anjuran Menjaga Lisan Agar Selamat Dunia Akhirat

Karena waktu itu Nabi Yusuf berkata yang seolah-olah artinya lebih baik di penjara daripada mengikuti ajakan berzina. Maka doa Nabi Yusuf itu pun dikabulkan ia diselamatkan dari perbuatan zina akan tetapi masuk dalam penjara.

Mengenai ini, Ibnu Katsir dengan berlandaskan sabda Nabi Muhammad berkomentar dalam tafsirnya

يوسف عليه السلام دعا الله أن يسجن فاستجاب له الله و سجن ولو أنه قال ربي العافية و النجاة أحب إلي لعوفي ونجا

Nabi Yusuf alaihis salam berdoa agar dipenjara. Kemudian Allah mengabulkan dan ia pun dipenjara. Andai saja Nabi Yusuf berdoa, “Wahai Tuhanku, dibebaskan (dari zina) dan diselamatkan dari penjara lebih aku sukai, maka ia pun akan dibebaskan dan diselamatkan.

Maka setelah kita mengetahui kisah-kisah di atas, mulai sekarang, jangan mudah mengeluarkan ucapan buruk. Karena setiap kata adalah doa. Itu!

Faisol Abdurrahman