Tuntunan Shalat Sunnah Rawatib Lengkap, Pengertian, Bacaan Niat dan Keutamaannya

shalat sunnah rawatib

Pecihitam.org – Dalam syariat Islam ada empat kategori shalat sunnah. Pertama shalat sunnah muaqqat (shalat sunnah yang ditentukan waktunya) seperti shalat dhuha, witir, syuruq, zawal, shalat Ied dan rawatib (sesudah dan sebelum shalat fardhu).

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kedua shalat sunnah karena telah terjadi sesuatu (dzu sababin mutaqaddimin) misalnya shalat tahiyyatul masjid, shalat sunnah wudhu, shalat sunnah hifdhil qur’an, istisqa’ dan lain sebagainya.

Ketiga shalat sunnah karena menginginkan sesuatu (dzu sababin mutaakhhirin) seperti shalat istikharah, shalat taubah, sebelum ihram. Keempat, shalat sunnah mutlaq yaitu shalat yang tidak tergantung oleh sebab maupun waktu.

Nah, untuk kali ini kita akan membahas mengenai shalat sunnah muaqqat yaitu shalat sunnah yang ditentukan waktunya. Diantaranya adalah shalat sunnah rawatib yaitu shalat sunnah yang mengiringi shalat fardhu.

Daftar Pembahasan:

Apa itu Shalat Sunnah Rawatib?

Shalat rawatib adalah shalat sunnah yang dikerjakan mengiringi shalat fardhu, atau lebih kita kenal dengan shalat lima waktu. Jika dilihat dari segi waktu mengerjakannya, maka dapat di bagi menjadi dua yaitu shalat sunnat rawatib Qabliyah dan sholat sunnat rawatib Ba’diyah.

Dinamakan qabliyah karena shalat sunnah ini dilakukan sebelum shalat fardhu. Dan dikatakan ba’diyah arena shalat ini dilakukan setelah shalat fardhu. Adapun shalat sunnah ini sebaiknya dilakukan sendiri-sendiri dan tidak dianjurkan berjamaah.

Dan jika dilihat dari segi hukumnya, maka terdapat dua shalat sunnah rawatib sesuai dengan anjuran ditegakkannya, yakni Shalat sunnah rawatib muakkad serta ghoiru muakkad. Tentunya kedua amalan sunnah ini mempunyai niat shalat sunnah rawatib yang berbeda.

Shalat Sunnah Rawatib Muakkad

Shalat Sunnah rawatib muakkad adalah shalat sunnah yang sangat dianjurkan karena setiap hari Rasulullah SAW melaksanakannya dan jarang sekali ditinggalkan. Tata cara melaksanakannya sama dengan sholat wajib, yang berbeda hanya niat dan jumlah rakaatnya. Sholat sunnah muakkad dijelaskan dalam ilmu fiqh sebagai berikut,

وهو الذي يكون فعله ممكملا ومتمما للواجبات الدينية كاللأذان والأقا مة والصلاة المفروضة في جما عة

Artinya : “Yaitu adalah Sunnah yang di lakukan untuk melengkapi dan menyempurnakan kewajiban agama seperti azan, iqamat, dan sholat fardhu berjamaah”.

Shalat Sunnah rawatib muakkad juga telah dijelaskan oleh syekh Zainuddin Al-Malibary dalam kitab Fathul Muin berikut :

Baca Juga:  Bagaimana Hukumnya Binatang Mati Diburu Dengan Senapan?

والمؤكد من الرواتب عشر وهوركعتان قبل صبح وضهر وبعده مغرب و عشاء

Artinya : “Sholat-sholat rawatib yang muakkad ada 10 rakaat : 2 rakaat sebelum subuh, 2 rakaat sebelum dzuhur, dua rakaat setelah dzuhur, dua rakaat setelah magrib, dan 2 rakaat setelah isya’,” (Lihat Syekh Zainuddin Al-Malibari, Fathul Muin Syarh Qurrotil ‘Ain bi Muhimmatid Din halaman 169)

Jadi, sholat Sunnah rawatib muakkadah ialah sebagai berikut

  1. Dua rakaat sebelum sholat subuh
  2. Dua raakaat sebelum dzuhur
  3. Dua raakaat seseudah dzuhur
  4. Dua rakaat sesudah magrib
  5. Dua rakaat sesudah Isya

Shalat Sunnah Rawatib Ghairu Muakkad

Sedangkan sholat sunnah ghairu muakkad ialah sholat Sunnah yang tidak di kuatkan karena tidak selalu (kadang-kadang) di lakukan oleh Rasulullah SAW. Seperti yang di jelaskan oleh Tsuroya Mahmud Abdul Fatah, yang mengatakan bahwa :

ومندوب غير مؤكد هوالذي لم يواظب عليه النبي وأنما فعله في بعض اللأحيان وتركه في بعض الأخر وذللك

Artinya: “Sunah yang tidak muakkad adalah amalan yang tidak selalu Nabi laksanakan tiap saat, namun kadang-kadang juga meninggalkannya.” (lihat (Tsuroya Mahmud Abdul Fattah [ Mudharat fi Ushulil Fiqih], halaman 82-83)

Adapun yang termasuk sholat Sunnah ghairu muakkadah sebagai berikut:

  1. Empat rakaat sebelum sholat Ashar. Seperti dalam hadist berikut.
    “Allah memberi rahmat kepada seseorang yang sholat empat rakaat sebelum Ashar.” (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi)
  2. Dua rakaat sebelum sholat Magrib “Bahwa Nabi SAW sholat sebelum magrib 2 rakaat.” ( HR. Ibnu Hibbab)
  3. Dua rakaat sebelum sholat Isya’

Niat Shalat Sunnah Rawatib

1. Niat Shalat Rawatib Sebelum Subuh

اُصَلِّى سُنَّةَ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَّةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى

“Usholli Sunnatash Subhi Rok’ataini Qobliyatan Mustaqbilal Qiblati Lillahi Ta’ala”.

Artinya: “Aku niat mengerjakan sholat Sunnah sebelum Subuh 2 rakaat, menghadap Kiblat karena Allah Ta’ala”.

2. Niat Shalat Rawatib Sebelum Dhuhur

اُصَلِّى سُنَّةً الظُّهْرِرَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَّةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى

“Ushalli Sunnatadh Dhuhri Rok’ataini Qobliyatan Mustaqbilal Qiblati Lillahi Ta’ala”.

Artinya: “Aku niat mengerjakan sholat Sunnah sebelum Dhuhur 2 rakaat, menghadap Kiblat karena Allah Ta’ala”.

3. Niat Shalat Rawatib Sesudah Dhuhur

اُصَلِّى سُنَّةً الظُّهْرِرَكْعَتَيْنِ بَعْدِيَّةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى

“Ushalli Sunnatadh Dhuhri Rok’ataini Ba’diyah Mustaqbilal Qiblati Lillahi Ta’ala”.

Artinya: “Aku niat mengerjakan sholat Sunnah sesudah Dhuhur 2 rakaat, menghadap Kiblat karena Allah Ta’ala”.

4. Niat Shalat Rawatib Sesudah Maghrib

اُصَلِّى سُنَّةً الْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ بَعْدِيَّةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى

Baca Juga:  Bagaimana Jika Imam Rukuk Sedang Makmum Belum Selesai Bacaan Fatihahnya?

“Usholli Sunnatal Maghribi Rok’ataini Ba’diyah Mustaqbilal Qiblati Lillahi Ta’ala”.

Artinya: “Aku niat mengerjakan sholat Sunnah sesudah Maghrib 2 rakaat, menghadap Kiblat karena Allah Ta’ala”.

5. Niat Shalat Rawatib Sesudah Isya

اُصَلِّى سُنَّةً الْعِشَاءِ رَكْعَتَيْنِ بَعْدِيَّةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى

“Usholi Sunnatal Isyaa’i Rok’ataini Ba’diyatta Mustaqbilal Qiblati Lillahi Ta’ala”.

Artinya: “Aku niat mengerjakan sholat Sunnah sesudah Isya 2 rakaat, menghadap Kiblat karena Allah Ta’ala”.

Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib

Shalat-shalat tersebut memiliki keutamaan yang dijelaskan dalam hadis berikut ini:

1. Penyempurna Shalat Fardhu

(وَرَوَاتِبُ الْفَرَائِضِ) الْمُؤَكَّدَةِ (عَشْرٌ)، وَالْحِكْمَةُ فِيهَا تَكْمِيلُ مَا نَقَصَ مِنْ الْفَرَائِضِ فَضْلًا مِنْ اللَّه وَنِعْمَةً، وَهِيَ (رَكْعَتَانِ قَبْلَ الصُّبْحِ وَ) رَكْعَتَانِ قَبْلَ (الظُّهْرِ وَرَكْعَتَانِ بَعْدَ الظُّهْرِ وَ) رَكْعَتَانِ بَعْدَ (الْمَغْرِبِ وَ) رَكْعَتَانِ بَعْدَ (الْعِشَاءِ) لِلِاتِّبَاعِ رَوَاهُ الشَّيْخَانِ

Artinya, “Shalat sunnah rawatib pengikut fardhu yang ditekankan adalah sepuluh rakaat. Hikmahnya adalah menyempurnakan kekurangan shalat fardhu sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Sepuluh rakaat tersebut adalah dua rakaat sebelum subuh, dua rakaat sebelum dhuhur, dua rakaat setelah dhuhur, dua rakaat setelah magrib, dan dua rakaat setelah isya, karena ikut kepada riwayat Al-Bukhari dan Muslim.” (Lihat: Asnal Mathalib fi Syarh Raudlatith-Thalib, jilid 1, hal. 202).

2. Diharamkan dari Api Neraka

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرُمَ عَلَى النَّارِ » قَالَ أَبُو دَاوُدَ رَوَاهُ الْعَلاَءُ بْنُ الْحَارِثِ وَسُلَيْمَانُ بْنُ مُوسَى عَنْ مَكْحُولٍ بِإِسْنَادِهِ مِثْلَهُ

Artinya: “Rasulullah shallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “barangsiapa yang menjaga shalat sunnah empat rakaat sebelum shalat dhuhur dan empat rakaat setelahnya maka diharamkan bagi orang tersebut api neraka.”

3. Mendatangkan Rahmat Allah

Dalam riwayat At-Tirmidzi disebutkan, empat rakaat sebelum shalat ashar mengundang rahmat Allah subhanahu wata’ala.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « رَحِمَ اللَّهُ امْرَأً صَلَّى قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعًا

Artinya: “Rasulullah shallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Allah akan memberikan rahmat kepada seorang yang (menjalankan) shalat sebelum ashar sebanyak empat raka’at (pengerjaannya dua raka’at dua rakaat dan dua salam).”

4. Kebaikan Lebih dari Dunia dan Seisinya

Ada shalat sunnah rawatib yang menandingi kebaikan dunia dan isinya. Yaitu shalat sunnah fajar atau dua rakaat shalat sunnah subuh. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat Muslim dan At-Tirmidzi.

Baca Juga:  Sholat Taubat: Penjelasan Tentang Dalil, Tata Cara dan Waktu Pelaksanaan yang Tepat

حدثنا محمد بن عبيد الغبري حدثنا أبو عوانة عن قتادة عن زرارة بن أوفى عن سعد بن هشام عن عائشة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال ركعتا الفجر خير من الدنيا وما فيها

Artinya: “Dari Aisyah dari Nabi shallahu ‘alaihi wassalam, beliau bersabda: “dua rakaat (sebelum) shalat fajar lebih baik dari dunia seisinya.”

Dari sini kita ketahui bahwa shalat sunnah rawatib memiliki keutamaan yang besar, baik yang muakkad maupun yang ghair muakkad. Namun sebaiknya, siapa pun yang ingin meraih sejumlah keutamaan tersebut, maka tunaikanlah tanpa melihat muakkad dan ghair muakkad-nya.

Imam Ar-Rafi‘i, pengikut madzhab Syafi‘i pernah berfatwa, orang yang biasa meninggalkan shalat sunnah rawatib layak ditolak kesaksiannya, karena ia dianggap menyepelekan sunnah.

وَقَدْ ذَكَرَ الرَّافِعِيُّ فِي الْكَلَامِ عَلَى الْمُرُوءَةِ أَنَّ مَنْ اعْتَادَ تَرْكَ السُّنَنِ الرَّوَاتِبِ وَتَسْبِيحَاتِ الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ رُدَّتْ شَهَادَتُهُ؛ لِتَهَاوُنِهِ بِالسُّنَنِ، فَهَذَا صَرِيحٌ فِي أَنَّ الْمُوَاظَبَةَ عَلَى ارْتِكَابِ خِلَافِ الْمَسْنُونِ تُرَدُّ الشَّهَادَةُ بِهِ مَعَ أَنَّهُ لَا إثْمَ فِيهِ.

“Imam Ar-Rafi‘i menyebutkan dalam pembahasan tentang muruah bahwa orang yang biasa meninggalkan shalat-shalat sunnah rawatib, tasbih rukuk, dan sujud, layak ditolak kesaksiannya karena dianggap menyepelekan sunah. Ini jelas bahwa melanggengkan diri melakukan sesuatu yang bertentangan dengan perkara sunah menyebabkan ditolaknya kesaksian walaupun tidak ada dosa di dalamnya. (Lihat: Ibnu Hajar al-Haitami, Al-Jawazir ‘an Iqtirafil-Kaba’ir.” [Beirut: Darul Fikr], 1987, cet. pertama, jilid 2, hal. 318).

Wallahua’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik